Selasa, 20 Oktober 2015

ORANGTUA dan KEMATIAN

Jujur saja... setiap memulai menuliskan kisah anak-anak penjara, saya selalu bingung. Kisah mereka begitu kompleks. Tapi sangat sayang jika kisah mereka tidak dituliskan. Karena begitu banyak hikmah yang bisa diambil.

Acara di LPKA (Lembaga Pembinaan Khusus Anak) Pria Tangerang hari ini mulai siang hari. Memang disengaja agar semua anak LPKA dapat turut serta.

Kali ini GPR (Gerakan Peduli Remaja) mengadakan kerjasama dengan seorang motivator muda bernama Septian Eka, biasa dipanggil kak Eka.

Agak berbeda dari biasanya. Kegiatan motivasi hari ini diadakan di sebuah ruangan tertutup. Biasa di sebut pihak LPKA, ruang data. Ruangan ini dilengkapi dengan pendingin ruangan dan infocus. Cukup untuk menampung 200 anak.

Pukul 13.45 acara dimulai. Agar mempersingkat waktu, saya memberikan kata sambutan yang singkat. Tepat jam 14.00 kak Eka mulai beraksi.

Anak-anak diajak untuk bermain otak kanan. Berbagai gerakan mereka lakukan sambil tertawa. Alhamdulillah...

Saya perhatikan wajah anak-anak ini. Karena setiap minggu berinteraksi dengan mereka, saya agak paham gestur yang ditunjukkan beberapa dari mereka. Kekecewaan dan kesedihan yang mereka rasakan, tak bisa ditutupi.

Walau permainan yang dilakukan oleh kak Eka sangat menarik dan memberi semangat, namun ada beberapa anak yang tidak tulus dalam melakukannya.

Di tengah acara, saya berpindah tempat. Yang tadinya di depan, kini saya berada di barisan belakang, bergabung dengan anak-anak.

Anak-anak terus menyimak motivasi dari kak Eka. Sebagian mendengarkan serius. Sebagian lagi mendengarkan sambil ngobrol. Ada juga yang tertidur. Hingga tibalah saat kak Eka memutar video tentang kematian. Mereka yang tadinya ngobrol, mendadak berhenti. Ruangan menjadi sepi.

Wajah anak-anak mendadak tegang. Apalagi saat kak Eka berkata bahwa, kita semua sebenarnya sedang menanti kematian. Kematian bisa terjadi pada siapapun. Tua, muda, anak-anak. Kematian bisa terjadi kapan saja. Tidak ada yang menjamin setelah acara ini kita masih hidup.

Allah SWT berfirman: "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. " (QS. Al-Imran:185)

Saya memperhatikan anak-anak dari belakang. Dari tempat saya duduk, saya melihat seorang anak dengan kasus pembunuhan. Saya perhatikan wajahnya lekat-lekat. Raut mukanya tegang. Duduknya tegak. Tak bergeming. Beberapa waktu lalu saat saya dan teman-teman menceritakan siroh Rasulullah saw pada mereka, salah satu relawan GPR yaitu Wylvera (biasa dipanggil mba Wiwik) menceritakan bahwa anak ini merasa lega telah melalukan pembunuhan pada orang yang dibencinya.  

Namun saat ini saya melihatnya sangat ketakutan. Beda sekali dengan cerita mba Wiwik yang kala itu menggambarkan "kebahagiaannya" telah melakukan pembunuhan. Ketakutan tampak jelas pada wajahnya. Ya Allah... semoga ketakutan anak ini adalah karena ia sadar bahwa apa yang dilakukannya dilarang Allah dan semoga ia bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat. Aamiin...

Pemutaran video tentang kematian selesai, anak-anak bernafas lega. Beberapa dari mereka langsung diskusi tentang seramnya kematian. Namun sepertinya kak Eka ingin terus menyadarkan mereka. Kak Eka tak mau kehilangan moment anak-anak yang emosinya sudah hanyut. Kak Eka pun kembali memutar video. Kali ini tentang pengorbanan orangtua.

