Kamis, 06 Desember 2012

KENAPA LAPAS ANAK ???



Saya dan teman-teman telah terbiasa dengan pertanyaan heran dari beberapa orang yang kami temui. Misalnya saat salah satu tim GPR, Edas, bertemu seorang ibu di angkutan umum. Setelah saling melempar senyum ramah, akhirnya mereka terlibat perbincangan yang mengasyikkan. Saat Edas bercerita tentang kegiatannya di Lapas anak pria Tangerang, ibu tadi pun terkejut.

“Ngapain jauh-jauh kesana dek?”

“Kenapa Lapas anak pria?”

“Itu timnya perempuan semua? Emang ga takut?”

Yah, pertanyaan-pertanyaan diatas memang sudah sangat sering kami dengar. Begitupun ketika kami bercerita pada ormas-ormas atau yayasan-yayasan yang mempunyai tujuan sama dengan kami. Ekspresi mereka satu : HERAN...
Yah, sampai sekarang pun kami juga heran, kenapa kami bahagia sekali ketika bertemu anak Lapas?

Saat melihat senyum tulus mereka, melihat tawa mereka, mendengar kisah mereka, ada rasa yang tidak bisa kami ceritakan. Lebih dari rasa bahagia.
Bulan Desember ini, memasuki bulan ke sepuluh kami mengadakan kegiatan di Lapas anak pria Tangerang. Waktu yang masih sangat pendek dibandingkan dengan masa hukuman sebagian anak Lapas.

Saat pertama kali berkunjung, anak-anak Lapas masih memandang kami kaku. Senyum dan sapa sekedarnya. Kami pun bingung, harus memulai dari mana. Jujur, saat pertama kali mendengar beberapa kisah mereka, kami menangis. Kami berpikir, kok bisa ya, anak usia segini sudah menjalankan hidup sedemikian berat.

Kunjungan – kunjungan berikutnya, alhamdulillah berjalan lancar. Dari cerita mereka, kami jadi tau, bahwa sebagian besar mereka beragama Islam, namun kegiatan Islami sangat jarang. Beda sekali dengan kegiatan agama lain. Dalam sehari, sampai beberapakali kegiatan.

Tentu kenyataan ini membuat hati kami terbakar. Dari -+250 anak, 95% agama mereka adalah Islam. Namun, kegiatan Islami bisa dihitung dengan jari.

Memang sudah banyak LSM atau yayasan atau ormas yang mengadakan kegiatan di Lapas, tapi usianya singkat. Tidak sampai setahun. Hanya bertahan beberapa bulan saja. Dari informasi yang kami terima, alasan mereka tidak melanjutkan kegiatan di Lapas, karena kurangnya SDM dan dana.
Berbanding terbalik 180 derajat. Kegiatan agama lain, berlimpah dana dan tenaga. Bahkan sampai “luber”. Terbukti dengan banyaknya lembaga keagamaan yang mengadakan kerjasama dengan Lapas.

Selain itu, berinteraksi dengan anak Lapas itu “sesuatu banget” bagi kami.
Bisa dekat dengan anak Lapas, itu sebuah keistimewaan dan kebahagiaan yang ga ada bandingannya. Seperti yang terjadi pada salah satu aktivis #IndonesiaTanpaJil yaitu Fadly.

Hari itu kami dan Fadly mengadakan kunjungan rutin ke Lapas. Salah satu anak Lapas yang terkena kasus teroris (sebut saja Baba), terlibat pembicaraan seru dengan Fadly. Kami melihat hal itu seperti barang mahal nan mewah.

Bagaimana tidak, selama berbulan-bulan mengadakan kegiatan di Lapas, jarang sekali Baba mau bergabung dengan kami. Jangankan bergabung, sekedar menyapa saja sangat jarang. Bisa dihitung dengan jari.

Tapi ketika bertemu Fadly, subhanallah... mereka mengobrol asyik sekali, sampai-sampai Fadly lupa pulang. Saat ingin pulang pun, Baba masih mengejar Fadly sampai ke gerbang depan dan lagi-lagi mengobrol, dengan bahasa Arab pula. Subhnallah...

Dan, melihat Baba yang selama ini sikapnya dingin kemudian berubah ramah, itu merupakan kebahagiaan yang tak terhingga bagi kami. Rasanya bahagiaaaa sekali.

Lain Baba, lain pula Fanfan (sebut saja begitu). Usianya baru 16 tahun. Dihukum karena kasus pembunuhan. Fanfan cukup fasih berbahasa Arab, bacaan Al-quran nya pun indah. Hukuman yang harus Fanfan jalani adalah tujuh tahun. Fanfan berada di Lapas mulai tahun 2011, artinya, jika tidak ada halangan, Fanfan baru akan menikmati dunia luar, tahun 2018. Subhanallah... waktu yang sangat panjang.

Pertama kali bertemu Fanfan saat kami akan mengadakan kegiatan di masjid Lapas. Saat itu, ketua DKM meminta tolong Fanfan untuk menyiapkan sound system. Kami pun menegur Fanfan seperti biasa.

Setelah itu, setiap kunjungan ke Lapas, kami selalu bertemu dengan Fanfan, tapi Fanfan tidak pernah mau mendekat. Hanya sekedar senyum, salam, kemudian menghilang. Tidak ada perbincangan hangat diantara kami.

Semua tim selalu berusaha keras mendekati setiap anak Lapas. Walaupun itu bukan hal yang mudah. Begitupun kami berusaha keras dengan berbagai cara untuk mendekati Fanfan. Namun, usaha berbulan-bulan mendekati Fanfan belum juga tampak.

Dan... Allah Maha Baik.... 4 Desember kemarin, saat latihan marawis, Fanfan pun menghampiri kami. Ia bercerita tentang berbagai hal. Subhanallah.... Allahuakbar... Fanfan mau mendekati kami. Ya Allah.. terima kasih...
Saat latihan marawis, Fanfan pun meminta kami untuk mengambil gambarnya. 

“Bun, foto aku dong...”

Subhanallah.... Ya Allah... jujur, kami tidak bisa berkata apapun. Bahagia yang tak terhingga. Itu yang kami rasakan.

Fanfan yang selama ini selalu menghindar. Fanfan yang selama ini hanya melempar senyum, Fanfan yang selama ini bersikap dingin dan kaku.... hari itu Allah telah membuka hatinya. Terima kasih ya Allah....

Begitulah...

Jika sampai sekarang ada yang bertanya pada kami “kenapa ke Lapas?” wallahualam... hanya Allah yang tau betapa bahagianya kami jika melihat mereka berubah menjadi lebih baik.