Rabu, 31 Oktober 2012

UNTUK NENEK TERCINTA...


Siang itu saya dan Lisya berkunjung ke LembagaPemasyarakatan Anak Pria Tangerang. Agenda kami hari ini adalah mendata anak-anak Lapas. Data itu bertujuan untuk memantau perkembangan mereka selama di Lapas. Juga dapat digunakan jika mereka keluar kelak.

Karena kami hanya berdua, maka hanya sepuluh anak yang sanggup kami data. Sepuluh anak dibagi lagi menjadi dua kelompok. Saya lima orang, begitu juga Lisya. Anak-anak yang kami data adalah mereka yang masa hukumannya lebih dari satu tahun.

Dan Allah mentakdirkan saya untuk mendata anak-anak yang membuat jantung saya mencelos. Tiga anak diantaranya dihukum karena kasus pembunuhan. Satu karena kasus narkoba, dan terakhir kasus pelecehan seksual.

Salah satu diantara mereka, alhamdulillah sudah cukup dekat dengan kami. Namanya Zainuddin. Kasus tawuran hingga pembunuhan. Alhamdulillah, perkembangan Zainuddin semakin baik. Ini karena niat yang kuat dari dalam dirinya.

Yang baru saya temui adalah Faiz. Kasusnya pelecehan seksual. Sama dengan anak Lapas lainnya, penampilan Faiz jauh dari kesan menyeramkan. Justru sebaliknya. Rapi dan terawat.

Pertama kali di data, Faiz belum banyak bicara. Namun, saat suasana agak tenang dan teman lainnya sibuk mengisi formulir, Faiz pun mulai bercerita.

Sejak lahir ke dunia, Faiz di asuh oleh nenek dari ibunya. tinggal bersama kakek dan nenek, tidak membuat Faiz kehilangan kasih sayang. Justru bersama kakek dan neneklah, Faiz tumbuh menjadi anak yang shaleh.

Sosok nenek bagi Faiz adalah segala-galanya. Padahal, nenek Faiz bukanlah nenek kandung. Tapi kasih sayang yang dilimpahkan nenek Faiz, lebih dari cukup. Semua keperluan Faiz, kakek dan neneknya berusaha untuk mencukupi.

Usia yang renta, tidak membuat kakek dan nenek Faiz berhenti untuk mencintainya. Bahkan, saat di Lapas pun, kakek dan nenek Faiz rajin menjenguk. Dengan sepeda motor, mereka menembus padatnya lalu lintas, untuk melihat cucu kesayangan mereka, yaitu Faiz.

“Umur kakek sekarang 67 tahun bun, nenek 65 tahun. Tapi mereka masih kuat naik motor sampai kesini. Padahal saya sering bilang, ga usah sering-sering ke sini. Tapi kakek dan nenek tetap datang.” Kata Faiz sambil matanya berkaca-kaca.

“Tapi orangtua Faiz masih ada kan?” tanya saya hati-hati.

“Ada bun, tapi sudah pisah sejak saya TK.” Jawab Faiz sambil menunduk.

Sejak Faiz TK, ibunya memutuskan untuk meninggalkan ayah Faiz. Ini dilakukan karena pekerjaan ayah Faiz yang tidak halal. Berkali-kali keluar masuk penjara, tidak membuat ayah Faiz jera. Setelah berpisah, ibu Faiz memutuskan untuk tinggal bersama dengan Faiz, kakek dan neneknya.

Walau ibu Faiz telah tinggal satu rumah, kasih sayang kakek dan nenek tidak berkurang sedikitpun. Malahan, mereka semakin melindungi Faiz. Kakek dan nenek Faiz sangat berharap agar Faiz menjadi orang yang berhasil dan dapat dibanggakan.

“Saya kasian sama nenek saya bun. Waktu saya masuk penjara, nenek yang paling tabah. Walaupun nenek sedih, tapi masih bisa nguasain dirinya. Nenek ga pingsan kayak ibu. Nenek malah langsung nasehatin saya. Saya nyesel bun.” Cerita Faiz, sambil terus menundukkan kepalanya.

Menurut Faiz, kejadian pelecehan yang menyebabkan masuk Lapas adalah jebakan.

Semua berawal dari tetangga Faiz yang tidak suka pada ibunya, dan berusaha untuk terus memfitnah keluarga mereka. Sebelum ibu Faiz tinggal bersama Faiz, hal itu tidak pernah terjadi. Entah mengapa, sejak ibunya tinggal serumah dengan Faiz, tetangga tersebut merasa terusik.

Dan puncaknya adalah ditangkapnya Faiz dengan tuduhan telah melecehkan anak tetangganya.

Sebenarnya kasus ini terjadi tahun 2008, selama beberapa tahun, Faiz hanya dikenakan wajib lapor. Namun, tahun 2011, pengadilan memutuskan Faiz ditahan.

“Saya sayang banget bun sama nenek saya, saya pingin banget berangkatin haji kakek dan nenek. Nenek itu.....” Faiz terdiam, suaranya tercekat. Ia berusaha menahan tangis.

“Nenek bagi saya segala-galanya...”

Air mata Faiz mulai menetes. Saya terdiam. Berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis di depan Faiz.

“Bun, kalau saya bebas, saya ingin bahagiain nenek saya.....”

Ya Faiz, kamu pasti bisa..... 


PESONA N.I.A.S


Pulau Nias memang mempesona. Keindahannya tidak hanya dikenal di dalam negeri, namun juga sampai ke mancanegara. Namun, N.I.A.S yang ingin saya ceritakan disini bukanlah tentang pulau Nias. Tapi tentang pesona sekumpulan ibu-ibu yang bertekad untuk menggali lebih dalam lagi tentang Islam.

N.I.A.S adalah singkatan dari Ngobrol Iseng Akhwat SMANDA (SMAN 2 Bekasi). Dibentuk oleh ibu-ibu yang luar biasa. Berawal dari lima orang ibu, kemudian menyusut menjadi empat orang, kemudian meningkat lagi, menyusut lagi, meningkat lagi, begitu seterusnya.

Pengajian NIAS, diawali dari ngobrol iseng, saling tukar pikiran, diskusi ngalor ngidul, hingga sampailah pada satu kesimpulan, untuk saling berbagi ilmu, berbagi cerita, juga berbagi dagangan hehehe....

Anggota NIAS terdiri dari berbagai latar belakang. Ibu rumahtangga, ibu bekerja, pengusaha, wanita karir dll. Tidak ada aturan khusus untuk menjadi anggota NIAS. Aturan wajibnya hanya alumni SMAN 2 Bekasi 1993 dan tentu saja harus perempuan J

Saat ini usia NIAS hampir dua tahun. Waktu yang cukup lama untuk saling mengerti, saling memahami satu sama lain. Walau pertemuan rutin diadakan “hanya” sekali sebulan, namun, hampir setiap hari anggota NIAS saling berhubungan. Entah lewat sms, bbm, wasap atau pun media lainnya. Belum lagi janjian makan siang yang hampir setiap minggu diadakan J

Ya, NIAS bagi saya, sangat mempesona. Berbagai karakter ada disana. Dan itu adalah pelajaran yang sangat berharga. Bagaimana satu dan lainnya berusaha untuk saling memahami dan saling mengerti. Meredam ego pribadi demi kemajuan dan kepentingan bersama. Subhannallah....

Disadari atau tidak, setiap bulan, pertemuan NIAS selalu menebar hikmah. Dan hikmah terbesar adalah dari pengalaman masing-masing anggota. Bagaimana mereka bertahan dengan masalahnya, bagaimana mereka berusaha menemukan solusi dari masalahnya dan bagaimana mereka menghadapi berbagai masalah hidup.

Di NIAS, kadang tawa dan tangis menjadi satu. Itulah uniknya NIAS. Jika ada lagu semakin cinta yang ditujukan untuk pasangannya, maka, saya persembahkan lagu semakin cinta untuk teman-teman NIAS.

Sungguh, NIAS terdiri dari pribadi-pribadi luar biasa. Banyak hikmah yang bisa diambil dengan bergabung di NIAS.

NIAS menuju milad dua tahun, tetap semangat dan semoga istiqomah....


Selasa, 16 Oktober 2012

PERJALANAN MENATA HATI (2)


Seperti yang telah direncanakan, Selasa 16 Oktober, Gerakan Peduli Remaja (GPR) bersama  Smart Learning Centre (SLC) , Fadly perwakilan #IndonesiaTanpaJil Jakarta dan Sarah, wartawati majalah Hidayatullah, berkunjung ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Pria Tangerang.

Ini adalah perjalanan saya yang kesekian kalinya ke Lapas. Tapi entah kenapa, setiap menuju Lapas, hati saya selalu kelabu. Membayangkan anak-anak remaja menjalani kehidupan di dalam Lapas. Sementara diluar sana, para remaja bebas melakukan apapun.

Satu kelemahan saya, tidak bisa menahan air mata setiap kali berkunjung ke Lapas.

Dengan keadaan serba terbatas, mereka masih bisa tersenyum, tertawa, bercanda, menggoda satu sama lain, bahkan mereka sering mengajak kami tertawa bersama.

Mungkin saya bisa tertawa, tersenyum... tapi sungguh... hati tidak bisa dibohongi. Tawa saya sangat garing, senyum pun kecut. Aahh.. semoga mereka tidak bisa membaca keadaan hati saya yang sebenarnya.

Sesampai di Lapas, GPR dan SLC bergegas menuju masjid Lapas. Beberapa anggota tim memang belum sempat shalat di luar Lapas.

Bahagia dan haru campur menjadi satu ketika kaki ini menjejak di Lapas. Pertama yang saya temui adalah Zainuddin, kasus pembunuhan karena tawuran. Aahh anak ini. Tidak terlihat sedikitpun jika ia tega membunuh lawan tawurannya. Alhamdulillah ia sudah bertobat dan menyesali perbuatannya. Tujuannya saat ini hanya satu, membahagiakan orangtua dan adik-adiknya. Semoga Zai, kamu pasti bisa.

Dari gerbang depan menuju masjid, saya sempat bertemu dengan beberapa anak Lapas. Beberapa menghampiri dan bertanya, apakah saya dan teman-teman akan mengadakan acara. Ya, jawab saya. “nanti ikut ya,” kata saya. Dan mereka pun tersenyum mengangguk.

Seorang anak menghampiri saya. “bunda, liat deh, aku buat taman kecil,”

“Oya? Mana?” tanya saya

Kami berjalan bersama menuju taman yang ia sebutkan.

Taman itu.... baginya itu sebuah taman. Saya tercenung. Hati saya gerimis. Ya, itu memang sebuah taman mungil. Letaknya disudut lapangan bola. Andi, nama anak itu. Menceritakan dengan bangga tentang tamannya.

Beberapa tanaman ia susun rapi membentuk satu tulisan. Diluar tulisan itu, ia menyusun pagar yang juga terbuat dari tanaman. “Bagus kan bun?” tanyanya. Saya tersenyum “Hebat. Bagus banget. Mudah-mudahan hujan ya, biar tambah bagus.” Puji saya.

Berjalan menyusuri kamar-kamar penjara, saya berpapasan lagi dengan beberapa anak Lapas. Seorang anak berlari di tengah lapangan. Saya pun memanggilnya untuk mendekat. Senyum terkembang di wajahnya.