Anak-anak kembali diam. Slide menampilkan wajah seorang ibu tua renta yang dipeluk dan dicium keningnya oleh seorang anak. Kemudian kak Eka merendahkan nada suaranya. Kak Eka menceritakan kerja keras yang dilakukan  orangtua demi menghidupi anaknya.

Saya kembali memperhatikan wajah anak-anak. Beberapa mulai menunduk. Kak Eka terus berbicara diiringi alunan musik yang sedih. Membuat anak-anak semakin terhanyut. Kak Eka menceritakan kisah salah seorang temannya, yaitu B yang selalu tidak mau mendengar nasehat orangtua. Hari-hari dilalui dengan perdebatan sengit antara dirinya dan orangtuanya. Hingga tibalah satu hari. Allah memanggil ibunya. B yang saat itu tengah berada di luar rumah, mendadak disuruh pulang oleh ayahnya.

"B... cepat pulang sekarang." Ujar ayah B di ujung telepon.

"Ada apa yah ?"

"Pokoknya pulang sekarang juga."

B bingung. Selama ini jika ayah atau ibunya menyuruh pulang, pasti mengatakan alasan. Tapi kali ini tidak. B pun bergegas pulang. Tiba di rumah B kaget. Sejak jalan depan rumahnya ramai orang berkerumun. Bendera kuning dimana-mana. Ketika B masuk ke dalam rumah, B tak percaya. B melihat ibunya terbujur kaku ditutupi kain putih. B memeluk ibunya dan berteriak

"Ibu... bangun bu... bangun bu... aku ingin minta maaf... bangun bu.... ibu...."

Mendengar cerita dari kak Eka, kesedihan mendalam tergambar jelas pada wajah anak-anak LPKA. Sebagian mereka tidak tahan. Akhirnya air mata merekapun jatuh. Kepala mereka tertunduk. Ada yang menutup wajahnya dengan tangan.

Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda, “Kedua orangtua itu adalah pintu surga yang paling tengah. Jika kalian mau memasukinya maka jagalah orang tua kalian. Jika kalian enggan memasukinya, silakan sia-siakan orang tua kalian” (HR. Tirmidzi, ia berkata: “hadits ini shahih”)

Saya teringat pada sesi konseling dengan seorang anak. Ketika saya bertanya tentang orangtuanya, ia langsung menangis sesegukkan. Ia merasa sangat bersalah sudah membuat malu orangtua. Orangtuanya tak pernah bersikap kasar. Tak pernah berkata kotor, apalagi memukul atau memaki. Namun pengaruh teman-temannya sangat kuat. Hingga ia melanggar nasehat orangtua. Dan sampailah ia disini. Di LPKA.

Ketika awal masuk LPKA, ia mengira orangtuanya akan malu dan meninggkalkannya. Ternyata ia salah. Hampir setiap hari orangtuanya menjenguknya. Jika ayahnya tak sempat, ibunyalah yang menjenguk. Dan setiap kali menjenguk selalu membawa makanan kesukaannya.

Pada dasarnya setiap anak menyadari peran penting orangtua pada hidupnya. Namun, entah kenapa banyak nasehat orangtua yang enggan dikerjakan.

Kembali pada kegiatan motivasi bersama kak Eka. Saya tak tahan untuk tidak memperhatikan wajah anak-anak ini. Tatapan mereka sendu saat melihat slide tentang orangtua.

Bersyukur kak Eka kemudian mengganti pembicaraan. Yang tadinya sendu dan sedih. Berganti menjadi semangat menatap masa depan.

Semua orang melakukan kesalahan. Semua orang pernah melakukan dosa pada orangtuanya. Namun, itu semua bisa dirubah. Dengan momentum tahun baru Islam 1 Muharram, kak Eka mendorong anak-anak untuk berubah. Yang tadinya buruk menjadi baik. Tadinya salah jadi benar. Intinya, berubah menjadi lebih baik. Terutama berubah menjadi lebih baik dalam melaksanakan perintah Allab serta menjadi lebih baik dalam mendengarkan nasehat orangtua.

Berharap hanya pada Allah, agar anak-anak LPKA bertaubat, menyadari kesalahannya, berubah menjadi baik dan dapat istiqomah di jalan Allah. Aamiin...


Jakarta, 20 Oktober 2015
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar