Rabu, 30 Januari 2013

MEMILIH TEMAN


Satu minggu ini masyarakat Indonesia dihebohkan dengan berita tertangkapnya beberapa artis papan atas. Ini terkait dengan pestanarkoba yang disinyalir dilakukan di salah satu rumah artis. Yang semakin menghebohkan adalah, para artis yang ditangkap, dimata masyarakat termasuk artis baik-baik.

Benar atau tidaknya mereka menggunakan narkoba, sebaiknya kita serahkan pada pihak yang berwenang. Sebelum ada ketetapan, hendaknya kita berbaik sangka.

Ada hal yang menarik untuk menjadi catatan kita, orangtua khususnya. Beberapa hari setelah kejadian penangkapan, salah seorang ibu tersangka diwawancara oleh salah satu stasiun televisi swasta. Ia didampingi oleh seorang psikolog.

Diskusi memfokuskan pada acara kumpul-kumpul (pesta) di rumah tersangka, yang diadakan pada pagi hari menjelang subuh. Selain itu, salah seorang artis yang juga anggota dewan terhormat, sebelumnya menghabiskan malam di sebuah cafe dibilangan Kemang. Hal ini diperkuat oleh statusnya di akun twitter serta beberapa foto yang diunggah oleh teman si artis.

Pembawa acara menanyakan hal itu pada psikolog, apakah wajar perilaku seperti itu. Psikolog pun menjawab. Hang out atau refreshing adalah hal yang wajar dilakukan warga ibukota. Apalagi seorang pekerja keras yang setiap harinya dituntut bekerja maksimal. Namun, hendaknya, refreshing atau hang out pun dipilih tempat dan bersama siapa hang out itu dilakukan.

Secara tidak langsung, psikolog menyarankan untuk memilih tempat yang baik, juga teman yang baik. Jika tersangka misalnya menghabiskan waktu refreshingnya di tempat ibadah, apakah mungkin akan ditangkap atau digrebek??

Sekali lagi, sebaiknya kita menjauhkan hati dari tuduhan. Tulisan ini ditujukan untuk menegaskan apa yang dikatakan oleh psikolog diatas, bahwa, melakukan refreshing boleh saja, asal dilakukan di tempat yang benar dan bersama orang-orang yang betul-betul kita kenal baik.

Islam mengajarkan secara jelas dalam hal memilih teman. NabiMuhammad saw bersabda, “Perumpamaan teman yang saleh dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan peniup ubupan. Penjual minyak wangi bisa memberimu tanpa kita harus membeli, dan atau-paling tidak-engkau akan mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan peniup ubupan bisa membakar pakaianmu atau engkau akan mencium bau busuk darinya.” HR. Bukhari dan Muslim.

Imam Al-Nawawi berkata, “Hadist ini berbicara tentang keutamaan bergaul dengan orang-orang saleh, pelaku kebaikan, memiliki tatakrama, berakhlak mulia, wara’, berilmu dan mempunyai sopan santun. Sebaliknya, hadist ini melarang kita bergaul dengan pelaku kejahatan, bid’ah, suka bergunjing, berbuat dosa dan sikap tidak terpuji lainnya.” (An-Nawawi, Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim jilid 16, hlm 178)

As-Sa’di ra menjelaskan panjang lebar, “Melalui hadist ini Nabi Muhammad saw meletakkan perumpaan yang jelas bahwa bergaul dengan orang saleh dalam keadaan apa pun akan mendapatkan limpahan kebaikan, sebagaimana manfaat yang bisa didapatkan dari penjual minyak wangi, baik melalui hibah atau jual beli. Paling tidak, selama bersamanya, seseorang akan mendapatkan ketenangan jiwa disebabkan bau harum mewangi. Padahal, manfaat yang akan diperoleh dari bergaul dengan orang-orang saleh lebih besar dan lebih tinggi dari pada sekedar minyak wangi pilihan. Sebab, mereka bisa mengajari segala hal yang bermanfaat bagi agama dan dunia, memberi nasihat, menegur dari perbuatan negatif, mengajak taat kepada Allah dan orangtua, menyambung silaturahim, membuka mata hati dengan perkataan dan perbuatan, serta sikapnya mengajakmu pada akhlak yang mulia.

