Rabu, 23 Mei 2012

JALAN SERIBU HIKMAH


Seorang ibu menarik gerobak kecilnya yang penuh dengan kardus bekas. Umurnya masih muda. Begitupun anaknya yang ada diatas gerobak. Anak perempuan dengan pakaian sangat sederhana, duduk diatas tumpukan kardus tanpa rewel.

Ditengah padatnya kendaraan, ibu pemulung itu terus menarik gerobaknya dijalan menanjak.

Mungkin karena lelah atau karena matahari yang memang tengah bersinar terang, ibu pemulung berhenti sejenak dibawah pohon. Ia menyeka keringatnya. Kemudian tersenyum pada anaknya yang tengah bermain boneka lusuh.  

Tak jauh dari ibu pemulung, ada beberapa pengemis yang berjejer di pinggir jalan. Jalan ini merupakan jalan akses menuju pusat kota. Tak heran jika jalanan ini selalu ramai dengan kendaraan. Hal itu dimanfaatkan oleh para pengemis untuk mengais rejeki.

Ibu pemulung melanjutkan langkahnya. Menapaki jalanan menanjak sambil menarik gerobak. Saat melewati seorang pengemis, ia tersenyum. Ibu pemulung berbincang pada pengemis itu. Ia pun merogoh koceknya, mengeluarkan uang seadanya dan diberikan pada pengemis. Subhanallah...

Ia  pun melanjutkan kembali perjalanannya menarik gerobak. Sekitar 100 meter, kembali ia menjumpai pengemis. Seorang bapak duduk di kursi roda, didampingi istrinya. Dipangkuan bapak itu, ada sebuah papan kecil bertuliskan “sedekah amal jariah”.

Ibu pemulung kembali menghentikan langkahnya. Kembali, ia berbincang dengan bapak pengemis yang cacat itu. Mereka saling bercanda dan tertawa. Anak ibu pemulung pun ikut tertawa. Kembali, ibu pemulung merogoh kantongnya, dikeluarkannya uang receh dan diberikan pada bapak pengemis.

Bapak pengemis dan istrinya mengucapkan terimakasih. Ibu pemulung tersenyum. Ia pun melanjutkan menarik gerobaknya. Entah ke arah mana.....

Hari berganti...

Kembali bertemu dengan seorang ibu yang tengah menarik gerobak. Namun, gerobaknya tampak berbeda. Tidak ada tumpukan kardus.

Gerobak itu dirancang sedemikian rupa hingga menyerupai tenda kecil. Disudut-sudut gerobak, tampak kayu yang dibiarkan menonjol. Kemudian, seutas tali diikatkan pada kayu-kayu itu, hingga jadilah semacam tiang gantungan untuk pakaian.

Tiang itu dipenuhi dengan pakaian. Mulai pakaian anak-anak, dewasa, hingga beberapa helai kain. Saat melintasi mobil, terlihat dua anak sedang menjulurkan kepalanya dari celah-celah pakaian.

Saya memperhatikan gerobak itu. Gerobak berwarna biru yang lumayan bersih. Terawat. Disekeliling gerobak itu, terdapat tulisan. Tulisan berwarna putih yang menggunakan huruf kapital. Saya terkesiap. Tulisannya berbunyi “inilah rumah kami”....

Gerobak dengan panjang kurang lebih dua meter dan lebar satu meter itu adalah tempat tinggal mereka. Tidur, makan, bermain dan sebagainya, dilakukan di dalam gerobak....

Seperti ibu pemulung sebelumnya, ibu pemilik gerobak biru inipun bertemu dengan bapak pengemis kursi roda, yang selalu didampingi istrinya. Ia berhenti, berbincang sejenak dengan bapak pengemis, dan tak lama memberikan selembar uang. Bapak pengemis dan istrinya tersenyum dan mengucapkan terimakasih.

Allah.... hati ini tak sanggup berkata....

Lain hari, kembali melewati jalan ini. Sebuah jalan satu arah, yang merupakan akses menuju pusat kota. Jalan yang selalu dipenuhi oleh kendaraan mewah, seperti rumah-rumah mewah disepanjang jalan ini.

Seorang lelaki penjual krupuk berdiri dipinggir jalan. Sekilas, tampak seperti biasa. Layaknya orang normal. Plastik-plastik krupuk memenuhi tangan dan punggungnya. Namun, ketika berada dekat dengannya, barulah kita akan sadar, ternyata bapak itu buta.

Kedua matanya memang tidak tertutup seperti tunanetra lainnya, namun, jika diamati, kelopak matanya hanya menutup setengah saja. Bagian mata yang biasa hitam, tampak keabu-abuan. Tangannya menggenggam erat sebuah tongkat hitam.

Allah... bagaimana caranya ia bertransaksi?? Bagaimana bapak tunanetra itu tau jika uang pembeli pas atau harus menyediakan uang kembalian??... 

Allah....kecil rasanya diri ini...

Bapak penjual krupuk yang tunanetra itu terus saja berdiri. Menanti orang yang mau membeli krupuknya.

Hari yang cerah, tiba-tiba saja mendung. Suara petir bergantian diatas langit Jakarta. Perlahan, hujan pun turun. Saya melihat bapak penjual krupuk itu segera mengemasi krupuknya. Ia mengencangkan ikatan tali-tali krupuk itu ke bahunya. Memastikan ikatan-ikatan kencang, kemudian perlahan ia berjalan.

Tongkatnya yang penjang menuntun jalannya, agar tidak terjatuh atau tersandung. Namun, langkahnya tidak secepat hujan yang menyapa bumi. Air dari langit semakin deras. Jika orang normal, tentulah akan berlari mencari tempat untuk berteduh.

Tapi, bapak penjual krupuk itu berjalan dengan tenang. Tidak panik. Ia berjalan pelan. Tongkatnya bergerak ke kanan, ke kiri, memastikan langkahnya aman. Ia pun terus berjalan. Tak lama, ia berhenti dibawah pohon. Pohon yang tidak cukup untuk melindungi tubuhnya yang telah basah kuyup.

Hujan semakin deras, membasahi tubuhnya dan plastik-plastik krupuk yang bertengger dikedua punggungnya. Ia tidak mengeluh. Tidak juga marah. Tidak juga melampiaskan kekesalan. Ia hanya berdiri. Menunggu, hingga hujan reda.