Namanya Nasrullah. Nama yang bagus. “Bunda apa kabar?” aahh kenapa ia dulu yang meyapa saya seperti itu? Harusnya saya yang bertanya lebih dulu. Saya tersenyum. 

“Nasrullah gimana kabarnya? Ada salam dari ustad Alwi. Gimana buku-bukunya sudah selesai dibaca belum?”

“Wah alhamdulillah, salam balik ya bun. Kapan ustad Alwi dateng lagi?”

“Doakan ya, sekarang ustadnya masih di Kuala Lumpur.”

“Bun, saya lagi disuruh sama penjagaan. Saya tinggal dulu ya bun.”

Saya mengangguk. Nasrullah meninggalkan saya sambil tersenyum dan melambaikan tangannya.

Sampai di masjid, saya menunggu beberapa tim yang sedang shalat. Seperti biasa, beberapa anak mendekat dan menyapa.

Dari jauh, seorang anak berlari menuju saya. Senyumnya lebar. Matanyapun berbinar. Zikru namanya. Hobinya menulis dan membaca buku.

“Bunda gimana kabarnya,” tanya Zikru. Aahh mengapa saya selalu kalah cepat menanyakan kabar mereka???.....

“Baik alhamdulillah. Zikru gimana? Oya, dapat salam dari ustad Alwi. Bukunya sudah selesai dibaca belum?”

“Sudah bun. Bagus banget bun. Keren deh. Itu kan menceritakan perang salib...” bla..bla...bla... Zikru dengan bahagia menceritakan sebagian besar isi buku yang ia dapat dari ustad Alwi Alattas. Subhanallah... semangat sekali ia menceritakan isi buku itu.

“Zikru baca bukunya berapa lama?” tanya saya

“Mmmm berapa ya, tiga hari kalo ga salah bun. Setelah acara kemarin itu, Zikru langsung baca bukunya.” Jawab Zikru sambil tersenyum bangga, namun tidak bermaksud sombong.

Lagi-lagi saya seperti merasa ditampar. Tiga hari... saya dan Zikru sama-sama mendapatkan buku itu dari ustad Alwi pada hari yang sama. Sama-sama gratis juga. Tapi.... Zikru langsung membacanya dan melahapnya hanya dalam waktu tiga hari. Maluuuu sekali rasanya.

Zikru masih bercerita tentang isi buku. Tiba-tiba saya pun teringat ingin mengenalkan Zikru pada salah satu tim SLC yang penulis dan juga anggota Forum Lingkar Pena (FLP). Saya pun langsung memanggil Haden dari tim SLC.

Ketika dikenalkan, wajah Zikru langsung berubah. Matanya semakin berbinar bahagia. Ia sangat antusias mengobrol dengan Haden. Subhanallah... Zikru, akhirnya kamu ketemu dengan salah satu penulis dari FLP ya...

Saya meninggalkan Haden dan Zikru yang asyik bertukar cerita.

Di dekat teras masjid, beberapa anak sedang mengerjakan pelebaran teras. Sebagian dari mereka berambut plontos. Saya terkesiap. Rambut plontos. Berarti mereka baru masuk?? Aahh... kenapa anak Lapas harus bertambah?

Saya pun bertanya pada salah satu penjaga.

“Pak, ini anak-anak baru ya?”

“Iya mba. Anak tahanan. Lagi nunggu putusan hakim.”

Saya menatap mereka dalam-dalam. Anak baru. Umur berapa kalian? Bagaimana orangtua kalian? Berpa lamakah kalian akan tinggal disini? Bagaimana saudara-saudara kalian? Apa yang kalian rasa saat ini? Menyesalkah?...... 


Kunjungan ke Lapas sesungguhnya merupakan perjalanan menata hati, dari rasa sombong atas segala yang kita dapatkan selama ini. Menata hati atas diri yang merasa telah baik dalam mendidik anak, dan menata hati agar tak selalu merasa gembira berlebih, karena diluar sana (Lapas), masih banyak anak-anak remaja yang menghabiskan waktunya dengan keadaan serba terbatas.




Minggu, 14 Oktober 2012

Mama, aku ga pinter ya??...


Menjelang ujian nasional, sebagian orangtua dilanda kecemasan. Begitu juga dengan anaknya. Sejak diberlakukannya standar ujian nasional, banyak anak dan orangtua menjadi stress. Takut jika anaknya tidak lulus atau lulus tapi dengan nilai pas-pas an.

Jauh-jauh hari sebelum kelas 6, saya sudah wanti-wanti ke Adam, saya dan abinya tidak menitikberatkan pada nilai. Lulus dengan nilai yang biasa-biasa saja sudah cukup. Bukan tidak memotivasi anak atau pun tidak mempunyai target. Tapi kami melihat kondisi jiwa Adam yang memang tegang ketika masuk kelas 6.

Adam memang tidak terlalu ahli dalam matematika, dan itu menjadi momok yang cukup menakutkan baginya. Karena seperti di sekolah-sekolah lain, jika nilai matematika diatas 8, maka ia dianggap pintar. Seakan-akan anak yang nilai matematikanya rendah, dianggap tidak pintar.

Padahal bagi kami, setiap anak itu berbeda. Tidak sama. Masing-masing anak mempunyai kelebihan dan kekurangan. Apa  jika matematikanya kurang baik, namun bahasa inggrisnya baik, maka ia dianggap tidak pintar? Apakah hanya matematika saja yang dijadikan tolak ukur kepintaran seorang anak?

Apakah jika seorang anak rajin shalat, hafal alquran, rajin membantu orangtua ataupun guru atau teman, namun kurang bisa matematika, maka ia dianggap tidak pintar???

Anggapan seperti itulah yang dialami Adam ketika menjalani pendalaman materi, atau biasa disebut dengan PDM. Saat akan PDM, siswa dibagi dalam empat kelompok. Nama-nama kelompok itu cukup baik, sama-sama bagus.

