Tampilkan postingan dengan label notes for mother. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label notes for mother. Tampilkan semua postingan

Rabu, 12 September 2012

MOM'S LIST


Bagi seorang wanita, ibu khususnya, seringkali waktu 24 jam sehari sangat kurang.  Mulai dari bangun tidur, hingga tidur kembali, dirasa banyak pekerjaan yang belum selesai. Saat seorang ibu hendak tidur, sering terbayang pekerjaan-pekerjaan yang belum diselesaikan.

Karena begitu banyaknya pekerjaan, seorang ibu bahkan sering tercenung, bingung sendiri harus memulai pekerjaan dari mana, dan kapan pekerjaan demi pekerjaan ini akan berakhir. Pagi hari adalah saat-saat yang begitu sibuk. Bangun tidur harus menyiapkan anak-anak ke sekolah, menyiapkan sarapan keluarga, belum lagi jika tidak punya asisten rumah tangga.

Ketika anak dan suami sudah berangkat meninggalkan rumah, saatnya beres-beres. Harus mulai dari manakah?

Dari pada bingung-bingung, akan lebih baik jika para ibu mempunyai “daftar kerja” sehari-hari. Daftar ini disiapkan sesaat sebelum tidur. Ada beberapa ibu yang membuat list atau daftar hanya dipikiran saja. 

Namun, pikiran kita terbatas, daya ingat pun terbatas. Daftar pekerjaan yang "hanya" diletakkan di pikiran, akan cepat sekali hilang, alias lupa. 



Berikut ini tips menyiapkan daftar pekerjaan harian :

1.      Sebelum tidur, sediakan waktu sebentar saja, bisa 10 – 15 menit untuk merenungkan apa saja yang sudah dikerjakan hari ini. setelah itu evaluasi, pekerjaan apa saja yang masih belum dikerjakan. Jika sudah evaluasi, saatnya kita menuliskan daftar pekerjaan.

2.      Daftar pekerjaan hendaknya diletakkan di tempat yang sering terlihat. Misalnya di tempel di pintu kulkas, di lemari makan, atau di cermin. Daftar pekerjaan ini bisa ditulis menarik, misalnya menggunakan spidol warna warni, atau bisa juga menggunakan checkboard.

3.      Menulis daftar pekerjaan, lebih baik jika lebih detail. Misalnya, untuk memasak. Apa saja masakan hari ini, berapa jenis masakan, apa saja bahan-bahan yang dibutuhkan, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk berbelanja bahan makanan dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memasak, dll. Dengan detailnya daftar pekerjaan, dapat menghemat waktu, serta kita dapat lebih cepat melanjutkan ke perkerjaan berikutnya.

4.      Kekonsistenan sangatlah di butuhkan dalam mewujudkan pekerjaan yang rapi dan termanagement dengan baik. Karena itu, setelah selesai shalat subuh, baiknya langsung melihat apa saja daftar pekerjaan hari ini.

5.      Menunda apa yang sudah di tuliskan dalam daftar juga harus dihindari. Karena dengan menunda pekerjaan, maka pekerjaan-pekerjaan berikutnya tidak akan selesai. Hal ini justru akan membuat kita stres memikirkan pekerjaan yang tak kunjung habis.

6.      Bagi yang belum terbiasa dengan daftar pekerjaan, ada baiknya jika kita tidak menuliskan waktu pekerjaan, cukup perkiraan waktu yang dibutuhkan saja. Misalnya, memasak butuh waktu satu jam, membereskan pakaian setengah jam, mengantar anak ke sekolah lima belas menit, begitu seterusnya.

7.      Jangan lupa untuk memasukkan waktu “me time” atau waktu istirahat. Bisa dilakukan di sela-sela pekerjaan kita. Perkirakan juga waktu yang dibutuhkan untuk istirahat berapa lama. Selain tidur, istirahat atau “me time” dapat diartikan juga, melakukan hal-hal yang menjadi hobi, atau penghilang penat. Misalnya membaca buku, menyulam, menulis dll.