Tiga orang berbeda yang memberi seribu makna. Ibu pemulung yang begitu dermawan dan pekerja keras. Ibu pemilik gerobak biru, yang menjadikan gerobaknya sebagi “rumah idaman” dan seorang bapak tunanetra penjual krupuk, yang tidak menyerah pada kekurangannya.

Mereka adalah pejuang sejati. Menjalani kehidupan di kota besar, bukan hal yang mudah. Namun mereka bertahan. Bertahan untuk tidak mengemis, padahal bisa, karena keadaan mereka sangat mendukung untuk itu. Tapi, pantang bagi seorang pejuang, untuk mengemis memenuhi kebutuhan hidupnya.

Mereka adalah orang-orang pemberani, yang seakan kerdil di tengah hiruk pikuknya ibukota. Sosok mereka nyaris tidak diperhatikan. Dianggap biasa. Lumrah bagi kota besar mempunyai yang miskin dan yang kaya.

Sesungguhnya, jalan-jalan di ibukota memberi beribu hikmah, sejuta makna. Diantara kokohnya jembatan, ada orang-orang yang menjadikan kolong jembatan sebagai tempat tinggalnya. Diantara tingginya gedung-gedung ibukota, terselip rumah-rumah kumuh seadanya. Beratapkan terpal plastik warna warni dan tembok yang terbuat dari kardus.

Sering kali, kehadiran mereka dianggap “sampah”. Namun, mereka menyajikan seribu kesahajaan. Tentang hidup dan tentang masa depan, yang secara perlahan hilang, digerus dengan hedonisnya kaum ibukota.



Kamis, 17 Mei 2012

SHE'S NOBODY



Pada bulan Juni, seorang musisi asal Amerika Serikat, Lady Gaga, direncanakan akan menggelar konser di Senayan Jakarta. Namun, banyak pihak yang melakukan protes atas kehadirannya. Umat Islam, melalui Majelis Ulama Indonesia (MUI), menolak keras kehadiran Lady Gaga di Indonesia. Sikap ini seiring dengan keputusan yang dikeluarkan pihak Kepolisian Daerah Jakarta, menolak konser Lady Gaga. Selain Indonesia, Malaysia pun menolak Lady Gaga. Yang terbaru adalah Filipina. Kelompok Kristiani  menolak Lady Gaga yang akan menggelar konser disana.

Sejak awal kemunculannya, Lady Gaga memang telah memicu kontroversi, bahkan di negaranya sendiri. Mari kita tengok sampul album terbarunya. Disitu terlihat  jelas gambar salib yang letaknya terbalik dan nama Judas yang bertengger tepat  diatas nama Lady Gaga.

Dalam agama KristianiJudas Iscariot (Yudas Iskariot) telah dianggap sebagai pengkhianat kepada Yesus . Ini disebabkan oleh tingkah lakunya yang telah melakukan penghianatan kepada Yesus dan pengikutnya.

Di kalangan orang Kristen, nama Yudas Iskariot sudah tidak asing lagi. Dia dianggap sebagai pengkhianat karena telah menyerahkan Yesus Kristus kepada imam-imam kepala dengan harga 30 keping perak (Matius 26:14-15).Matius 27:5 mencatat bahwa Yudas melemparkan uang perak yang diterimanya ke dalam Bait Suci, lalu pergi menggantung diri, dan kemudian oleh Imam-Imam uang tersebut dibelikan sebidang tanah, yang disebut Tanah Tukang Periuk, sebagai tempat pekuburan orang asing. Dalam Kisah Para Rasul 1:18 kemudian diceritakan bahwa Yudas Iskariot telah membeli sebidang tanah sebelum ia akhirnya "jatuh tertelungkup, dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah ke luar" -- tanah tersebut pada akhirnya dinamai Tanah Darah, atau Hakal-Dama.

Ohohohoh
I'm in love with Judas

Ohohohoh
I'm in love with Judas

Judas! Judaas Judas! Judaas
Judas! Judaas Judas! GAGA

Begitulah permulaan lirik lagu Lady Gaga ini yang jelas berpihak kepada Judas.

Ketika Gaga menyanyikan "I'm in love with Judas", salah seorang penari memakai baju bintang terbalik dikelilingi bahasa Hebrew. Simbol ini adalah lambang Baphomet yang menjadi lambang kepada Church Of Satanhttp://bundasuci28.blogspot.com/

Gambar salib yang terbalik, menandakan ketidakpercayaan Lady Gaga pada agama Kristiani. Ini menunjukkan mereka sangat anti terhadap Kristian. Mengherankan bukan? Mayoritas penduduk Amerika adalah Kristiani. Ini disebabkan warga Amerika sudah lama menolak kepercayaan mereka, jadi tidaklah heran jika Lady Gaga lahir di negara mereka.

Jika dicermati, begitu banyak simbol-simbol syaitan di video klip Lady Gaga. Tidak saja simbol, namun liriknya pun mengandung unsur kebencian pada tuhan dan kecintaannya pada syaitan. Coba kita dengar dan lihat video klip Alejandro.

Liriknya yang penuh penghinaan pada tuhan tergambar jelas. Lagi-lagi, Lady Gaga memakai lambang salib terbalik pada pakaiannya. Saat mengenakan pakaian itu, Lady Gaga menutup sebelah matanya, yang melambangkan “one seeing eye”. Salib terbalik dan pentagram terbalik adalah simbol yang selalu digunakan untuk berhubung dengan syaitan dan ritual memuja dan menyeru syaitan.

Begitu seringnya Lady Gaga menghina agama Kristiani dalam setiap lagu dan video klipnya. Bukan tidak mungkin suatu saat pun, Lady Gaga akan menghina agama lain, Islam misalnya. Dan ini tidak dicermati oleh media dan beberapa kelompok masyarakat.

Agenda illuminati untuk memisahkan agama dari kehidupan pribadi sudah mencapai tujuan. Hal ini tergambar jelas pada mayoritas masyarakat barat yang menjadikan Lady Gaga sebagai idolanya.

Bagaimana dengan Indonesia? Sebagian kecil masyarakat, sudah terpengaruh. Misalnya saja, seorang artis yang terkenal dengan goyang erotisnya berkata bahwa kenapa Lady Gaga dilarang? Hal ini tidak ada hubungannya dengan moral. Artis lainnya pun mengatakan hal yang hampir sama. Ia berkata bahwa, Lady Gaga bukanlah babi, jadi tidak pantas jika diharamkan.