Namun, ketika masuk ke kelompok PDM yang bagi sebagian temannya adalah terdiri dari anak-anak yang kurang paham matematika, Adam pun merasa sangat down. Padahal, sebelumnya nilai-nilai latihan Adam sempurna, alias 100.

Tidaklah mudah menaikkan kembali motivasi seorang anak. Bullying yang dilakukan temannya, sudah tertanam di benak Adam.

Membangkitkan kembali kepercayaan diri Adam. Itulah yang saat ini kami lakukan. Nilai bukan segala-galanya. Dengan dialog yang tak henti, kami terus memotivasi Adam. Motivasi yang disampaikan dengan santai, namun serius.

Jika Adam bertanya pada saya, “Mama, emang kalo kurang paham matematika, dianggap ga pinter ya?”

Maka saya akan tanya balik pada mereka yang menetapkan matematika sebagai standar kepintaran seseorang, “Kenapa hanya matematika yang dijadikan standar kepintaran seseorang?”

Saya tidak membenci pelajaran matematika. Saya hanya sangat tidak setuju jika orang yang nilai matematikanya bagus dianggap pintar. Sedangkan orang yang nilai matematikanya pas-pasan namun akhlaknya baik, dianggap tidak pintar.

Semoga Adam bisa melalui fase ini dengan baik. Emosi anak menjelang remaja biasanya labil. Kita sebagai orangtua, harus pintar-pintar mencermatinya. Pahami anak, dengarkan keluhan mereka, hindari sikap menghakimi, dan berikan yang terbaik.

Itulah yang kami upayakan saat ini. 


KERJASAMA GERAKAN PEDULI REMAJA DENGAN SLC


Dalam melaksanakan berbagai kegiatan, Gerakan Peduli Remaja mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak. Salah satunya adalah kerjasama dengan Smart Learning Centre (SLC).

SLC adalah sebuah lembaga training motivasi  baik untuk kalangan remaja maupun mahasiswa dan perusahaan. Lembaga ini digawangi oleh anak-anak muda yang memang concern pada masalah remaja. 

Walaupun baru berdiri tiga tahun, namun SLC telah banyak melakukan training motivasi di berbagai sekolah. Dari tingkat sekolah dasar hingga universitas.

Pada Rabu 10 Oktober, ketua GPR Suci Susanti dan bendahara GPR Lisya Marlina menyerahkan agenda kegiatan satu tahun di LembagaPemasyarakatan (Lapas)  Anak pria Tangerang. GPR mengajak SLC untuk bekerjasama dalam membuat acara-acara motivasi yang menarik bagi anak Lapas.

Pengawasan anak Lapas memang harus dilakukan berkesinambungan. Bukan hanya selama di Lapas saja, namun juga sampai mereka diluar Lapas. Dan berdasarkan pengalaman beberapa anak Lapas yang telah bebas, justru diluar lah masa-masa krusial mereka. Karena tidak semua orang mau menerima mantan narapidana di lingkungannya.

Untuk itu, GPR bersama SLC akan mengadakan pemantauan berkala berkaitan dengan mental para anak Lapas. Pemantauan ini dilakukan dalam bentuk wawancara. Baik dengan anak Lapas yang bersangkutan, ataupun dengan karyawan Lapas.

Pemantauan dilakukan saat GPR mengadakan acara setiap minggunya, serta saat GPR mengadakan konsultasi. Selain itu, pemantauan juga dilakukan melalui pengumpulan data-data anak Lapas melalui latar belakang kasus mereka, latar belakang keluarga, latar belakang dll.

Selain mengadakan pemantauan pada saat acara, GPR pun akan memanfaatkan salah satu ruang di Lapas yang biasa disebut “pojok curhat”. Di pojok curhat, anak Lapas bebas menceritakan apa saja permasalahan mereka, apa yang ada dipikiran mereka, keinginan-keinginan mereka dll. Karena sebenarnya, anak Lapas sama dengan anak-anak remaja diluar sana. Mereka hanya ingin didengar.

GPR dan SLC berharap, semua program dapat diikuti oleh anak Lapas, dan mereka dapat merasakan manfaatnya. Baik manfaat selama di Lapas maupun setelah mereka bebas.
(tim GPR)



Kunjungan Gerakan Peduli Remaja ke LP Anak Pria


Gerakan Peduli Remaja (GPR) kembali mengunjungi LembagaPemasyarakatan (Lapas) Anak Pria Tangerang. Tim GPR terdiri dari ketua, Suci Susanti, bendahara, Lisya Marlina, humas Siti Edas Nurfirdausia dan sekretaris, Nadia.

Pada kunjungan kali ini, GPR bertemu langsung dengan Kepala Lapas, Drs Budi Raharjo. Dalam silaturahim itu, GPR menyerahkan proposal kegiatan yang rencananya akan diadakan di Lapas selama satu tahun.

Kegiatan-kegiatan tersebut dibagi dalam dua jenis, yaitu kegiatan rutin yang diadakan satu kali seminggu, dan kegiatan pada hari-haribesar nasional dan keagamaan.

Budi Raharjo, menyambut antusias rencana kegiatan yang diserahkan oleh GPR. “Alhamdulillah mba, memang kita harus sering-sering mengadakan acara keIslaman. Pemuka agama lain saja, datang ke Lapas sehari tiga kali. Pendakwah Islam, masih jarang, padahal anak Lapas mayoritas beragama Islam.” Ujar Budi.

Budi menambahkan, di Lapas memang sudah ada kegiatan pesantren setiap hari Selasa dan Rabu. Namun, anak Lapas tidak semua anak Lapas ikut dalam program pesantren. Selain tidak wajib, anak Lapas juga kurang berminat karena menurut mereka, kegiatan peantren kurang menarik.

“InsyaAllah kegiatan yang kita adakan dibuat semenarik mungkin untuk anak Lapas, namun tetap mempertahankan nilai-nilai Islam,” kata Suci.

Kegiatan GPR, bukan untuk menyaingi pesantren yang sudah berjalan cukup lama, namun, untuk saling mengisi. Seperti tabligh akbar yang akan dilaksanakan bertepatan dengan tahun baru Islam, jelas Suci.

Beberapa kegiatan memang telah diadakan di dalam Lapas anak. Namun, mengingat banyaknya jumlah anak Lapas, maka tidak semua anak dapat mengikuti setiap acara yang diadakan. Karena itu, Budi sangat senang dengan ide GPR untuk memperbanyak  program keagamaan di Lapas.

Kegiatan pertama akan diawali pada Selasa 16 Oktober , dalam bentuk motivasi. Dalam kegiatan ini GPR bekerja sama dengan lembaga training dan motivasi Samrt Learning Centre yang berpusat di Bekasi.

Sebagai Kalapas, Budi berharap, kegiatan yang diadakan GPR, dapat memberikan motivasi dan inspirasi bagi anak lapas. Agar setelah mereka keluar dari Lapas, dapat menjalani hidup dengan baik dan tidak melakukan kesalahan yang sama.

(tim GPR)




Jumat, 12 Oktober 2012

Pupusnya Harapan Pejuang Anti Narkoba


Perjuangan panjang para penggiat anti narkoba, berakhir. Mahkamah agung memutuskan menolak hukuman mati bagi para gembong narkoba.

Miris dan sangat prihatin.

Narkoba merupakan bahaya laten, yang menyerang berbagai lapisan masyarakat. Bukan hanya orang dewasa, anak-anak dan remaja pun terkena imbasnya.

Di lembaga pemasyarakatan anak pria Tangerang, kasus tertinggi adalah disebabkan narkoba. Mereka yang dihukum sebagian besar bukanlah pengedar, “hanya” pengguna. Itupun, tidak sampai pengguna yang mengakibatkan ketagihan akut. Tapi, lihatlah jangka waktu hukuman mereka, rata-rata diatas dua tahun.

Prihatin sekali. Karena mereka korban dari berbagai pihak. Termasuk dari para pengedar dan gembong besar yang seharusnya lebih bertanggung jawab.

Di negara-negara lain seperti Malaysia, hukuman para pengedar narkoba tidak main-main. Selain hukuman seumur hidup, juga hukuman mati. Ini dilakukan, agar para gembong dan pengedar narkoba kapok.

Patut di apresiasi ketegasan pemerintah Malaysia untuk melindungi keberlangsungan dan keselamatan generasi penerus.

Dan, Allah swt memang tidak pernah tidur. Masih ingat kasus melegalkan minuman keras? Ketika ramai dibicarakan dan menjadi polemik, muncullah tragedi tabrakan maut, yang dikemudikan oleh seorang wanita, yang ternyata sebelum mengemudikan mobilnya, ia telah banyak meminum minuman haram tersebut.

Saat ini pun seperti itu. Ketika hukuman mati bandar narkoba di “matikan”. Maka, Allah swt membuka mata para penegak hukum tentang bahaya nya narkoba melalui kecelakaan maut. Hampir sama dengan tabrakan maut, kali ini pengemudi terdeteksi menggunakan salah satu jenis narkoba, yaitu ekstasi.

Selain menabrakkan mobilnya pada banyak orang (dua diantaranya polisi), akibat ekstasi, pengemudi juga tidak sadar jika ia hanya mengenakan pakaian dalam saja. Astaghfirullahalazim....

Hukuman mati, memang banyak ditentang oleh mereka yang mengaku memperjuangkan Hak Asasi Manusia. Namun, jika para penggiat HAM menyebut hukuman mati melanggar HAM, bagaimana dengan hak asasi para korban tabrakan yang diakibatkan oleh pengemudi pengguna narkoba?

Bagaimana hak asasi bagi para remaja yang “tidak sengaja” terjangkiti virus narkoba?

Bagaimana dengan hak asasi remaja yang mengalami penyakit aids akibat jarum suntik narkoba?

Bagaimana dengan hak asasi para remaja yang mati sia-sia?

Bagaimana dengan hak asasi anak-anak jalanan yang menggunakan narkoba “ketengan” yang menyebabkan rusaknya otak, bahkan kematian???

Bagaimana dengan hak asasi masa depan remaja mantan pengguna narkoba??

Apakah para penggiat HAM juga memikirkan nasib para korban narkoba???


Sabtu, 06 Oktober 2012

PASSION


Mari kerjakan segala sesuatu dengan passion. Dimana passion itu yang membuat kita bersedia melakukan apapun walau tidak di bayar. Dengan passion, kita tidak peduli  waktu dan tempat, kita akan dengan senang hari menjalankannya. Mari gali passion kita yang paling dalam. Mulai dengan sederhana dan yakin bahwa sukses akan datang.

Saya menemukan tulisan diatas, tepat sesaat setelah pertemuan dengan seorang sahabat yang mengajak saya kembali menekuni bisnis.

Tahun 2011, saya memutuskan untuk berhenti sementara dalam dunia bisnis. Bukan apa-apa, saya  sangat kerepotan membagi waktu antara kegiatan sosial, mengajar dan kuliah. Apalagi saat ini sudah masuk semester tujuh. Sudah masuk skripsi ceritanya.

Sahabat saya, mempunyai semangat yang menggebu dalam berbisnis. Dan menurutnya, saya adalah orang yang tepat untuk diajak bekerjasama. Saya tersenyum kecut. Ada rasa bangga, namun juga ada rasa ragu. Karena beberapa kali menjalin kerja sama dengan sahabat, ternyata ujung-ujungnya ya gagal juga.

Saya mulai menganalisa (hehe... sok pinter deh) apa yang membuat beberapa kerjasama itu kurang berjalan lancar. Dan sampailah saya pada kalimat diatas. PASSION.

Kalau kita pernah nonton idol-idolan, tentulah kita sering mendengar komentar para juri yang mengatakan pada kontestan, bahwa pada saat menyanyi harus ada “feel”nya.

Begitupun saat kita mengerjakan sesuatu. Harus ada passion disitu. Harus ada feel disitu. Saya termasuk orang yang kurang setuju dengan pendapat “bisnis sampingan”. Karena bagi saya, itu berarti kita mengesampingkan bisnis yang kita lakukan.

Jika kita usaha atau bisnis, ya harus total. Ga ada kata-kata bisnis sampingan. Karena efeknya, dalam menjalaninya, kita akan kurang serius dan cenderung menganggap remah. Ini pendapat pribadi saya lo ya...

Kembali lagi ke sahabat saya yang ngebet banget mengajak saya terjun lagi ke bisnis. Bukannya ga mau. Sangat mau. Bisnis itu enak lo, apalagi kalau sudah untung hehe...

Saya bercerita pada sahabat saya. 10 tahun berbisnis, bukanlah waktu yang lama, juga bukan waktu yang singkat. Dalam kurun waktu itu, pikiran, tenaga, waktu saya betul-betul tercurah. Saat-saat awal memulai, memang saya belum dapat passion atau feelnya. Namun, setelah dua tahun berjalan, saya seperti orang ketagihan.

Obsesi saya dengan bisnis luar biasa. Saya bilang ke sahabat saya, bahkan, saat mimpi pun, saya mimpi sedang menulis bon, mimpi melayani pembeli, mimpi mengirim barang, dan sebagainya. Itulah passion. Dan itu pula yang membuat bisnis saya sanggup bertahan hingga 10 tahun.

Dengan passion, apapun saya lakukan. Kemanapun saya melangkah, bisnis saya selalu saya sertakan. Di setiap pertemuan, perbincangan, telepon, sms, bahkan pada pembantu rumah tangga tetangga, saya wanti-wanti mengingatkan pembantunya agar memberitahu pada majikannya, kalau saya memiliki bisnis yang menguntungkan.

Begitulah saya melalui hari-hari bisnis saya dengan passion.

Saat mendengar saya bercerita, sahabat saya hanya terbengong-bengong. Saya tersenyum. Dan melanjutkan cerita saya.

“Mba, tau ga, kalau aku lagi bosen bisnis nih, pagi-pagi aku akan ke pusat pertokoan. Aku ga belanja. Tapi aku menyerap energi para pedagang. Coba deh mba liat mereka. Pagi-pagi mereka sudah semangat buka toko. Beres-beres dll. Bagiku, itu pemandangan yang indah banget. Waktu mereka mulai buka toko itu, aku jalan menyusuri toko-toko mereka. Aku perhatiin mereka buka bon. Bagiku, suara-suara kertas saat membuka buku bon itu, bagaikan musik yang enak ditelinga.”

Hehehe.... dan dengan suksesnya, sahabat saya pun bengong lagi, sebengong-bengongnya.

Yah, itulah yang membedakan saya dan teman-teman yang pernah mengajak saya untuk kerjasama. Passion. Itu yang belum ada dalam diri mereka. Atau mungkin ada, tapi tidak terlalu besar.

Saya berkata lagi pada sahabat saya.

“Seperti yang dilakukan teh Pipiet Senja mba. Beliau menemukan passion pada menulis. Jadi, dalam keadaan apapun, yang ada dibenaknya adalah tulisan. Melihat angkot ngebut aja bisa jadi tulisan. Macet aja bisa jadi cerpen. Waktu aku ajak ke Lapas Anak, pulang-pulang teh Pipiet udah kepikiran untuk bikin novel.” Itulah passion.

Dan sebenarnya, pada setiap hal yang kita lakukan, passion, memiliki kedudukan yang sangat berarti. Karena dengan passion, kita tidak akan hitung-hitungan. Dengan passion, rasa ikhlas akan total. Dengan passion juga, kita rela melakukan suatu hal tanpa berharap pujian, perhatian, atau materi.

So, bagi saya, passion posisinya lebih tinggi dari kesungguhan. Karena dalam passion, ada jiwa yang total. Dan, jika kita sudah total dalam melakukan sesuatu, insyaAllah hasilnya tidak akan mengecewakan.

Passion, bikin hidup lebih hidup.....


AGENDA GERAKAN PEDULI REMAJA


Setelah beberapa waktu tidak berkunjung ke LembagaPemasyarakatan (Lapas) Anak Pria Tangerang, insyaAllah, mulai Selasa 9 Oktober, Gerakan Peduli Remaja (GPR) akan kembali mengadakan kunjungan rutin ke Lapas.

Kegiatan terakhir GPR adalah Gema Syawal yang dilaksanakan beberapa hari setelah hari raya Idul Fitri. Sebenarnya, selama jeda waktu itu, GPR melakukan konsolidasi ke berbagai pihak, serta merencanakan agenda selama satu tahun ke depan.

Karena GPR sadar betul, mengadakan berbagai kegiatan, tidak bisa sendiri. Harus bekerja sama dengan berbagai pihak yang mempunyai visi dan misi yang sama.

Jika bulan-bulan kemarin, GPR hanya sanggup mengadakan kunjungan ke Lapas dua minggu sekali, maka insyaAllah mulai bulan Oktober ini, dengan bantuan berbagai pihak, GPR dapat berjumpa dengan anak-anak Lapas setiap minggu.

