Seorang anak muda menghampiri saya. Tanpa basa basi ia
langsung bertanya, “Bunda, boleh ngobrol berdua?”
Sejak itulah saya dekat dengannya. Di Lembaga Pemasyarakatan
(Lapas) Anak Pria Tangerang, ia biasa dipanggil Blekis. Tidak mudah mendekati
anak Lapas dengan kasus yang berat seperti Blekis. Rata-rata mereka menutup
diri. GPR sendiri butuh waktu tiga bulan lebih untuk bisa mengambil hati
mereka.
Bercerita tentang kasus yang dilakukannya, sungguh membuat
hati pilu. Sering saat saya ngobrol dengannya, tidak menyangka jika Blekis
dapat melakukan kejahatan itu. Tapi, yang lalu biarlah berlalu, nasi sudah
menjadi bubur.
Blekis dan anak Lapas lainnya memang sudah melakukan
kejahatan. Setiap manusia pernah melakukan dosa. Tidak ada manusia yang suci.
Namun, jangan terlalu lama tenggelam dalam dosa. Sekarang saatnya bertaubat dan
bangkit. Hal itu pula yang sering GPR katakan pada Blekis dan teman-temannya.
Blekis memang menunjukkan kemauan untuk berubah. Setiap saya
dan teman-teman GPR berkunjung, Blekis selalu mendekati dan bertanya tentang
banyak hal. Yang paling sering ditanyakan adalah bagaimana cara bertaubat dan
apakah taubatnya diterima oleh Allah...
Saat akhir tahun 2012, GPR memutar film “Mama Cake”. Blekis
sangat tertarik dan duduk paling depan. Walau ruangan di Lapas panas dan
pengap, itu tidak menghalanginya untuk menonton film hingga usai.
Saat film berakhir, Blekis mendekati saya, ia berkata, “Bun,
Blekis pingin belajar baca Alquran. Bunda mau ngajarin Blekis ngaji?” subhanallah...
kalimat seperti ini bagaikan oase, sejuuukkk sekali. Alhamdulillah, Blekis
mengutarakan keinginannya tanpa paksaan.
Blekis bertopi merah, sesaat sebelum outbond Lapas
Masih banyak perkataan Blekis yang membuat saya dan
teman-teman GPR bahagia. Misalnya, “Bunda, tiap hari dong ke Lapasnya...” atau “Bunda,
buka konseling di pojok curhat deh, nanti pasti Blekis kesana...”
Namun kalimat yang memotivasi kami adalah permintaannya akan
rumah singgah. Blekis berkata, “Bunda, punya panti asuhan ga? Bleksi pingin
ikut bunda aja. Blekis ga mau kembali kelingkungan yang lama.”
Karena keinginan Blekis juga ternyata teman-temannya yang
lain, GPR berjuang untuk membuat rumah singgah khusus mantan anak Lapas. Memang
tidak mudah bagi mantan Lapas untuk kembali ke lingkungannya. Banyak yang
menolak, tidak jarang yang mencaci. Bahkan ada juga yang kembali ke kebiasaan
lamanya seperti mabuk-mabukkan atau obat-obattan.
Sambil berjuang membangun rumah singgah, GPR juga akan
mengadakan pembinaan selama enam bulan. Pembinaan ini berlangsung mulai bulan
mei hingga nopember. Selain itu juga akan diadakan kelas menulis selama tiga
bulan berturut-turut. Dari kelas menulis itu rencananya akan diterbitkan buku
kumpulan anak Lapas.
Semua itu dilakukan dengan ide-ide dari Blekis. Saya
teringat, satu minggu sebelum Blekis meninggal, saya mengingatkannya untuk ikut
dalam kelas menulis dan ia menyetujuinya....
“Blekis jangan lupa ya, minggu depan ikut kelas menulis.”
“Ya bunda, Blekis pasti ikut. Bunda mau pulang ya?”
Hati-hati ya bunda...”
“Iya, Blekis juga hati-hati disini, jaga diri, jaga
kesehatan...”
Ternyata itulah perbincangan terakhir saya dengan Blekis.
Blekis yang mempunyai semangat besar untuk berubah. Blekis
yang memberikan ide untuk mengadakan kegiatan-kegiatan seru di Lapas. Dan
Blekis yang selalu tersenyum menyambut kedatangan kami...
"Bunda, tolong cetakin foto ini ya, Blekis pingin pajang di kamar"
Selamat jalan Blekis, semoga Allah mengampuni dosa-dosamu,
semoga Allah menerima taubatmu, semoga Allah memberikan tempat terbaik
untukmu.... aamiin ya Rabbal’alamin....
Bunda Suci, terima kasih sekali sudah sharing mengenai kegiatan GPR di blognya. Nama saya Dorothy, saya bekerja di LSM yang bertujuan untuk membentuk karakter anak muda (www.iaypindonesia.org). Di akhir dari program kami, peserta akan mendapatkan penghargaan Internasional. Programnya tidak gampang, tapi juga tidak mustahil. Saya ingin sekali membuka kesempatan bagi anak-anak lapas untuk turut mengikuti program ini. Saya coba cari kontak nya Bunda Suci di web ini tapi tidak ada. Mungkin Bunda Suci bisa mengkontak saya di email: dorothy(dot)ferary(at)iaypindonesia(dot)org . Siapa tahu dengan bimbingan GPR, anak-anak lapas juga bisa mengikuti program ini. Salam sukses selalu ya Bunda! -Dorothy
BalasHapus