Siapa pihak yang paling dirugikan jika Lady Gaga tampil di Indonesia? Tentu saja umat Islam. Dan, siapa pihak yang paling dirugikan jika Lady Gaga tidak tampil di Indonesia? Jawabannya adalah pihak promotor dan para pembeli karcis.

Mana yang mayoritas?

Lady Gaga is nobody. Ia bukanlah pejuang Hak Asasi Manusia, bukan anggota pecinta alam seperti Greenpeace, bukan pula penyumbang dana untuk anak-anak yang kesusahan seperti Bill Gates. Lady Gaga hanyalah seorang penyanyi, pemuja syaitan, yang menggunakan seluruh kemampuannya untuk mencapai kekayaan dunia sebanyak-banyaknya.

Layakkah seorang Lady Gaga dibela dan kedatangannya diperjuangkan oleh “banyak” pihak? Dibicarakan hampir diseluruh media televsi, koran dan radio?

Silakan direnungkan.




sumber :

Senin, 14 Mei 2012

KEPEDULIAN SUKHOI


Awal bulan Mei, rakyat Indonesia dikejutkan dengan musibah jatuhnya pesawat  komersil buatan Rusia yaitu Sukhoi Super Jet 100. Pesawat ini digadang-gadang sebagai pesawat tercanggih di kelasnya. Menawarkan berbagai kenyaman baik pada pilot maupun penumpangnya.

Harga yang relatif murah, membuat para pengusaha Indonesia berminat untuk membelinya. SSJ 100, jatuh pada penerbangan promo kedua. Atau biasa disebut joy fligth. Pada penerbangan pertama, SSJ100 dapat take off dan landing dengan selamat.

Sebagai seorang muslim, hendaknya kita berdoa pada para jenazah agar segala amal ibadah yang dilakukan mereka saat hidup, berbuah pahala disisi Allah swt. Dan bagi yang ditinggalkan, semoga diberikan kesabaran. Setiap kejadian, pasti ada rencana Allah swt disana.

Yang menarik dicermati pada musibah SSJ100 adalah rasa peduli. Sejak jatuhnya pesawat SSJ100, berbagai kalangan mengungkapkan rasa simpatinya. Lintas negara, lintas etnis dan lintas agama. Semua menyatakan belasungkawa dan keprihatinannya.

Berbagai elemen masyarakat turun langsung ke tempat jatuhnya pesawat SSJ. Sebut saja tim pecinta alam Universitas Indonesia, atau biasa disebut MAPALA UI. Bersama dengan Angkatan Darat, mereka adalah orang pertama yang mencapai lokasi puing-puing pesawat. Mereka juga yang berhasil membuka jalan untuk tim selanjutnya.

Selain MAPALA UI, terdapat juga tim dari Aksi Cepat Tanggap (ACT), Dompet Dhuafa (DD), dan sebagainya. Selain tenaga, banyak juga yang mengirimkan ambulans dan tim dokter. Tim psikologi UI adalah salah satu tim yang membuka pelayanan di Bandara Halim Perdanakusuma. Tim ini menangani psikologis keluarga yang ditinggalkan.

Untuk penanganan forensik jenazah sendiri, berasal dari empat buah Universitas Negri ternama Indonesia yaitu, Universitas Indonesia, Universitar Brawijaya, Universitas Pajajaran dan Universitas Airlangga.

Pertolongan tidak hanya dilakukan oleh lembaga masyarakat atau organisasi tertentu. Warga sekitar Gunung Salak pun turut membantu evakuasi. Dengan pakaian dan perlengkapan seadanya, mereka bergabung dengan tentara untuk menurunkan kantung-kantung jenazah atau membantu mengumpulkan barang-barnag pribadi penumpang yang tersebar di semak-semak hutan.

Jika warga lelaki setempat membantu dengan tenaga, maka, kaum ibupun tak ketinggalan. Dalam salah satu tayangan di televisi swasta, tampak sebuah kelompok ibu-ibu memberikan logistik untuk para sukarelawan. Dengan uang seadanya, mereka patungan dan membuat nasi bungkus.

Indahnya kepedulian. Sejenak kita dapat menarik nafas lega dari berita akhir-akhir ini yang dipenuhi dengan kerusuhan, perkelahian massa, pengrusakan kantor aparat, penggusuran dll.

Dalam sebuah hadits Rasulullah saw berkata,”Seorang diantara kalian tidak beriman jika belum bisa mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.”

Hadits ini mendorong setiap muslim agar senantiasa berusaha membantu orang lain untuk melakukan kebaikan. Karena hal ini merupakan bukti dan tanda kebenaran imannya. Dengan demikian akan tercipta masyarakat yang bersih dan berwibawa. Ketika seseorang mencintai suatu kebaikan untuk orang lain, tentu ia akan berlaku baik kepadanya. Dengan demikian akan timbul rasa kasih sayang diantara anggota masyarakat, kebaikan akan tersebat luas, kejahatan dan kezaliman akan tersisih dan terciptalah keharmonisan dalam setiap lini kehidupan.

Melihat kenyataan ini, sesungguhnya kepedulian masyarakat Indonesia masih tinggi. Terbukti pada musibah pesawat SSJ100. Tidak perlu menunggu waktu lama, seluruh lapisan masyarakat turun. Baik langsung maupun “sekedar” mengirimkan doa.

Hendaknya rasa peduli ini dapat dipupuk dan dipelihara. Rasa peduli yang timbul tidak hanya pada saat terjadinya musibah saja, namun dapat dilakukan setiap hari, setiap menit. 


Jumat, 11 Mei 2012

(LAGI) EMPATI YANG HILANG


Sudah tiga hari ini berita jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 (SSJ 100), memenuhi semua media dalam dan luar negeri. SSJ 100 termasuk pesawat canggih keluaran terbaru. salah satu konsultannya adalah perusahaan Boeing. Selain itu, SSJ 100 pun sudah mendapat sertifikat terbang internasional dari Eropa. Begitulah yang saya baca dan dengar dari media.

Namun, jika Allah berkehendak, maka tidak ada yang bisa menghalangi. Pesawat baru itupun menghantam lereng Gunung Salak. Badan pesawat hancur berkeping-keping. Foto-foto yang diambil dari udara menunjukkan, kecil kemungkinan ada awak pesawat yang selamat.

Begitupun gambar yang diambil dari kamera salah satu stasiun televisi swasta. Dari kejauhan terlihat jelas, sayap pesawat dengan logo “Sky Aviation”. Badan pesawat lainnya bergelimpangan disekitar lereng. Pohon-pohon di sekitarnya pun hitam, menandakan telah terjadi kebakaran hebat di area itu.

Hampir semua televisi berlomba untuk memuat berita ini. Para wartawan memberitakan dari semua sisi. Mewawancarai pihak keluarga korban, mengunjungi rumah korban, sampai menampilkan foto-foto terakhir para awak pesawat SSJ 100.

Dalam foto-foto itu tergambar keceriaan para penumpang dan pramugari. Sebuah foto memperlihatkan para pramugari berfoto ria di depan pesawat SSJ 100. Semua tampak bahagia. Ya, tentu saja. Mereka termasuk orang pertama yang akan menaiki pesawat penumpang canggih buatan Rusia.

Foto lainnya memperlihatkan pramugari berfoto dengan pilot dan co pilot di tangga pesawat. Ada juga foto-foto para pramugari di dalam pesawat. Semuanya ceria.

Tujuan ditampilkannya foto-foto itu oleh pihak televisi adalah untuk memberikan informasi siapa saja yang ada di dalam pesawat naas itu. Namun ternyata ada saja pihak-pihak tak bertanggung jawab yang memanfaatkannya untuk kepentingan lain.

Di media jejaring facebook, banyak tulisan dengan berbagai judul yang menampilkan foto-foto para pramugari. Satu hal yang sama dari tulisan itu adalah, seandainya saja mereka ingat mati, tentu mereka tidak akan berpose atau berpakaian seperti itu.

Astaghfirullah... saya menarik nafas panjang.

Mengambil hikmah dari setiap musibah adalah hal yang harus dilakukan oleh setiap muslim. Namun hendaklah hal itu dilakukan dengan cara-cara yang baik, cara yang bijak. Bukan dengan menghakimi atau merasa paling benar.

Bayangkan perasaan keluarga para korban yang membacanya?? Mungkin saja diantara para korban ada sosok ibu yang menjadi tulang punggung keluarga dan anak-anaknya. Jika anak-anaknya membaca kalimat-kalimat yang menghakimi ibunya, tidakkah itu menyakitkan??

Atau bisa saja diantara para korban adalah salah seorang anak yang menjadi mata pencaharian tunggal bagi ibu dan adik-adiknya. Bayangkan lagi, bagaimana perasaan seorang ibu yang kehilangan anak kebanggaannya, lalu membaca kalimat-kalimat menyudutkan untuk putrinya.

Kemana rasa empati kita?? Sudah hilangkah?? Sudah matikah rasa empati kita??

Terlepas dari bagaimana mereka menghabiskan waktu sebelum maut menjemput. Namun hendaklah kita ingat pada sebuah cerita yang menggambarkan seseorang yang sudah membunuh seratus orang kemudian ia hendak bertaubat, namun ternyata sebelum bertaubat, malaikat maut telah menjemputnya. Dan  ternyata Allah mengampuni dosa-dosanya.

Setiap manusia tidak lepas dari perbuatan dosa. Namun, hanya Allah lah yang berhak menghakimi kita. Allah seadil-adilnya hakim. Keputusan terletak di tangan Allah. Bukan pada manusia. Sangat tidak bijak menghakimi para pramugari hanya dari foto-foto yang tampak. Kita semua, tidak tau amalan apa saja yang telah mereka perbuat.

Allah yang menentukan tempat yang paling sesuai untuk hamba-Nya. Di nerakakah atau surgakah? Itu semua adalah hak prerogatif Allah.

Teman, jika masih ada sedikit rasa di hatimu, hentikanlah menghakimi. Hentikanlah memuat foto-foto para awak pesawat. Apapun bentuknya. Cobalah membalikkan posisi. Seandainya kita yang kehilangan anggota keluarga dengan cara seperti itu, relakah kita jika orang lain menghakimi keluarga kita???

understanding what the other person going through 
and being there....


Kamis, 10 Mei 2012

CAHAYA DARI BALIK TEMBOK PENJARA


Siang itu saya dan Lisya kembali mengunjungi LembagaPemasyarakatan (Lapas) anak pria Tangerang. Alhamdulillah, program sumbang buku masih berlanjut. Kami mendapat kiriman sepuluh Alquran dan dua puluh buku-buku Islami, baik motivasi maupun novel Islam.

Karena hari sekolah, suasana Lapas tidak terlalu ramai. Sebagian besar anak-anak, memilih beristirahat di kamar mereka, setelah seharian mengikuti kegiatan. Saat tiba di perpustakaan, kami disambut oleh ibu Margaretta, pengelola perpustakaan dan beberapa anak yang sedang merapikan buku-buku.

Sekitar jam satu siang, seluruh penghuni Lapas berkumpul di depan kamar masing-masing. Suasana menjadi ramai. Saya dan Lisya yang sedang asyik ngobrol pun penasaran. Sedang apakah mereka? Kami berdua keluar dari perpustakaan. Kami melihat anak-anak Lapas berbaris rapi didepan kamar mereka. Seorang petugas mulai menghitung. Jumlahnya harus sesuai dengan yang ada di data. Kalau tidak, berarti ada anak yang sakit atau bebas ataupun kabur (hmm....semoga tidak). Saya dan Lisya tersenyum, aahh... seperti anak sekolah ya J

Setelah absen, Alki, salah satu penghuni Lapas, menghampiri kami. Siang itu, jadwal Alki untuk latihan marawis. Kami pun tertarik untuk melihat kegiatan itu. Sambil berjalan menuju ruang marawis, Alki bercerita, hampir setiap hari mereka latihan marawis. Karena tanggal 24-25 Mei, mereka akan ikut lomba Pekan Olahraga dan Seni Lembaga Pemasyarakatan (PORSENAP) yang diadakan setiap tahunnya, dalam rangka hari Lapas Nasional.