8.      Jika ada pekerjaan yang tertunda atau tidak dikerjakan, jangan menyalahkan orang lain, anak dan suami misalnya. Kita yang harus evaluasi. Dimanakah letak kegagalannya, mengapa sampai tidak dikerjakan, langkah selanjutnya bagaimana, dan seterusnya. Ini juga membuat kita tidak berburuk sangka pada orang lain dan membuat kita sering bermuhasabah.

9.      Jika sudah terbiasa dengan pekerjaan yang terdaftar, ada baiknya kita tingkatkan lagi dengan  menetapkan target untuk setiap pekerjaan yang telah kita susun. Misalnya, target memasak setengah jam saja, target merapikan pakaian sepuluh menit saja, dan seterusnya.

Sekilas, tampaknya hal ini mengada-ada, namun jika kita praktekkan dengan baik, inysaAllah akan sangat membantu pekerjaan kita sebagai seorang ibu.

Tidak ada salahnya membuat daftar pekerjaan mulai sekarang. Dalam pelaksanaannya, yang terpenting adalah niat dan motivasi kita. Semua hal diatas adalah untuk ibadah, kebaikan diri dan keluarga.

Selamat mencoba...

Selasa, 01 Mei 2012

GUGAT CERAI...


*tulisan lama, satu tahun yang lalu*

Entah kebetulan atau tidak, dalam beberapa hari terakhir ini saya bertemu dengan kenyataan, betapa meningkatnya tingkat perceraian di Indonesia, Jakarta khususnya.

Siang itu, saat membawa ibu ke Rumah Sakit Islam Jakarta, saya bertemu dengan ibu Rohana. Beliau adalah salah satu penasehat di Pengadilan Agama. Pada awalnya, beliau memaparkan bagaimana membentuk keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Ini terkait dengan tingginya tingkat perceraian. Menurut beliau, tren akhir-akhir ini (duh, saya kok ngeri ya menyebut cerai dengan sebutan “tren”  L) adalah permintaan cerai yang berasal dari pihak istri. Atau biasa disebut dengan gugat cerai.

Berdasarkan data terakhir, kasus cerai di seluruh Indonesia adalah 285.184 kasus. Dari jumlah tersebut, ternyata 13% nya adalah gugat cerai. Penyebab tertinggi perceraian secara umum (baik talak cerai atau gugat cerai) adalah karena faktor ekonomi, yaitu 67.891 kasus. Fakta lain yang menarik adalah,  ternyata kekerasan fisik bukanlah faktor utama dalam perceraian. Ini dibuktikan dengan rendahnya jumlah perceraian akibat kekerasan fisik, yaitu 2.091 kasus. Penyebab terakhir perceraian, yaitu poligami.

Dari data-data tersebut, ibu Rohana pun menyimpulkan, bahwa, sebenarnya kasus gugat cerai adalah karena masalah komunikasi yang kurang “nyambung”. Hal ini beliau buktikan dari beberapa konseling yang dilakukan dengan beberapa pasangan yang ingin bercerai, setelah melakukan mediasi, alhamdulillah, perceraian pun batal.

Mendengar hal itu, saya pun manggut-manggut, antara prihatin, juga mengoreksi pernikahan saya selama ini. Ah, mudah-mudahan saja segala kerikil yang ada di rumah tangga, bisa saya lewati dengan baik.

Secara tak sengaja pula, saya membaca status seorang ustad di facebook. Beliau menyatakan keprihatinannya dengan tingginya tingkat gugat cerai akhir-akhir ini. Tak lupa beliau juga menyebutkan bahwa seorang tokoh wanita memberi komentar atas fenomena itu, yaitu, bahwa wanita sekarang sudah sadar atau melek hukum. Duh, kok saya merasa kurang enak ya. Apa karena wanita sudah melek hukum lalu bisa seenaknya meminta cerai?.... #tarik-nafas-panjang#

Sabtu siang, saat bertemu dengan seorang sahabat, ia pun menceritakan tentang adik temannya yang meminta cerai pada suaminya. Ketika saya tanyakan mengapa, sahabat saya pun berkata “karena suaminya di PHK mba.” Ah, kepala saya langsung cenat cenut (kayak lagu sma#sh J ). Kemana janji awal pernikahan dulu? Janji bahwa senang dan susah akan dijalani bersama....

Saya pun teringat sebuah hadits “Semua wanita yang minta cerai (gugat cerai) kepada suaminya tanpa alasan, maka haram baginya aroma surga” [HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad, dan dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam kitab Irwa’ul Ghalil, no. 2035]

Memang dalam beberapa hal gugat cerai diperbolehkan, diantaranya adalah , jika dikhawatirkan suami akan membawa istrinya keluar dari agama atau suaminya sudah berbuat dzhalim terhadap istri. Tapi, jika kita melihat data-data diatas, jelaslah bahwa penyebab tertinggi perceraian karena faktor ekonomi, dan sebenarnya hal tersebut masih bisa di mediasi (menurut data ibu Rohana).

Dalam bulan momen Ramadhan ini, semoga keluarga muslim dapat merekatkan kembali ikatan suci pernikahan. Mengingat kembali saat-saat dulu memulai pernikahan. Saat melakukan akad, saat pertama kali memiliki anak, saat pertama kali merasakan tinggal dengan mertua, ataupun saat-saat dimana semuanya berawal (mulai sensitif J). Yah, tidak ada satupun pasangan di dunia ini yang menginginkan perceraian, namun jika memang masih bisa di komunikasikan, akan lebih baik. Kembalilah pada Al-Quran dan mari kita ikuti teladan kita Rasulullah saw.

Seperti kata bang Maher, insyaAllah you’ll find the way J.....


8 Agustus 2011


Sabtu, 07 Januari 2012

IBU-IBU LUAR BIASA, bagian tiga


Tentang sahabat

Bu Hindun. Begitulah saya biasa memanggilnya. Kedatangannya ke kelas yang selalu saja telat, membuat saya penasaran. Dalam hati saya berkata, ini ibu kenapa ya, setiap jam pertama pasti datangnya telat, emang rumahnya dimana, kerjanya apa, apa yang membuatnya selalu saja telat. Kuliah pertama memang dimulai pukup 13.00, biasanya bu Hindun baru masuk ke kelas pukul 13.30 bahkan pernah pukul 14.15. karena penasaran, saya pun mulai mendekatinya.

Dan, mengalirlah cerita dari mulut bu Hindun :)

Bu Hindun mulai bergabung dengan angkatan saya sejak semester empat. Seharusnya saat ini bu Hindun telah duduk di semester tujuh, namun karena beberapa kali cuti, maka akhirnya mundur dan mengulang kembali. Ini adalah kesempatan terakhir dari suami bu Hindun untuk kembali ke bangku kuliah. Karena beberapa kali cuti, suami bu Hindun pun memberi ultimatum, kali ini harus sampai lulus, tidak boleh cuti lagi, sayang dengan waktu dan biaya yang dikeluarkan.

Kegiatan bu Hindun setiap harinya cukup padat. Selain mengisi majlis taklim, bu Hindun pun disibukkan dengan kegiatan organisasi Persatuan Muslimah atau yang biasa disebut SALIMAH. Kedudukan bu Hindun sebagai salah satu pengurusnya, membuat  telepon selular bu Hindun sering berbunyi. Selain aktif di organisasi dan majlis taklim, bu Hindun mempunyai sebuah kios kelontong di pasar Cikampek.

