Senin, 02 Januari 2012

IBU-IBU LUAR BIASA, bagian satu

Tentang sahabatku

Saya baru mengenalnya kurang lebih dua tahun, sejak ia dan saya sama-sama duduk di bangku kuliah. 

Pertama kali kenal, tidak hal yang istimewa. Namun, seiring waktu, ia sering membuat mulut saya menganga :D. Bagaimana tidak? Ia mempunyai sembilan anak. Note : SEMBILAN ANAK. Bukan dua atau tiga. Dan kesemuanya adalah perempuan. Subhanallah..... Dari cerita-cerita yang saya dengar, punya dua anak perempuan saja sudah ribet, apalagi sembilan :)

Setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat, ia menempuh jarak -+60an km, dari rumah menuju kampus. Dan itu semua menggunakan kendaraan umum. Mulai dari angkot-angkot kecil, sampai bus besar dan metromini. Itu sudah menjadi santapan 3x perminggu. Alasannya hanya satu, UNTUK MENDAPAT ILMU. Lagi-lagi saya hanya bisa berucap subhanallah.

Tahun ini, ia pun kembali membuat mulut saya menganga :D. Karena, ternyata ia memasukkan anak pertamanya ke kampus kami. Anak tertuanya mengambil dua jurusan sekaligus. Kelas pagi berbeda jurusan, sedangkan sorenya, jurusan yang sama dengan kami. Luar biasa.....

Kembali ke teman saya. Selama mengenalnya, jarang sekali saya mendengar ia berkeluh kesah. Bahkan ketika terjadi kemacetan yang parah pun, ia malah bercerita berbagai hal, yang sering membuat saya termotivasi bahkan terinspirasi.

Banyak hal yang diceritakannya. Mulai dari bagaimana ia memenej waktu anak-anaknya, mengatur uang belanja, mengisi beberapa pengajian, sampai kisahnya tentang tabloid yang dikelolanya saat ini. Saya selalu tergelitik dengan pertanyaan,"Kok bisa sih ga punya khadimat? Gimana ngaturnya?" 

Mau tau jawabannya apa? "Alhamdulillah bisa bu, kan anak saya sembilan, tinggal diatur aja tugasnya masing-masing. Lagian, khadimat mana mau kerja dirumah saya. Wong masak aja sebakul, belum lagi cucian dan setrikaan yang menggunung." Hehe,,, iya yah, bener juga, khadimat sekarang memang pilih-pilih tempat kerja :P

Oya, jangan dikira karena jumlah anaknya yang banyak, jarak tempuh dari rumah ke kampus yang jauh, membuat sahabat saya ini jarang kuliah. Salah! Malahan, absennya jarang sekali kosong. Kalau betul-betul ada hal yang tidak bisa ditinggalkan barulah ia menitip untuk diijinkan. Bahkan, sakit pun ia tetap memaksa masuk.

Seperti kejadian baru-baru ini. Sahabat saya dan teman-temannya mengisi liburan dengan refting. Entah bagaimana, sahabat saya yang masih belum mahir itu, terpental dari perahu dan kepalanya membentur batu besar. Bibirnya pecah dan beberapa giginya pun patah. Hal ini menyebabkan bibir atasnya harus dijahit, hingga membuat ia susah untuk bicara. 



Tapi, subhanallah, walaupun sakit seperti itu. Ia tetap memaksa untuk kuliah. Ketika saya tanya ,"Bu, udah deh, istrahat aja dirumah." Apa jawabannya??? "Ga bu, ga pa pa, saya tetap kuliah. Kalo dirumah malah sakitnya terasa. Cenut-cenut terus. Kalo di kampus kan ga. Saya bisa becanda dengan teman-teman, bisa ketemu dengan ustad-ustad. Ga pa pa kok, insyaAllah." Lagi-lagi subhanallah. 


Bagaimana dengan nilai-nilai kuliahnya? Setahu saya, sejak semester 1, nilai sahabat saya ini tidak ada yang C, lebih banyak A dan sedikit B. Dikelas pun ia kritis, sangat kritis malah :). Sering mengajukan pertanyaan yang jarang dipikirkan oleh saya dan teman-teman.


Saya berharap, semoga, jika kuliah ini usai, persabatannya saya dengannya tidak usai juga.

Tetap semangat ya sahabatku.... :)

to my bestfriend bu Ida Rosana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar