Bismillah....
Sesuai keputusan rapat tim STSL, hari ini,
10 Februari 2012, kami menyebarkan brosur langsung ke SMP & SMA se kab/kota
Bekasi. Penyebaran brosur dimulai dari arah Kalimalang menuju Bekasi Barat.
Sekolah pertama yang kami tuju adalah SMPIT
di kawasan Jaka Permai Kalimalang Bekasi. Alhamdulillah, tanggapan pihak
sekolah sangat baik. Awalnya, dengan tujuan untuk meringankan tugas guru, kami
ingin menempel sendiri brosur lomba, namun, karena anak-anak masih melaksanakan
kegiatan belajar, jadi kami mengurungkan niat untuk menempel sendiri brosur-brosur
tersebut.
Keluar dari sekolah, kami pun menuju kantin
yang berjejer tepat di sebelah gedung sekolah. Alhamdulillah lagi, kami
disambut hangat oleh beberapa ibu kantin. Mereka sangat ramah dan dengan senang
hati mempersilakan kami untuk menempelkan sendiri brosur-brosur lomba. Beberapa
ibu kantin bahkan meminta brosur dan tertarik dengan lomba menulis, malahan,
seorang ibu kantin ingin sekali ikut serta. Ibu itu berkata ,”Udah mba, saya
aja yang ikut, nanti atas nama anak saya, gimana?” hehe… si ibu ada-ada aja,
mau bohong kok sudah info ke panitia ^____^.
Selesai dari SMPIT, kami pun melanjutkan
perjalanan ke sebuah SMPN yang terletak di kawasan Perumnas 2 Bekasi. Dulu,
sewaktu masih tinggal di sekitar Bekasi, seingat saya, SMPN itu bernama SMPN 5,
ternyata, sekarang telah berubah menjadi SMPN 7. Wah… betul-betul saya kurang
mengikuti perkembangan Bekasi :P.
Alhamdulillah, sesampainya di SMPN 7
Bekasi, kami disambut ramah oleh satpam, begitupun guru piket. Kami pun
disarankan untuk menempelkan sendiri brosur-brosur tersebut. Karena bertepatan
dengan pulangnya anak sekolah, maka selain menempel, kami pun membagi-bagikan
brosur kepada anak-anak yang baru keluar dari sekolah. Beberapa dari mereka
tertarik, namun, beberapa tidak tertarik.
Ternyata, tak jauh dari SMPN 7, terdapat
LPI swasta. Tanpa buang waktu, kami pun segera memasuki sekolah tersebut. Alhamdulillah
sambutan pihak sekolah dan yayasan pun baik, begitu juga murid-murid. Selain sekolah,
kami juga menempel lokasi strategir disekitar sekolah, seperti warung dan
tempat fotokopi.
Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan
menuju sebuah SMAN yang masih terletak di wilayah Perumnas 2 Bekasi.
Mengunjungi sekolah ini, membuat ingatan
saya melayang berpuluh tahun yang lalu. Terakhir saya menginjakkan kaki di
sekolah ini adalah tahun 1995. Itu pun untuk melakukan legalisir beberapa surat
keterangan. Subhanallah, sekolah ini sudah begitu megah, jauh sekali dibanding
saat saya bersekolah. Pintu gerbang depan rapat terkunci dan hanya dibuka oleh
satpam. Begitu pagar terbuka, saya pun harus melewati semacam lobi, dimana
beberapa siswi sedang ayik duduk mengobrol disana.
Kami berjalan menuju guru piket untuk
meminta ijin. Beberapa guru pun menyarankan untuk langsung meminta ijin ke
humas yang ada di dalam guru. Berjalan menuju ruang guru, saya menatap
sekeliling. Subhanallah, luar biasa perubahannya. Sekolah ini seperti bangunan
sekolah swasta saja J. Alhamdulillah, ternyata beberapa orang guru masih saya kenal,
walaupun mereka tidak ingat dengan saya :P . pertama yang saya sapa dan saya
ingat betul adalah guru fisika saya dulu, yaitu pak Purwanto. Subhanallah,
beliau masih segar, masih seperti dulu, ramah dan murah senyum. Selain itu, ada
juga pak Tia, walaupun saya lupa lupa ingat, tapi Alhamdulillah, beliau ingat
saya. Sambil mengobrol tentang perkembangan sekolah dan perubahan saya, saya
pun tetap focus pada tujuan kami, yaitu menyebarkan brosur dan berharap sekali
banyak murid dari alumni saya yang ikut serta.
Sambil mengobrol, ternyata seorang guru
pria lain, membaca brosur yang kami berikan. Secara tiba-tiba, beliau berbicara
agak keras. “Apa ini? Ga ada nih, SMAN ini ga boleh ikut-ikut yang beginian. Apa
ini? Ga ada valentine valentinan. Pokoknya ga boleh ditempel disini.” Sambil berkata
seperti itu, brosur pun di lempar ke atas meja. Beberapa guru yang sedang
berbicara dengan saya pun agak terkejut, namun mereka tetap tersenyum. Saya pun
hanya tersenyum. Teman saya yang masih ABG, agak “dongkol” ^____^,.
Sebenarnya saya ingin member penjelasan,
namun berhubung guru tersebut langsung keluar ruangan dan tidak kembali lagi,
jadi saya hanya menjelaskan pada pak Pur dan pak Tia. Jika sekilas membaca
kata-kata yang tertera di brosur, memang tidak ada sama sekali kata-kata
melarang perayaan valentine. Itu memang disengaja oleh tim STSL. Namun, kami
pun tidak mengajak, apalagi menyarankan. Mengapa tidak ada kata-kata larangan
pada brosur tersebut? Karena, berdasarkan survey, remaja saat ini, semakin
dilarang, mereka semakin menjadi jadi. Justru
kami ingin mengetahui, apakah semua remaja muslim telah paham jika perayaan
valentine itu dilarang dan terlarang?
Sebagai orangtua dan guru, seharusnyalah
kita tidak menutup mata pada kenyataan pergaulan remaja sekarang. Sebagian remaja
muslim, di sekolah memang tidak merayakan. Tapi lihatlah yang dilakukan mereka
diluar sekolah. Saat di mall mereka sibuk membeli pernak pernik valentine,
membeli coklat berbentuk hati, membeli boneka warna pink dan sebagainya.
Merekalah tujuan sebenarnya dari lomba
menulis artikel ini. Kami memang tidak focus pada remaja ROHIS, karena, tanpa
dilarang pun, mereka sudah mengerti untuk tidak melakukan perayaan valentine.
Selain itu, jika saja orang kenal dengan
juri lomba, pastilah semakin yakin, bahwa lomba ini sama sekali bukan bertujuan
untuk merayakan. Karena juri yang dipilih oleh tim STSL adalah seorang ustad
yang sangat concern pada masalah pendangkalan akidah di kalangan umat Islam.
Setiap kegiatan, pastilah ada pro dan
kontra. Sebagai masukan untuk tim STSL, insyaAllah, ke depannya kami akan lebih
memperhatikan lagi kata-kata yang tercantum, sehingga tidak ada miss persepsi.
“pro dan kontra dalam melakukan jalan
kebenaran adalah hal yang biasa. Yang luar biasa adalah istiqomah walau badai
menghantam”.