Sebenarnya setiap minggu pun masih belum cukup untuk memantau kondisi mereka, dibanding dengan “tetangga sebelah” yang sanggup mengadakan kunjungan setiap hari. Namun, insyaAllah, walau seminggu sekali, GPR akan berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak Lapas.

Apa yang dilakukan pada anak-anak Lapas, haruslah berkesinambungan. Selain bimbingan selama mereka mendekam di Lapas, yang terpenting adalah membimbing mereka saat keluar dari Lapas.

Karena tidak semua keluarga mau menerima kembali anaknya. Masyarakat sekitar pun rata-rata memandang miring mantan narapidana. Dan ini bukan hal mudah bagi para anak mantan Lapas, yang jiwanya masih labil.

Selain mengadakan kunjungan rutin setiap minggunya, insyaAllah GPR pun sudah mengagendakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan hari-hari besar nasional. Seperti yang akan dilaksanakan GPR pada akhir tahun ini.

InsyaAllah pada bulan Desember, GPR akan mengadakan kegiatan di Lapas selama satu minggu penuh. Ada beberapa hari besar yang dijadikan tema oleh GPR, diantaranya, hari AIDS dan hari Ibu.

Pada hari AIDS, GPR akan mengadakan kerjasama dengan BadanNarkotika Nasional untuk memberikan penyuluhan pada anak-anak Lapas. Pada hari Ibu, insyaAllah GPR akan mengadakan pemutaran film untuk menghibur mereka.

Semoga semua kegiatan yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik.

Semoga Allah swt selalu meridhoi langkah kecil ini dan selalu membimbing agar GPR istiqomah.Semoga dengan bantuan banyak pihak, agenda GPR baik di Lapas maupun untuk remaja umumnya, dapat terwujud dan terlaksana dengan baik.



Jumat, 05 Oktober 2012

KEKERASAN REMAJA, BAGAIMANA MENYIKAPINYA ?...


Tidak sampai dua bulan, telah jatuh dua korban meninggal dalam tawuran antar pelajar. Usia mereka masih muda, rata-rata 15-16 tahun. Berbagai pihak sibuk saling lempar tanggung jawab. Media ramai memberitakan, tanpa memberikan solusi berarti.

Tawuran, mungkin sekali terjadi hampir setiap hari di seluruh wilayah Indonesia. baik dalam skala kecil maupun besar. Diketahui atau tidak diketahui oleh media, tawuran tetap saja terjadi.

Berulangkali hukuman diberikan pada pelajar yang terlibat aksi ini. namun pada kenyataannya, hal itu terjadi lagi dan lagi. Tidak ada yang jera dengan tawuran. Walaupun dalam tawuran itu ada teman mereka yang kehilangan nyawa atau masuk penjara, tetap saja esoknya atau minggu depannya, terjadi lagi tawuran. Bahkan, bisa lebih dahsyat.

Berbagai pihak, harus segera turun tangan menyelamatkan jiwa (emosi) remaja yang mudah tersulut. Para pemuka agama, orang tua, para guru dan terutama pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah sangat bertanggung jawab menyelamatkan moral para penerus bangsa.


Seperti yang kita ketahui, pelajaran agama di sekolah-sekolah umum, sangatlah sedikit. Hanya dua jam. Itupun tidak maksimal. Padahal, agamalah yang mengatur seluruh sendi kehidupan. Mulai dari adab (kebiasaan) yang akan terbentuk menjadi akhlak yang baik.

Banyak orang-orang tua jaman dulu yang mengeluh. Mereka berkata, anak jaman sekarang sangat jauh berbeda dengan perilaku anak jaman dulu. Mereka sudah kehilangan sopan santun. Lihatlah anak-anak yang sering “nongkrong” berdua di tempat-tempat umum. Tidak terlihat rasa malu pada mereka. Padahal, kata orang bijak, malu adalah sebagian dari pada iman.

Selain itu, peran masjid dalam menampung minat dan bakat remaja sangatlah minim. Mari kita tengok masjid-masjid di sekitar rumah. Adakah masjid yang mengadakan kegiatan agama dengan cara menampung minat dan bakat para remaja?

Jika kita melihat ke zaman Rasulullah saw, masjid sangat “hidup”. Masjid tidak hanya tempat shalat berjamaah. Namun mencakup segala hal. Termasuk menampung aspirasi para penerus agama.

Disinilah peran penting para pemuka agama. Kalau memang kurikulum agama di sekolah umum tidak bisa ditambah, sebaiknya para pendakwah segera turun ke kegiatan-kegiatan tambahan yang berbau agama seperti kegiatan Rohani Islam (ROHIS). Karena terbukti, anak-anak ROHIS, jarang sekali yang terlibat tawuran.

Para pemuka agama, menghidupkan masjid-masjid. Membuat acara-acara yang meremaja. Karena remaja adalah pribadi yang unik. Adakan suatu wadah yang dapat menyalurkan minat dan bakat para remaja di masjid. Dekatkan mereka dengan rumah Allah swt.

Selain itu, mengajak remaja memahami Islam, dengan gaya remaja. Sebagai contoh, di tahun 90-an, pada bulan Ramadhan disebuah radio anak muda yang terletak di kawasan pusat Jakarta, ada seorang ustad yang sangat digandrungi oleh anak muda saat itu, yaitu ustad Toto Tasmara.

Gaya beliau yang “meng-anak muda” cepat direspon oleh remaja saat itu. Acara ustad Toto Tasmara hanya sebentar saja, yaitu menjelang bedug maghrib, namun, yang konsultasi tanya jawab sangat banyak. Hampir setiap jeda, diisi dengan penelepon remaja.


Orang tua, adalah benteng pertahanan pertama para remaja. Apa yang remaja lihat dari kecil, akan tertanam pada otak mereka. Begitupun sikap dan perilaku serta akhlak sehari-hari.