Ruang marawis dipenuhi anak-anak yang hendak latihan. Pak Haji, adalah pengelola yang ditunjuk oleh Lapas. Pak Haji pun memberikan penjelasan pada kami. Sebenarnya, marawis sangat membutuhkan instruktur. Selama ini, instruktur berasal dari anak-anak Lapas sendiri, yang sebelumnya memang mereka telah mahir dalam marawis. InsyaAllah, semoga nanti ada sukarelawan yang bersedia membantu, jawab saya.

Pak Haji mulai memperkenalkan beberapa pemain marawis. Selain lomba marawis, juga ada lomba azan dan qiroah. Pak Haji pun memperkenalkan peserta lomba azan dan qiroah. Zainudin 18 tahun, asli Bogor, sudah beberapa kali ikut lomba azan. Mustaqim 16 tahun, asli Bima, bacaan qurannya indah kata Pak Haji, kalau mau tidur, dengerin Mustaqim ngaji, dijamin langsung terlelap, begitu kata pak Haji J

Saya dan Lisya meminta ijin pada pak Haji untuk berbincang dengan Zainuddin dan Mustaqim. Kami pun menuju mushalla yang tak jauh dari ruang marawis.

Mustaqim bercerita mengapa ia sampai di penjara. Hanya karena korek api. Ya. Korek api yang memicu bom di pesantrennya. Dan, karena korek api yang dibawa Mustaqimlah, ledakan di siang hari itu, menggoncang Bima. Saya tersenyum kecut. Usianya masih sangat muda. 16 tahun.

Saya ga tau apa isi kamar itu bun, kata Mustaqim. Ia hanya disuruh oleh gurunya untuk pergi ke warung membeli korek api. Korek api itupun dibawa Mustaqim ke kakak kelasnya. Entah bagaimana, karena sebatang korek, Bima pun terguncang. Ledakannya cukup keras.

Hati saya ciut. Saya membayangkan korban yang tak bersalah, anak-anak yang tengah menghafal Alquran, atau yang sedang mengerjakan pekerjaan sehari-hari. Bagaimanakah nasib mereka??? Saya ga salah bunda, kata Mustaqim. Ya, jawab saya dalam hati. Wallahualam....

Sosok Mustaqim sendiri sangat santun. Seperti kata pak Haji, bacaan qurannya subhanallah, indah sekali. Seperti murotal ustad Rosyid. Indah dan menghanyutkan. Membuat hati bergetar. Begitulah yang saya dan Lisya rasakan, saat mendengar lantunan ayat-ayat Alquran dari mulut Mustaqim.

Sebenarnya Mustaqim ingin sekali menghafal Alquran seperti kakak-kakaknya, namun, selama di Lapas, Mustaqim tidak bisa meneruskan hafalan, karena tidak ada tempat untuk menyetorkan hafalan-hafalannya. Saat ini Mustaqim sudah hafal surah Al-Baqarah (subhanallah...) dan juz 30. Saya dan Lisyapun memberinya semangat. Ayo Mustaqim, kamu pasti bisa....

Lain lagi dengan kisah peserta lomba azan. Zainuddin 18 tahun. Kasus pembunuhan. Duuhh... melihat perawakannya, tidak terbersit sedikitpun di benak saya, bahwa seorang santun seperti Zainuddin tega membunuh.

Tapi, begitulah kenyataannya. Ia “tak sengaja” membunuh karena tawuran. Sekolah Zainuddin, memang terkenal sebagai sekolah tawuran. Walaupun Zainuddin tidak ada niat untuk ikut tawuran, namun terkadang suasanalah yang membawanya untuk mau tidak mau harus ikut “bertempur”.

Saat pulang sekolah, Zainuddin menaiki angkutan umum menuju rumahnya. Ia duduk di depan, disebelah sopir. Dari kejauhan, Zainuddin melihat gerombolan musuh sekolahnya. Ia pun memutuskan untuk pindah duduk ke belakang. Namun, tanpa diduga, saat pindah ke belakang itulah ia kepergok oleh beberapa musuhnya yang ternyata ada di bagian belakang .

Mereka pun meneriaki Zainuddin. Sontak Zainuddin lari, turun dari angkutan. Kejar mengejar pun tak terelakkan. Beberapa teman Zainuddin pun ikut membantu menghalau. Sebagian dari mereka membawa senjata tajam. Samurai, clurit, golok dll. Zainuddin sendiri diberikan (maaf) pisau babi (begitu ia menyebutnya).

Bunda tau pisau daging? Tanya Zainuddin. Saya mengangguk. Nah, pisau daging itu kan lebar tapi pendek.  Kalau pisau babi itu juga lebar, cuma lebih panjang. Deg. Jantung saya terhenti. Saya terpaksa tersenyum. Saya dan Lisya saling pandang.

Dan, setan pun menguasai pikiran Zainuddin. Musuh Zainuddin pun terkapar di jalan. Perutnya sobek. Nyawanya tak tertolong saat dibawa ke rumah sakit terdekat. Wajah saya terasa memanas. Saya membuang muka. Memandang anak-anak Lapas yang tengah sibuk mengerjakan ketrampilan las.

Zainuddin hanya bisa menyesal. Satu hal yang ingin sekali ia lakukan kelak jika telah keluar dari Lapas, yaitu membahagiakan kedua orang tuanya. Untuk menebus rasa bersalahnya, Zainuddin menyibukkan diri di mushalla dan membantu pegawai Lapas di bagian tata usaha. Sama seperti Mustaqim, bacaan Alquran Zainuddin pun subhanallah.... indah sangat...

Allah.... anak-anak ini. Sebagian mereka menemukan cahaya justru saat berada di penjara. Cahaya itu yang mereka jaga untuk menerangi hati mereka yang dilanda mendung tak berkesudahan. Cahaya yang mereka harap terus berpenjar. Tak redup oleh pekatnya pergaulan. Tak jua hilang oleh ajakan-ajakan yang menghancurkan.

Allah.... anak-anak ini berharap cahaya itu akan membuat mereka semakin dekat dengan-Mu. Berharap dengan setitik cahaya, Engkau akan mengampuni dosa-dosa mereka. Cahaya yang membawa mereka pada taubatan nasuha. Mereka sangat ingin menjaga agar cahaya itu tetap ada dalam hati-hati mereka.

Allah... penjara ini, selalu ada cerita mengharu biru disini. Di tempat ini, mereka begitu mendamba-Mu ya Allah...

Ya Allah... ampuni dosa-dosa mereka.... ampuni ya Allah.....

#kembali, menangisku disini..... L


Rabu, 09 Mei 2012

GIRL POWER (bagian 1)


Tidak biasa. Itulah kesan pertama saya ketika berjumpa dengan beberapa gadis ini. Yang pertama, sebut saja namanya Elisa. Masih muda namun kaya dengan pengalaman.

Di kampuslah pertama kalinya saya berjumpa dengan gadis ini. Elisa sebenarnya dua semester diatas saya. Namun karena sering cuti, Elisa pun harus mengulang kembali kuliahnya. Pertama berbincang, tidak ada yang istimewa, kecuali, agak kelewat pede hehe...

Di kelas saya, alhamdulillah tidak ada batasan, antara ibu-ibu, nenek-nenek dan remaja. Semua bergaul seperti biasa. Seperti mahasiswi umumnya. Yang tua tidak memandang rendah yang muda. Begitupun sebaliknya.

Seperti kuliah pada umumnya, dalam beberapa mata kuliah, kami dituntut untuk membuat makalah secara bersama-sama. Makalah tersebut akan dipresentasikan dan didiskusikan dengan teman-teman sekelas.

Saat presentasi dan diskusi itulah saya melihat keistimewaan Elisa. Walaupun masih muda, namun wawasannya luas, mampu berkelit saat diskusi dan memberikan jawaban-jawaban yang lugas. Saat itu saya berharap bisa membuat sesuatu dengan gadis ini. Entah apa.

Yang menyatukan saya, Elisa dan teman-teman untuk membuat gerakan diawali dari tugas makalah tentang maraknya aliran sesat. Saat itu, kelompok saya mendapat tugas untuk membedah tentang aliran syiah. Alhamdulillah, data-data yang terkumpul cukup banyak (sangat banyak), sehingga membuat kami dan teman-teman sekelas menjadi gelisah. Akan jadi apakah anak-anak kami, adik-adik kami kelak, jika aliran sesat terus berkembang.

Diskusi demi diskusi berlangsung hampir setiap saat sepulang kuliah. Dari diskusi tersebut, mengerucut ke sebuah pendapat, bahwa kami harus berbuat sesuatu. Apapun itu. Yang jelas untuk memberikan “filter” pada remaja dan anak-anak agar tidak terpengaruh pada aliran sesat.

Elisa, sangat bersemangat. Hampir setiap hari kami berdua saling mengirim sms. Saya kagum. Saat remaja seusianya memutuskan untuk bersenang-senang, kongkow-kongkow di cafe, belanja dll, Elisa memutuskan untuk peduli pada anak-anak dan remaja seusianya. Subhanallah....

Dengan adanya Elisa di gerakan ini, kami seperti mendapat penyegaran. Banyak ide-ide brillian muncul dari Elisa. Seperti yang dilakukannya baru-baru ini. Membawa sekotak susu kemasan, kemanapun ia pergi.

Elisa seperti juga remaja lainnya. Kemana-mana menjadi “angkuters”, istilah untuk mereka yang sering menggunakan angkutan umum J. Bagi Elisa, akan lebih bermanfaat memberikan sekotak susu pada anak-anak pengemis ataupun anak jalanan dan anak pengamen. Karena, sebagian besar mereka justru menggunakan uang pemberian itu untuk dibelikan obat terlarang.

Sebagai anak terakhir dari tujuh bersaudara, juga sudah menjadi anak yatim, tentulah agak sulit untuk Elisa dalam mengatur keuangannya. Entah bagaimana caranya, saya juga sering dibuat heran dan kagum, selalu ada rejeki bagi Elisa. Ia tidak pernah absen membawa sekotak susu, juga selalu ikut kemanapun gerakan smartteen berjalan, walaupun denga begitu, menguras hampir sebagian besar isi dompetnya.

Elisa, selalu resah melihat ketidakadilan yang dialami remaja seusianya. Keresahan-keresahan itu terekam dalam beberapa sms nya yang ditujukan pada saya.

Diantaranya, keresahan pada temannya yang mengikuti aliran sesat JIL. Tanpa menunggu waktu lama, ia pun mengungkapkan keresahan itu melalui jejaring sosial dan pada saya. Begitupun saat beberapa orang memandang sebelah mata pada teman-teman Punk Muslim. Elisa lantang mendebat pendapat mereka.

Salah satu alasan Elisa berpihak pada Punk Muslim adalah, Elisa pernah merasakan sedikit kehidupan mereka. Walaupun hanya sedikit, tapi Elisa sadar, itu bukan tanpa sebab. Dan penyebabnya adalah saling berhubungan. Tidak bisa menyalahkan satu pihak saja. Elisa tidak pernah menyalahkan siapapun. Salut. Saat remaja lain tertangkap narkoba dan cenderung menyalahkan orang tua, Elisa sebaliknya.

Jujur saya malu. Saat dulu saya seusia Elisa, saya masih sibuk dengan dunia anak muda. Jalan ke sana kemari tanpa tujuan yang jelas. Uang yang didapat dari hasil keringat, dipakai untuk senang-senang, dan masih banyak lagi. Malu sangat... L

Berbeda sekali dengan Elisa. Empatinya begitu tinggi. Hatinya selalu tergelitik untuk berbuat, ketika ada yang kesusahan. Sosok Elisa, semoga bisa menjadi contoh bagi anak muda lainnya, agar tidak menunda berbuat baik dan peduli pada sesama, sekecil apapun itu. 

Saya berdoa dan berharap agar Elisa tetap seperti ini. Tetap low profile dan istiqomah. Salam sayang selalu J #pelukcium.


Poem to my little sister

Adik kecilku, 15 tahun yang lalu, saat aku seumur denganmu, aku masih sibuk dengan dunia anak muda. Suka ria anak muda dan kenakalan khas saat itu. Hanya 20% dari pikiranku yang tersisa untuk memikirkan orang lain. Kuliah, hura-hura, bergaul dll, memenuhi agenda mingguan.mencoba hampir semua tempat jajan adalah hal yang sangat biasa bagiku. Tak peduli tatapan mata anak kecil yang kelaparan, pengemis jalanan, pemulung, pengamen dan lainnya. Kini, diusiamu yang dulu aku sibuk dengan egoku, engkau berikan 100% pikiranmu untuk mereka. Dalam tasmu tersimpan sekotak susu yang akan kau beri pada pengemis atau pengamen cilik. Sekotak susu yang terkadang berkejaran dengan ongkos harianmu yang pas-pasan. Adikku, subhanallah... maluuu aku padamu. Tetap dijalan ini. Tetap istiqomah. Semoga Allah selalu melindungimu.