Manusia punya kecenderungan besar untuk mencontoh temannya. Watak dan ruh adalah pasukan yang saling bersekutu, masing-masing mengajak pada kebaikan atau sebaliknya. Manfaat terkecil yang dapat diperoleh dari bergaul dengan orang saleh adalah terhindar dari perbuatan buruk dan maksiat, menjaga persahabatan, berlomba dalam hal kebaikan, menghindari kejahatan, menjaga ketika ada dan tiada, cinta dan doanya bisa bermanfaat ketika hidup maupun sesudah mati, serta senantiasa memberikan perlindungan. Hal ini tidak bisa disepelekan. Memang, perlindungan tersebut tidak akan dirasa olehmu. Tetapi bisa jadi mereka akan mempertemukan dengan seseorang atau perbuatannya dapat bermanfaat.” (Bahjat Qulub Al-Abrar)

Ibu Elly Risman, pakar pendidikan anak pun mengatakan, sebaiknya kita memilihkan teman yang baik untuk anak-anak kita. Selain baik, kita pun harus mengenal lebih dalam misalnya, orantuanya siapa, pekerjaan orangtuanya apa, dimana rumahnya, ada siapa saja dirumahnya dan sebagainya. Ini dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.

Faktor teman, juga menjadi salah satu sebab sebagian besar remaja ditahan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Pria Tangerang. Terutama untuk kasus tawuran. Tawuran terjadi rata-rata karena rasa solider terhadap sesama teman yang terlibat perkelahian. Merasa senasib, maka mereka pun bertarung bersama, hingga menyebabkan cacat atau meninggal.

Di Lapas Anak Pria, kasus tawuran menduduki peringkat kedua setelah kasus narkoba. Tak jauh beda dengan tawuran, narkoba pun menular dari teman ke teman. Pertama diajak untuk rasa solidaritas, lama kelamaan menjadi ketagihan, kemudian memakai, setelah itu menjadi pengedar.

Tidak mengherankan jika Rasulullah saw secara tegas menganjurkan kaum muslim untuk memilih teman yang baik, teman yang saleh. Karena teman yang baik akan membawa kita pada kebaikan bukan pada keburukan.

Allah swt memberi hikmah dengan berbagai cara. Banyak sekali hikmah yang bisa kita ambil dari kejadian ini. Memilihkan teman yang baik bagi anak-anak kita adalah kewajiban bagi para orangtua. Kita tentu tidak mau hal yang sama terjadi pada keluarga kita.

Alhamdulillah kita terpilih sebagai muslim yang menjadikan Rasulullah saw sebagai teladan. Karena itu, patuhilah segala yang Allah perintahkan dan yang Rasulullah saw katakan.

Wallahualam....




Senin, 28 Januari 2013

MAAF....


Bismilahirrahmannirahim...

Subuh itu, komplek perumahan saya digegerkan oleh pengumuman meninggalnya salah seorang pengurus masjid. Beliau termasuk pendiri masjid dan sesepuh daerah saya. Spontan saya berucap innalilahi wainnailaihi rajiun... ya Allah... rasanya tak percaya. Karena beberapa hari yang lalu, saya sempat bertemu dan beliau baik-baik saja. Begitupun yang dikatakan oleh abinya. Saat shalat isya di masjid, masih bertemu beliau dan beliau dalam keadaan sehat walafiat.

Qullu nafsin dzaiqatalmaut... begitulah yang Allah katakan. Setiap yang hidup, pasti akan merasakan mati. Tumbuhan, hewan dan manusia. Dimanapun kita berada, bila saatnya tiba, kematian akan datang pada kita.

Saya pun bergegas menuju rumah alhamarhum, yang juga tetangga dekat. Rumah kami sangat dekat. Hanya beda empat rumah saja. Setiap hari pun saya beberapa kali melewati rumah beliau. Pagi hari ketika mengantar anak sekolah, siang ketika mengantar makan siang anak, belum lagi jika hendak ke warung ataupun ke masjid.

Pagi itu, sepertinya alampun berduka. Gerimis dan mendung sejak pagi menghiasi langit Jakarta. Saat tiba dirumah duka, telah ramai oleh tetangga dan kerabat dekat. Tenda baru usai dipasang. Kursi-kursi disiapkan.

Saya bergegas masuk kedalam rumah. Saya segera menghampiri istri almarhum. “Tante....” sapa saya tercekat. Ia segera memeluk saya. Lama kami berpelukan. Wanita yang biasa saya sapa tante, terisak tak sanggup berkata sepatah katapun. Sayapun begitu. Saya memeluknya erat. Menenangkan sambil mengelus punggungnya.

“Uci... maafin om ya. Kalau ada yang salah. Sikap dan kata-kata. Maafin ya...” kata tante sambil terus memeluk. Saya mengangguk. “InsyaAllah tante, om baik. Ga ada yang salah.” Jawab saya.

Tante masih terus menangis dan memeluk saya. “Uci, tante belum sempat minta maaf sama om. Tante banyak salah...” ucap tante. Dan, tangis tante pun kembali meledak.
Allah.... pikiran saya melayang saat ayah meninggal.

September 2005, hanya beberapa hari sebelum ulang tahun saya. Kami merencanakan untuk makan bersama di tempat makan favorit keluarga.

Pagi itu, saya mengantar ayah untuk operasi pemasangan cincin di jantung. Hanya saya, ayah dan ipar yang berangkat menuju rumah sakit. Rencananya, ibu dan kakak-kakak saya akan menyusul siang hari. Karena dokter yang akan operasi adalah sepupu ibu, jadi kami sekeluarga tidak terlalu khawatir.

Hari itu berjalan seperti biasa. Saya masih sempat bercanda dengan ayah. Saya pun masih bolak balik ke rumah untuk mengambil baju ayah. Setelah ibu dan kakak saya datang, ba’da dhuhur, ayah pun masuk ruang operasi. Sayang sekali saya tidak mengantar ayah masuk ruangan, karena harus mengurus surat-surat yang tertinggal. Itulah penyesalan terdalam saya.

Saya tidak sempat mengatakan sepatah katapun. Apalagi mencium tangan ayah untuk meminta maaf. Saya tidak sempat melihat senyum terakhir ayah. Karena setelah masuk ruang operasi dan pemasangan cincin, ayah saya mengalami gagal jantung dan koma hingga meninggal.

Saya bisa merasakan betul apa yang tante rasakan. Tidak sempat meminta maaf. Apalagi saya sebagai anak, yang belum cukup shalih untuk bisa memakaikan ayah baju kerajaan di surga-Nya kelak. Saya anak yang masih banyak dosa. Belum bisa membahagiakan ayah.
Allah.... tante, saya tau apa yang tante rasakan.....

Saya masih menenangkan tante yang terus menangis.                                                                

Saya termenung dengan kejadian hari ini. Seringkali kita merasa bersalah, merasa kehilangan jika seseorang telah meninggalkan kita selamanya. Rasa benci, rasa marah, rasa kesal, tidak suka dll, tiba-tiba saja berubah menjadi perasaan bersalah (baca: penyesalan) yang teramat sangat.

Saat itu kita akan berpikir, seandainya saya tidak membencinya, seandainya saya tidak marah, seandainya saya sabar, seandainya saya lebih baik lagi... Yah, penyesalan memang datang terlambat.

Allah begitu sayang pada umat-Nya. Karena itulah, kita selalu diberi hikmah lewat berbagai kejadian. Salah satunya adalah kepergian orang yang kita cintai. Bagi yang sudah mengalami kehilangan orang-orang terdekatnya, tentulah paham rasa kehilangan.

Lewat kepergian orang yang kita cintai, Allah mendidik kita agar menghargai setiap detik yang kita habiskan bersama kerabat, suami, istri, anak, ibu ataupun teman. Allah mendidik kita untuk selalu bersikap baik, tidak berburuk sangka dan saling memahami satu sama lain. 

wallahualam....