Mengetahui teman anak kita adalah hal yang mutlak. Dengan siapa mereka berteman, siapa orangtuanya, dimana rumahnya, apa latar belakang keluarganya dll. Memilihkan teman untuk anak-anak kita adalah sebuah kewajiban.

Usia remaja adalah usia yang labil. Mereka mulai mencari jati diri dan sangat mudah ikut arus. Selain itu, mereka juga cenderung mengikuti hal-hal yang dilakukan oleh temannya. Seperti yang dikatakan oleh Rasulullah saw, “Seseorang bergantung pada agama temannya. Maka, lihatlah oleh tiap-tiap kamu siapa yang dijadikan teman.” (HR Abu Daud, Atturmudzi, Ahmad)

Arahkan anak-anak kita pada hal-hal keagamaan. Perbanyak waktu untuk diskusi tentang segala hal dengan mereka. Karena saat usia remaja, mereka sangat butuh tempat untuk berbagi. Mereka ingin mencurahkan kegelisahan tentang perubahan-perubahan fisik yang mereka alami. Tentang perasaan pada lawan jenis, atau tentang perilaku guru dan teman mereka saat disekolah.

Pada fase remaja, orangtua baiknya bersikap sebagai teman, yang dapat menampung segala permasalahan mereka, serta dapat memberikan solusinya. Jika remaja sudah merasa nyaman berbagi dengan orangtua, mereka akan mempunyai filter dalam menghadapi kehidupan luar yang sangat keras.


Guru adalah benteng kedua para remaja. Sering kita dengar, bahwa guru adalah pengganti orangtua di sekolah. Tanggung jawab guru pada para remaja sangatlah besar. Tidak “hanya” mengajar, namun juga mendidik.

Mendidik remaja, bukan hal yang mudah, namun juga tidaklah sulit. Remaja, seperti kita ketahui, mereka sangat labil. Mudah terpengaruh teman. Tidak heran jika usia remaja, banyak sekali “genk” yang bertebaran di sekolah.

Remaja akan merasa nyaman dengan teman-teman yang setipe dengannya. Sebagai contoh, remaja yang senang olahraga, mereka akan berkumpul bersama membuat klub basket, remaja yang senang musik, akan berkumpul bersama membuat sebuah band, remaja yang senang mengkaji Islam lebih dalam, akan bergabung dengan ROHIS, begitu seterusnya.

Guru, haruslah jeli dalam melihat sikap dan kecenderungan para remaja. Banyak remaja yang merasa tersisih. Tidak diterima di kelompok manapun, hingga mereka selalu bikin ulah. Salat satu yang berpengaruh besar adalah praktek bullying yang sudah sampai tingkat Sekolah Dasar.

Praktek bullying, terlihat simple, namun ternyata efeknya sangat mempengaruhi kejiwaan mereka. Ada remaja yang selalu diejek bodoh, hingga akhirnya ia merasa dirinya memang bodoh. Ada juga remaja yang diejek bersikap seperti “banci”, maka akhirnya ia pun meyakini bahwa dirinya adalah banci.

Bahkan pada beberapa kejadian tawuran, awalnya dimulai oleh saling mengejek. Di Jakarta, pernah ada tawuran remaja antar kampung. Setelah diselidiki, ternyata penyebabnya karena ejekan tentang nama “genk” mereka.

Menyadarkan remaja untuk saling menghargai, adalah salah satu tugas guru di sekolah. Sekali lagi, pribadi remaja adalah pribadi yang unik. Apa yang terlihat, belum tentu seperti itulah aslinya mereka.


Pemerintah sangat bertanggung jawab pada moral para penerus bangsa.

Dari tayangan-tayangan tawuran yang diperlihatkan televisi. Jelas terlihat senjata-senjata yang mereka gunakan serta gaya mereka saat penggunaan senjata itu.

Dari mana mereka mendapat isnpirasi seperti itu? Bapak pemerintah yang terhormat, mereka mencontoh dari game online yang ada di warung internet  sekeliling rumah kita. silakan dihitung berapa jumlah warnet dalam radius 1km. Lebih dari 10 warnet dan jam operasinya pun tidak dibatasi.

Dalam ilmu psikologi dikatakan, kita akan meniru dan terbiasa pada hal-hal yang seringkali kita lihat. Pada beberapa permainan yang ada di warnet, menggambarkan adegan-adegan kekerasan seperti pembunuhan yang menggunakan senjata tajam. Adegan pembunuhan pun terlihat nyata. Seperti muncratnya darah pada saat menebas bagian-bagian tubuh.

Salah satu adegan yang sangat ditiru remaja pada saat tawuran adalah, memutar-mutar gir sepeda diudara. Gir tersebut diikat pada seutas tali, kemudian diputar-putar untuk mencari musuh. Selain itu juga ada samurai. Dua senjata ini dapat kita lihat di game online yang ada di warnet. Dan karena mereka telah terbiasa “membunuh” di game online, maka di dunia nyata pun mereka anggap itu adalah hal yang biasa.

Kembalikan fungsi warnet seperti sedia kala. Kemajuan teknologi memang tidak bisa kita hindari, namun sangat mungkin kita batasi. Jam operasional warnet, jarak warnet, serta aturan-aturan yang menyangkut moral remaja, haruslah ditetapkan oleh pemerintah.

Remaja memiliki sejuta energi yang membutuhkan tempat untuk disalurkan. Empat hal diatas sangat berperan dalam meredam gelegak jiwa mereka. Saling bekerja sama satu dan lainnya, akan membuat remaja memiliki tempat berteduh.

Seluruh pihak hendaknya dapat segera mengambil kebijakan dalam menghadapi kekerasan di kalangan remaja.