Oya, jangan dikira tempat tinggal bu Hindun di sekitar kampus. Tempat tinggal bu Hindun di Cikampek. Setiap kuliah, bu Hindun berangkat dari rumah pukul 08.00 wib, atau paling telat pukul 09.00wib. setiap kuliah, jarak yang ditempuh bu Hindun -+200km pulang pergi. Subhanallah……

Karena membawahi beberapa majlis taklim, membuat bu Hindun juga mempunyai kesempatan berdagang pakaian muslim. Dan, kesempatan ini tentu saja dimanfaatkan bu Hindun dengan sangat baik. Saya sudah terbiasa dengan pemandangan bu Hindun yang membawa hampir sekarung pakaian muslimah. Dan, dengan tersenyum bu Hindun berkata pada saya,”biasa bu, dari tanah abang.” Tentu saja sekarung pakaian itu tidak dibawa masuk ke kelas, namun dititipkan pada umi kantin di samping kampus.

Entah karena energy yang sangat banyak ataupun kesempatan dan waktu yang dirasa masih luang, selain kegiatan-kegiatan diatas, bu Hindun pun  bekerja sebagai tenaga pemasaran sebuah biro perjalanan umroh dan haji. Hal ini pulalah yang membuat bu Hindun tahun ini bisa kembali berangkat umroh. Subhanallah walhamdulillah….

Belum cukup sampai disitu. Bu Hindun pun berjualan buku yang dikeluarkan oleh Tazkia, yang ditulis oleh Prof Dr Syafi’I Antonio. Dan seperti biasa, buku-buku yang dijual bu Hindun, walaupun mahal menurut saya, tetap saja buku-buku itu laris manis tanjung timpul :).

Apalagi yang dijual bu Hindun??? Masih ada, yaitu (maaf) pakaian dalam wanita yang harganya sangat murah. Mulai dari 10rb sampai 25rb. Tentu saja, dengan harga semurah itu, dagangan bu Hindun pun laris dibeli oleh teman-teman saya untuk dijual kembali.

Belum berhenti sampai disitu. Ketika mendengar saya berjualan makanan cepat saji, bu Hindun pun langsung memesan dan minta diantar ke Cikampek. Semua barang yang bu Hindun jual itu, sudah ada penadahnya masing-masing. Untuk pakaian misalnya, sudah ada orang yang “ngiderin”, makanan jadi sudah ada kiosnya, begitu seterusnya. Luar biasa bukan? Seorang ibu yang penuh dengan seabreg kegiatan namun masih bisa mengurus keluarga dengan baik.

Karena rumah saya dan bu Hindun searah, maka, seringkali kami pulang bersama. Selama perjalanan, kami sering terlibat pembicaraan seru. Tapi, dari sekian lama pembicaraan, hampir tak pernah saya dengar bu Hindun mengeluh. Melihat suatu persoalan selalu dengan optimis. Menurut bu Hindun, setiap masalah pasti selalu ada jalan keluarnya. Tidak ada masalah yang mandeg, begitu istilah bu Hindun.

Selama perjalanan pun, saya sering tertawa dengan kata-kata yang dilontarkan oleh  bu Hindun. Logat Sunda bu Hindun yang begitu kental, membuat bu Hindun sering terpeleset saat mengucap huruf “F” menjadi “P”. misalnya saja, minuman fanta, jadi panta, kata favorit, jadi paporit hehehe :)

Selain berdagang, majlis taklim, agen pemasaran buku dan biro haji dan umroh, bu Hindun dan teman-temannya juga mengelola sebuah yayasan sekolah. Hal ini juga yang membuat bu Hindun sering bertemu dengan Gubernur Jawa Barat saat ini, juga tak jarang bertemu dengan istri Gubernur Jawa Barat yaitu ibu Netty.

Bu Hindun, dengan segala kesibukkannya, tetaplah mahasiswi yang baik dan sangat cerdas. Nilai-nilai bu Hindun tidak pernah dibawah A. Selain karena bu Hindun pernah mengenyam pendidikan di pesantren, bu Hindun juga rajin menyimak penjelasan dosen.

Begitulah bu Hindun. Jarak Cikampek – Jakarta tak pernah dihiraukan. Tekadnya hanya satu, menuntut ilmu dengan baik. Cape dan lelah tak pernah dirasakan. Saya pernah bertanya ,”Bu, emang ga cape yah pulang pergi gitu? Mana ke tanah abang dulu lagi baru ke kampus.” “Ah, saya mah dibawa senang aja. Lagian ini ijin terakhir dari abinya, kalo nanti saya ga boleh kuliah lagi, wah sayang banget.”

Bu Hindun. Dengan seabreg kegiatan, dengan beragam orang yang dikenalnya, mulai dari sopir taksi, ustad Yusuf Mansur hingga Gubernur Jawa Barat, tak membuatnya jumawa. Tetap sederhana, tetap tersenyum dengan siapa saja. Dan yang pasti, tekad bulatnya untuk terus menuntut ilmu, itulah yang membuat saya sangat sangat kagum dengan beliau.



Kamis, 05 Januari 2012

IBU-IBU LUAR BIASA, bagian 2

Tentang sahabatku,

"Eh, jangan salah lo, umur saya sudah 60-an, udah punya cucu nih." begitulah yang sering diucapkan oleh ibu Yerita. Saya biasa memanggilnya ibu Tin.

Ibu Tin, seorang ibu yang masih sangat gesit. Kegiatan sehari-hari ibu Tin lumayan sibuk. Sebagai pendiri sebuah sekolah Taman Kanak-Kanak dengan konsep alam, membuat ibu Tin setiap hari harus bolak balik Depok-Cibinong. Kadang naik angkot, tapi juga tak jarang membawa mobil sendiri. Dari rumah, menuju TK, dilanjutkan ke kampus, kemudian sore hari kembali ke rumah.

Ibu Tin, memang mempunyai semangat yang luar biasa. Hingga kami, yang masih muda-muda, sering merasa malu. Bagaimana tidak, dengan umur yang sudah lumayan, masih semangat menimba ilmu. "Ga pernah ada kata telat deh," begitu kata bu Tin. Dalam menimba ilmu pun selalu serius dan pantang menyerah. Jika memang bu Tin belum mengerti, maka akan berkali-kali bertanya hingga mengerti. Karena itu juga lah bu Tin tidak pernah mau duduk di bangku belakang, yang banyak digunakan mahasiswi muda untuk ngobrol, bermain hp, atau bahkan tidur :D. Bu Tin selalu memilih bangku paling depan. Walaupun terkadang tidak bisa menjawab pertanyaan dosen, atau terbata-bata dalam bahasa Arab, bu Tin tetap memilih bangku paling depan. Subhanallah....

Saat ujian, ketika beberapa mahasiswi kasak kusuk, bu Tin berkata pada mereka ,"yang penting paham, bukan masalah nilai di kertas." Saat nilai ujiannya kurang memuaskan pun, bu Tin tetap optimis dan berkata,"Aku emang belum paham kok, mau diapain lagi, ga pa-pa di her biar tambah ngerti." :)

Semangat lain yang cukup membuat kagum adalah, kepedulian pada remaja. Bu Tin, termasuk salah satu pencetus gerakan peduli remaja Smart Teen Smart Love. Bahkan, saat ke Puncak untuk launching pun, bu Tin ikut dalam tim. Padahal, hari sebelumnya kegiatan bu Tin sudah cukup padat. Janji bertemu di UKI jam 06.30 pun dipenuhi bu Tin tepat waktu. 

Jarang sekali saya mendengar bu Tin mengeluh. Yang saya dengar selalu kata-kata penuh semangat, motivasi, kepedulian pada lingkungan, remaja dan masih banyak lagi. 

Semoga bu Tin selalu bisa menularkan semangatnya & keoptimisannya dalam memandang suatu masalah kepada kami, yang masih muda-muda ini :).


Senin, 02 Januari 2012

IBU-IBU LUAR BIASA, bagian satu

Tentang sahabatku

Saya baru mengenalnya kurang lebih dua tahun, sejak ia dan saya sama-sama duduk di bangku kuliah. 

