Senin, 15 April 2013

TANTE KRIS...


Berkecimpung di dunia remaja, membuat saya selalu tertarik dengan kisah orangtua yang berhasil dalam mendidik anak-anaknya. Sore itu saya mengikuti pertemuan rutin ibu-ibu PKK di wilayah rumah saya. Rata-rata ibu-ibu ini sudah sepuh, alias sudah punya cucu. Mereka punya banyak cerita tentang bagaimana sukses mendidik anak.

Salah satunya adalah tante Kris, begitu saya biasa memanggilnya. Usia tante Kris hampir 50 tahun. Tapi penampilannya masih energik. Anak-anaknya pun sudah dewasa. Yang pertama berusia 26 tahun. Jengis panggilannya. Saat ini Jengis adalah dosen tetap di salah satu universitas bergengsi di Jakarta. Jengis telah menamatkan S2 nya, dan saat ini akan menempuh pendidikan S3.

Yang kedua adalah Bara. Lulusan Sekolah Tinggi Statistik Indonesia ini, telah bekerja di Sorong Papua, sejak lulus kuliah. Beberapa bulan yang lalu, baru saja melangsungkan pernikahan sederhana dengan pujaan hatinya. Saat ini, Bara tengah menanti beasiswa untuk S2nya. Dan yang terakhir, Eda. Masih duduk di kelas satu SMAN favorit di Jakarta Timur.

Ketiga anak tante Kris adalah lelaki. Saya salut pada mereka, mampu menjaga diri dari pergaulan ibukota. Selama mengenal keluarga tante Kris, saya tidak pernah mendengar ketiga anaknya terlibat perkelahian, obat-obat terlarang, apalagi sampai seks bebas. Sebaliknya, saya dijejalkan dengan informasi anak-anaknya yang selalu mendapat beasiswa. 

Subhanallah….

Saya pun penasaran dengan kiat mendidik tante Kris.

“Simpel Ci, tante selalu berkomunikasi dengan mereka. Uci tau kan rumah tante. Setiap kamar terhubung. Mereka ga bisa terkunci di kamarnya sendirian. Apalagi berduaan dengan temannya. Kalau ada teman yang datang kerumah, tante  kadang ikut nimbrung. Tante juga ga ijinin mereka punya hp sampai tamat SMA. Apalagi motor.” Jelas tante Kris panjang lebar.

Subhanallah…. “Dan tante bertahan dengan gaya didik tante seperti itu? Mereka ga minder tante dengan teman-temannya?” Tanya saya penasaran.

“Alhamdulillah ga Ci. Tante jelasin ke mereka, bahwa kita bukan orang berlebihan seperti teman-temannya. Jangan tergiur. Yang dilihat bukan materi, tapi otak.”

Saya mengangguk, subhanallah, luar biasa. Di lain pihak, kita bisa melihat begitu entengnya remaja sekarang membawa smartphone kemanapun. Saat di angkutan umum, di mall, di sekolah, smartphone tidak pernah lepas dari genggaman mereka.

“Oya, satu lagi Ci, tante ga pernah tertarik dengan BB. Ada salah satu orangtua temen anak tante, anaknya dibeliin BB, malah ketauan simpen foto-foto vulgar.”

Saya kembali mengangguk. Ya, smartphone sama dengan internet. Bagaikan pisau. Tergantung penggunanya. Mau digunakan untuk kebaikan atau kejahatan?

Budaya komunikasi aktif selalu dijaga oleh tante Kris dan suaminya. Apapun masalahnya, harus dirembuk bersama.

“Tante sering Ci ngobrol berlima. Kita kumpul di kamar. Anak-anak bebas cerita apa aja. Tante ketawa-ketawa dengar cerita mereka.”

Alhamdulillah… terimakasih tante Kris, hari ini saya mendapat pelajaran luar biasa tentang cara mendidik anak. Buku-buku pendidikan anak memang menarik untuk dibaca. Tapi, pengalaman hidup seseorang adalah pelajaran yang paling berharga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar