Satu minggu ini masyarakat Indonesia dihebohkan dengan
berita tertangkapnya beberapa artis papan atas. Ini terkait dengan pestanarkoba yang disinyalir dilakukan di salah satu rumah artis. Yang semakin
menghebohkan adalah, para artis yang ditangkap, dimata masyarakat termasuk
artis baik-baik.
Benar atau tidaknya mereka menggunakan narkoba, sebaiknya
kita serahkan pada pihak yang berwenang. Sebelum ada ketetapan, hendaknya kita
berbaik sangka.
Ada hal yang menarik untuk menjadi catatan kita, orangtua
khususnya. Beberapa hari setelah kejadian penangkapan, salah seorang ibu
tersangka diwawancara oleh salah satu stasiun televisi swasta. Ia didampingi
oleh seorang psikolog.
Diskusi memfokuskan pada acara kumpul-kumpul (pesta) di
rumah tersangka, yang diadakan pada pagi hari menjelang subuh. Selain itu,
salah seorang artis yang juga anggota dewan terhormat, sebelumnya menghabiskan
malam di sebuah cafe dibilangan Kemang. Hal ini diperkuat oleh statusnya di
akun twitter serta beberapa foto yang diunggah oleh teman si artis.
Pembawa acara menanyakan hal itu pada psikolog, apakah wajar
perilaku seperti itu. Psikolog pun menjawab. Hang out atau refreshing adalah
hal yang wajar dilakukan warga ibukota. Apalagi seorang pekerja keras yang
setiap harinya dituntut bekerja maksimal. Namun, hendaknya, refreshing atau
hang out pun dipilih tempat dan bersama siapa hang out itu dilakukan.
Secara tidak langsung, psikolog menyarankan untuk memilih
tempat yang baik, juga teman yang baik. Jika tersangka misalnya menghabiskan
waktu refreshingnya di tempat ibadah, apakah mungkin akan ditangkap atau digrebek??
Sekali lagi, sebaiknya kita menjauhkan hati dari tuduhan. Tulisan
ini ditujukan untuk menegaskan apa yang dikatakan oleh psikolog diatas, bahwa,
melakukan refreshing boleh saja, asal dilakukan di tempat yang benar dan
bersama orang-orang yang betul-betul kita kenal baik.
Islam mengajarkan secara jelas dalam hal memilih teman. NabiMuhammad saw bersabda, “Perumpamaan teman yang saleh dan teman yang buruk
adalah seperti penjual minyak wangi dan peniup ubupan. Penjual minyak wangi
bisa memberimu tanpa kita harus membeli, dan atau-paling tidak-engkau akan
mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan peniup ubupan bisa membakar pakaianmu
atau engkau akan mencium bau busuk darinya.” HR. Bukhari dan Muslim.
Imam Al-Nawawi berkata, “Hadist ini berbicara tentang
keutamaan bergaul dengan orang-orang saleh, pelaku kebaikan, memiliki
tatakrama, berakhlak mulia, wara’, berilmu dan mempunyai sopan santun. Sebaliknya,
hadist ini melarang kita bergaul dengan pelaku kejahatan, bid’ah, suka
bergunjing, berbuat dosa dan sikap tidak terpuji lainnya.” (An-Nawawi,
Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim jilid 16, hlm 178)
As-Sa’di ra menjelaskan panjang lebar, “Melalui hadist ini
Nabi Muhammad saw meletakkan perumpaan yang jelas bahwa bergaul dengan orang saleh dalam keadaan apa pun akan mendapatkan limpahan kebaikan, sebagaimana
manfaat yang bisa didapatkan dari penjual minyak wangi, baik melalui hibah atau
jual beli. Paling tidak, selama bersamanya, seseorang akan mendapatkan
ketenangan jiwa disebabkan bau harum mewangi. Padahal, manfaat yang akan
diperoleh dari bergaul dengan orang-orang saleh lebih besar dan lebih tinggi
dari pada sekedar minyak wangi pilihan. Sebab, mereka bisa mengajari segala hal
yang bermanfaat bagi agama dan dunia, memberi nasihat, menegur dari perbuatan
negatif, mengajak taat kepada Allah dan orangtua, menyambung silaturahim,
membuka mata hati dengan perkataan dan perbuatan, serta sikapnya mengajakmu
pada akhlak yang mulia.
Manusia punya kecenderungan besar untuk mencontoh temannya. Watak
dan ruh adalah pasukan yang saling bersekutu, masing-masing mengajak pada
kebaikan atau sebaliknya. Manfaat terkecil yang dapat diperoleh dari bergaul
dengan orang saleh adalah terhindar dari perbuatan buruk dan maksiat, menjaga
persahabatan, berlomba dalam hal kebaikan, menghindari kejahatan, menjaga
ketika ada dan tiada, cinta dan doanya bisa bermanfaat ketika hidup maupun
sesudah mati, serta senantiasa memberikan perlindungan. Hal ini tidak bisa
disepelekan. Memang, perlindungan tersebut tidak akan dirasa olehmu. Tetapi bisa
jadi mereka akan mempertemukan dengan seseorang atau perbuatannya dapat
bermanfaat.” (Bahjat Qulub Al-Abrar)
Ibu Elly Risman, pakar pendidikan anak pun mengatakan,
sebaiknya kita memilihkan teman yang baik untuk anak-anak kita. Selain baik,
kita pun harus mengenal lebih dalam misalnya, orantuanya siapa, pekerjaan
orangtuanya apa, dimana rumahnya, ada siapa saja dirumahnya dan sebagainya. Ini
dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
Faktor teman, juga menjadi salah satu sebab sebagian besar
remaja ditahan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Pria Tangerang. Terutama
untuk kasus tawuran. Tawuran terjadi rata-rata karena rasa solider terhadap
sesama teman yang terlibat perkelahian. Merasa senasib, maka mereka pun
bertarung bersama, hingga menyebabkan cacat atau meninggal.
Di Lapas Anak Pria, kasus tawuran menduduki peringkat kedua
setelah kasus narkoba. Tak jauh beda dengan tawuran, narkoba pun menular dari
teman ke teman. Pertama diajak untuk rasa solidaritas, lama kelamaan menjadi
ketagihan, kemudian memakai, setelah itu menjadi pengedar.
Tidak mengherankan jika Rasulullah saw secara tegas
menganjurkan kaum muslim untuk memilih teman yang baik, teman yang saleh. Karena
teman yang baik akan membawa kita pada kebaikan bukan pada keburukan.
Allah swt memberi hikmah dengan berbagai cara. Banyak sekali
hikmah yang bisa kita ambil dari kejadian ini. Memilihkan teman yang baik bagi
anak-anak kita adalah kewajiban bagi para orangtua. Kita tentu tidak mau hal
yang sama terjadi pada keluarga kita.
Alhamdulillah kita terpilih sebagai muslim yang menjadikan
Rasulullah saw sebagai teladan. Karena itu, patuhilah segala yang Allah
perintahkan dan yang Rasulullah saw katakan.
Wallahualam....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar