Selasa, 19 Maret 2013

SELAMAT JALAN BLEKIS


Seorang anak muda menghampiri saya. Tanpa basa basi ia langsung bertanya, “Bunda, boleh ngobrol berdua?”

Sejak itulah saya dekat dengannya. Di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Pria Tangerang, ia biasa dipanggil Blekis. Tidak mudah mendekati anak Lapas dengan kasus yang berat seperti Blekis. Rata-rata mereka menutup diri. GPR sendiri butuh waktu tiga bulan lebih untuk bisa mengambil hati mereka.

Bercerita tentang kasus yang dilakukannya, sungguh membuat hati pilu. Sering saat saya ngobrol dengannya, tidak menyangka jika Blekis dapat melakukan kejahatan itu. Tapi, yang lalu biarlah berlalu, nasi sudah menjadi bubur.

Blekis dan anak Lapas lainnya memang sudah melakukan kejahatan. Setiap manusia pernah melakukan dosa. Tidak ada manusia yang suci. Namun, jangan terlalu lama tenggelam dalam dosa. Sekarang saatnya bertaubat dan bangkit. Hal itu pula yang sering GPR katakan pada Blekis dan teman-temannya.

Blekis memang menunjukkan kemauan untuk berubah. Setiap saya dan teman-teman GPR berkunjung, Blekis selalu mendekati dan bertanya tentang banyak hal. Yang paling sering ditanyakan adalah bagaimana cara bertaubat dan apakah taubatnya diterima oleh Allah...

Saat akhir tahun 2012, GPR memutar film “Mama Cake”. Blekis sangat tertarik dan duduk paling depan. Walau ruangan di Lapas panas dan pengap, itu tidak menghalanginya untuk menonton film hingga usai.

Saat film berakhir, Blekis mendekati saya, ia berkata, “Bun, Blekis pingin belajar baca Alquran. Bunda mau ngajarin Blekis ngaji?” subhanallah... kalimat seperti ini bagaikan oase, sejuuukkk sekali. Alhamdulillah, Blekis mengutarakan keinginannya tanpa paksaan.


Blekis bertopi merah, sesaat sebelum outbond Lapas


Masih banyak perkataan Blekis yang membuat saya dan teman-teman GPR bahagia. Misalnya, “Bunda, tiap hari dong ke Lapasnya...” atau “Bunda, buka konseling di pojok curhat deh, nanti pasti Blekis kesana...”

Namun kalimat yang memotivasi kami adalah permintaannya akan rumah singgah. Blekis berkata, “Bunda, punya panti asuhan ga? Bleksi pingin ikut bunda aja. Blekis ga mau kembali kelingkungan yang lama.”

Karena keinginan Blekis juga ternyata teman-temannya yang lain, GPR berjuang untuk membuat rumah singgah khusus mantan anak Lapas. Memang tidak mudah bagi mantan Lapas untuk kembali ke lingkungannya. Banyak yang menolak, tidak jarang yang mencaci. Bahkan ada juga yang kembali ke kebiasaan lamanya seperti mabuk-mabukkan atau obat-obattan.

Sambil berjuang membangun rumah singgah, GPR juga akan mengadakan pembinaan selama enam bulan. Pembinaan ini berlangsung mulai bulan mei hingga nopember. Selain itu juga akan diadakan kelas menulis selama tiga bulan berturut-turut. Dari kelas menulis itu rencananya akan diterbitkan buku kumpulan anak Lapas.

Semua itu dilakukan dengan ide-ide dari Blekis. Saya teringat, satu minggu sebelum Blekis meninggal, saya mengingatkannya untuk ikut dalam kelas menulis dan ia menyetujuinya....
“Blekis jangan lupa ya, minggu depan ikut kelas menulis.”

“Ya bunda, Blekis pasti ikut. Bunda mau pulang ya?” Hati-hati ya bunda...”

“Iya, Blekis juga hati-hati disini, jaga diri, jaga kesehatan...”

Ternyata itulah perbincangan terakhir saya dengan Blekis.

Blekis yang mempunyai semangat besar untuk berubah. Blekis yang memberikan ide untuk mengadakan kegiatan-kegiatan seru di Lapas. Dan Blekis yang selalu tersenyum menyambut kedatangan kami...


"Bunda, tolong cetakin foto ini ya, Blekis pingin pajang di kamar"


Selamat jalan Blekis, semoga Allah mengampuni dosa-dosamu, semoga Allah menerima taubatmu, semoga Allah memberikan tempat terbaik untukmu.... aamiin ya Rabbal’alamin....