Rabu, 02 Mei 2012

PENTING GA PENTING

Sebuah tulisan di jejaring sosial facebook, menarik perhatian saya. Makna dari tulisan itu, adalah, haram hukumnya memajang foto wanita (apalagi yang sudah bersuami) di facebook. Menurut si penulis, cukuplah wajah cantik itu dinikmati oleh pasangan atau keluarga saja. Pada bagian bawah, tertulis, dari suami yang sangat pencemburu namun sangat sayang istri.

Satu sisi si pembuat tulisan, mungkin maksudnya baik. Memang bagi wanita yang sudah bersuami, sayang rasanya jika wajahnya dinikmati oleh para lelaki yang bukan muhrimnya. Selain itu, mungkin juga tujuannya untuk mengingatkan beberapa wanita yang memang kadang agak keblabasan dalam memajang fotonya di jejaring sosial.

Banyak memang foto-foto wanita, yang cenderung dipajang untuk mengagumi kecantikannya. Alih-alih bersyukur, malah menjadi pamer kecantikan. Nah, hal inilah yang dilarang. Foto-foto yang hanya menampilkan dirinya sendiri, dengan berbagai pose dan bebas di nikmati oleh banyak mata lelaki, tentu saja tidak disarankan.

Namun, pelarangan ini tentulah tidak bisa dipukul rata. Contohnya, foto menteri perempuan. Apakah foto ibu menteri tidak boleh dipasang? Apa akibatnya jika foto ibu menteri tidak dipasang? Apakah orang akan mengenalinya atau tidak? Foto ibu menteri sifatnya adalah pemberitahuan. Dengan dipasangnya foto tersebut, maka sebagian besar orang akan mengenalinya.

Juga, bagaimana dengan foto orang-orang terkenal? Apakah tidak boleh juga? Foto orang-orang terkenal, jika posenya tidak melanggar yang sudah ditentukan Allah, kenapa tidak? Contohnya, foto penulis terkenal Helvy Tiana Rosa. Apa yang terjadi ketika mba Helvy tidak mau memajang fotonya? Akankah orang mengenalinya? Jika mba Helvy mengadakan suatu acara dan panitianya tidak mengenalnya karena tidak pernah bertemu dan tidak pernah melihat fotonya, apakah hal itu juga dilarang???

Atau, suatu yayasan yang bergerak dibidang sosial. Menampung sumbangan-sumbangan para donatur. Kemudian sumbangan itu disalurkan kembali. Jika yang empunya yayasan adalah seorang wanita, apakah ia juga tidak boleh memajang fotonya? Sedangkan, misalnya, ada seorang donatur yang ingin mengetahui kemana uang sumbangannya, dengan melihat dokumentasi foto-fotonya. Apakah hal ini tidak boleh?

Jadi, menurut pendapat saya, memajang foto di jejaring sosial, sepanjang niatnya memang untuk kebaikan dan pemberitahuan, mengapa tidak?

Suatu larangan, hendaklah dilihat dari berbagai sisi. Bukan satu sisi saja. Dan, masih banyak hal-hal yang lebih penting dari "sekedar" mengurusi foto-foto wanita. Mungkin juga cara pemberitahuan harus lebih ahsan.  Seperti yang dikatakan Allah "watawashaubilhaq watawashaubisshabr", mengingatkan dengan kebaikan dan mengingatkan dengan kesabaran.

Sabar dan lembut dalam memberitahu kebenaran. Itu lebih mengena, dari pada bersikap frontal dan cenderung mempermalukan.

Yah, anyway, ga penting untuk mengupload foto-foto narsis yang akan mendatangkan fitnah dan pujian. Tapi penting untuk mengupload foto-foto yang memang ditujukan untuk gerakan-gerakan sosial.

Itu pendapat saya pribadi :) 




Selasa, 01 Mei 2012

MEREKA ADALAH ANAK-ANAK KITA...


Apa yang dikatakan oleh teman saya siang itu, sungguh membuat jantung saya terasa berdebar lebih keras. Bagaimana tidak. Teman saya itu berkata, bahwa anak tetangganya yang berusia dua tahun, diperlakukan tidak senonoh (dilecehkan) oleh anak tetangganya baru yang berusia empat tahun. Astaghfirullahal’adzim….. beberapa saat lamanya saya hanya bisa istighfar dan terdiam. Bingung. Tidak tahu harus berkata dan berbuat apa.

Beberapa hari terakhir, kita disesakkan dengan berita-berita tentang meningkatnya perilaku seksual pada remaja di Indonesia. Seperti  yang dimuat dalam situs www.hidayatullah.com. Hasil survey yang dimuat oleh situs tersebut menyebutkan bahwa, 67% remaja berusia 10th-15th setiap harinya menghabiskan waktu tiga jam untuk menonton film-film (maaf) porno.

Dari survey yang dikeluarkan oleh Komnas Perlindungan Anak pada tahun 2007, didapatkan data sebagai berikut ;


93,7% pernah melakukan kegiatan seks
62,7% remaja SMP tdk perawan
21,2% remaja SMU pernah aborsi
97% pernah menonton film porno


Data terbaru saya dapatkan dari majalah Ummi edisi November 2011. Disebutkan bahwa, pemerintah mengakui tingkat kehamilan di luar nikah sangat tinggi, mencapai 17% setiap tahunnya, yang akhirnya meningkat pada grafik aborsi. Survey yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyimpulkan, separuh remaja lajang di Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi kehilangan keperawanan dan melakukan hubungan seks pranikah, dengan rentang usia 13th-18th. “Berdasarkan data dari 100 remaja, 51 diantaranya sudah tidak perawan,” ungkap Kepala BKKBN Sugiri Syarief. Menurutnya hal yang sama terjadi pula di Surabaya (54%), Medan (52%), Yogyakarta (37%), dan Bandung (47%).