Pertama kali kenal, tidak hal yang istimewa. Namun, seiring waktu, ia sering membuat mulut saya menganga :D. Bagaimana tidak? Ia mempunyai sembilan anak. Note : SEMBILAN ANAK. Bukan dua atau tiga. Dan kesemuanya adalah perempuan. Subhanallah..... Dari cerita-cerita yang saya dengar, punya dua anak perempuan saja sudah ribet, apalagi sembilan :)

Setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat, ia menempuh jarak -+60an km, dari rumah menuju kampus. Dan itu semua menggunakan kendaraan umum. Mulai dari angkot-angkot kecil, sampai bus besar dan metromini. Itu sudah menjadi santapan 3x perminggu. Alasannya hanya satu, UNTUK MENDAPAT ILMU. Lagi-lagi saya hanya bisa berucap subhanallah.

Tahun ini, ia pun kembali membuat mulut saya menganga :D. Karena, ternyata ia memasukkan anak pertamanya ke kampus kami. Anak tertuanya mengambil dua jurusan sekaligus. Kelas pagi berbeda jurusan, sedangkan sorenya, jurusan yang sama dengan kami. Luar biasa.....

Kembali ke teman saya. Selama mengenalnya, jarang sekali saya mendengar ia berkeluh kesah. Bahkan ketika terjadi kemacetan yang parah pun, ia malah bercerita berbagai hal, yang sering membuat saya termotivasi bahkan terinspirasi.

Banyak hal yang diceritakannya. Mulai dari bagaimana ia memenej waktu anak-anaknya, mengatur uang belanja, mengisi beberapa pengajian, sampai kisahnya tentang tabloid yang dikelolanya saat ini. Saya selalu tergelitik dengan pertanyaan,"Kok bisa sih ga punya khadimat? Gimana ngaturnya?" 

Mau tau jawabannya apa? "Alhamdulillah bisa bu, kan anak saya sembilan, tinggal diatur aja tugasnya masing-masing. Lagian, khadimat mana mau kerja dirumah saya. Wong masak aja sebakul, belum lagi cucian dan setrikaan yang menggunung." Hehe,,, iya yah, bener juga, khadimat sekarang memang pilih-pilih tempat kerja :P

Oya, jangan dikira karena jumlah anaknya yang banyak, jarak tempuh dari rumah ke kampus yang jauh, membuat sahabat saya ini jarang kuliah. Salah! Malahan, absennya jarang sekali kosong. Kalau betul-betul ada hal yang tidak bisa ditinggalkan barulah ia menitip untuk diijinkan. Bahkan, sakit pun ia tetap memaksa masuk.

Seperti kejadian baru-baru ini. Sahabat saya dan teman-temannya mengisi liburan dengan refting. Entah bagaimana, sahabat saya yang masih belum mahir itu, terpental dari perahu dan kepalanya membentur batu besar. Bibirnya pecah dan beberapa giginya pun patah. Hal ini menyebabkan bibir atasnya harus dijahit, hingga membuat ia susah untuk bicara. 



Tapi, subhanallah, walaupun sakit seperti itu. Ia tetap memaksa untuk kuliah. Ketika saya tanya ,"Bu, udah deh, istrahat aja dirumah." Apa jawabannya??? "Ga bu, ga pa pa, saya tetap kuliah. Kalo dirumah malah sakitnya terasa. Cenut-cenut terus. Kalo di kampus kan ga. Saya bisa becanda dengan teman-teman, bisa ketemu dengan ustad-ustad. Ga pa pa kok, insyaAllah." Lagi-lagi subhanallah. 


Bagaimana dengan nilai-nilai kuliahnya? Setahu saya, sejak semester 1, nilai sahabat saya ini tidak ada yang C, lebih banyak A dan sedikit B. Dikelas pun ia kritis, sangat kritis malah :). Sering mengajukan pertanyaan yang jarang dipikirkan oleh saya dan teman-teman.


Saya berharap, semoga, jika kuliah ini usai, persabatannya saya dengannya tidak usai juga.

Tetap semangat ya sahabatku.... :)

to my bestfriend bu Ida Rosana.