Sikap melindungi oleh sebagian besar orangtua, memang sudah seharusnya dilakukan. Namun, yang perlu menjadi catatan kita adalah, bahwa, dalam Islam, kita harus perduli dengan sesama. Terlebih anak-anak. Karena mereka adalah generasi penerus. Kita memang harus melindungi anak-anak kita sendiri. Tapi jangan lupa, jika kita hanya men-shalehkan anak kita, tapi tidak men-shalehkan anak tetangga atau anak saudara ataupun anak teman-teman kita (misalnya), maka, suatu saat anak kita pun akan ikut terbawa atau terpengaruh oleh mereka.

Rasulullah saw sangat peduli pada anak-anak saudaranya. Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saw pada anak-anak pamannya. Salah satunya adalah ‘Abdullah Ibnu ‘Abbas yang diajak jalan bersama Rasulullah saw di atas unta beliau. Dalam perjalanan tersebut, Rasulullah mengisi dengan beberapa pelajaran yang sesuai dengan jenjang usianya dan kemampuan daya pikirnya. Rasulullah saw mengajak Ibnu Abbas untuk berdialog ringkas dan mudah, namun sarat dengan makna yang agung. Rasulullah saw pun pernah menegur seorang bapak yang tidak pernah memeluk dan mencium anaknya.


Begitulah. Kita tidak bisa menutup mata pada kejadian di sekitar kita. Kita tidak bisa lagi berpangku tangan berharap ada lembaga tertentu yang peduli pada anak-anak “berperilaku aneh”. Ataupun hanya melindungi anak-anak kita sendiri. Ini bukanlah waktu yang tepat untuk menjadi penonton, komentator atapun pengamat. Sekecil apapun itu, untuk kebaikan generasi penerus, lakukanlah. Mari kita berlomba-lomba dalam kebaikan guna menyelamatkan generasi penerus bangsa.  


GUGAT CERAI...


*tulisan lama, satu tahun yang lalu*

Entah kebetulan atau tidak, dalam beberapa hari terakhir ini saya bertemu dengan kenyataan, betapa meningkatnya tingkat perceraian di Indonesia, Jakarta khususnya.

Siang itu, saat membawa ibu ke Rumah Sakit Islam Jakarta, saya bertemu dengan ibu Rohana. Beliau adalah salah satu penasehat di Pengadilan Agama. Pada awalnya, beliau memaparkan bagaimana membentuk keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Ini terkait dengan tingginya tingkat perceraian. Menurut beliau, tren akhir-akhir ini (duh, saya kok ngeri ya menyebut cerai dengan sebutan “tren”  L) adalah permintaan cerai yang berasal dari pihak istri. Atau biasa disebut dengan gugat cerai.

Berdasarkan data terakhir, kasus cerai di seluruh Indonesia adalah 285.184 kasus. Dari jumlah tersebut, ternyata 13% nya adalah gugat cerai. Penyebab tertinggi perceraian secara umum (baik talak cerai atau gugat cerai) adalah karena faktor ekonomi, yaitu 67.891 kasus. Fakta lain yang menarik adalah,  ternyata kekerasan fisik bukanlah faktor utama dalam perceraian. Ini dibuktikan dengan rendahnya jumlah perceraian akibat kekerasan fisik, yaitu 2.091 kasus. Penyebab terakhir perceraian, yaitu poligami.

Dari data-data tersebut, ibu Rohana pun menyimpulkan, bahwa, sebenarnya kasus gugat cerai adalah karena masalah komunikasi yang kurang “nyambung”. Hal ini beliau buktikan dari beberapa konseling yang dilakukan dengan beberapa pasangan yang ingin bercerai, setelah melakukan mediasi, alhamdulillah, perceraian pun batal.

Mendengar hal itu, saya pun manggut-manggut, antara prihatin, juga mengoreksi pernikahan saya selama ini. Ah, mudah-mudahan saja segala kerikil yang ada di rumah tangga, bisa saya lewati dengan baik.

Secara tak sengaja pula, saya membaca status seorang ustad di facebook. Beliau menyatakan keprihatinannya dengan tingginya tingkat gugat cerai akhir-akhir ini. Tak lupa beliau juga menyebutkan bahwa seorang tokoh wanita memberi komentar atas fenomena itu, yaitu, bahwa wanita sekarang sudah sadar atau melek hukum. Duh, kok saya merasa kurang enak ya. Apa karena wanita sudah melek hukum lalu bisa seenaknya meminta cerai?.... #tarik-nafas-panjang#

Sabtu siang, saat bertemu dengan seorang sahabat, ia pun menceritakan tentang adik temannya yang meminta cerai pada suaminya. Ketika saya tanyakan mengapa, sahabat saya pun berkata “karena suaminya di PHK mba.” Ah, kepala saya langsung cenat cenut (kayak lagu sma#sh J ). Kemana janji awal pernikahan dulu? Janji bahwa senang dan susah akan dijalani bersama....

Saya pun teringat sebuah hadits “Semua wanita yang minta cerai (gugat cerai) kepada suaminya tanpa alasan, maka haram baginya aroma surga” [HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad, dan dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam kitab Irwa’ul Ghalil, no. 2035]

Memang dalam beberapa hal gugat cerai diperbolehkan, diantaranya adalah , jika dikhawatirkan suami akan membawa istrinya keluar dari agama atau suaminya sudah berbuat dzhalim terhadap istri. Tapi, jika kita melihat data-data diatas, jelaslah bahwa penyebab tertinggi perceraian karena faktor ekonomi, dan sebenarnya hal tersebut masih bisa di mediasi (menurut data ibu Rohana).

Dalam bulan momen Ramadhan ini, semoga keluarga muslim dapat merekatkan kembali ikatan suci pernikahan. Mengingat kembali saat-saat dulu memulai pernikahan. Saat melakukan akad, saat pertama kali memiliki anak, saat pertama kali merasakan tinggal dengan mertua, ataupun saat-saat dimana semuanya berawal (mulai sensitif J). Yah, tidak ada satupun pasangan di dunia ini yang menginginkan perceraian, namun jika memang masih bisa di komunikasikan, akan lebih baik. Kembalilah pada Al-Quran dan mari kita ikuti teladan kita Rasulullah saw.

Seperti kata bang Maher, insyaAllah you’ll find the way J.....


8 Agustus 2011