Sabtu, 31 Maret 2012

SOSIALISASI GERAKAN PEDULI REMAJA DI RADIO DAKTA 107FM BEKASI


Tumben judulnya panjang amat hehe… J

Alhamdulillah, walau baru dihubungi Jumat malam, acara on air sosialisasi gerakan peduli remaja Sabtu siang ini berjalan tanpa hambatan. Pukul dua lebih sepuluh menit, acara on air pun dimulai. Tim gerakan peduli remaja smart teen smart love (STSL) terdiri dari bunda Suci (ketua), kak Lisya (bendahara) dan kak Edas (humas).

Cerita dimulai dari latar belakang terbentuknya gerakan ini. Seperti yang telah diketahui bersama, gerakan ini terbentuk atas dasar keprihatinan yang mendalam terhadap perkembangan remaja akhir-akhir ini. Salah satu yang sangat meresahkan yaitu, data-data yang dihimpun dari KPAI. Tingginya tingkat pergaulan bebas, tingkat aborsi, semakin meningkatnya akses internet porno dan masih banyak lagi, yang dilakukan oleh remaja usia 13-18 tahun. Belum lagi serangan pemikiran liberal yang sangat gencar di kalangan remaja. Beberapa hal itulah yang menyebabkan gerakan ini terbentuk.

Melihat kenyataan seperti itu, tim STSL sepakat harus berbuat sesuatu untuk menyelamatkan akidah remaja. Jangan sampai remaja muslim semakin tenggelam dalam pergaulan bebas dan pemikiran-pemikiran yang menjauhkan mereka dari Allah swt. Misi gerakan STSL sendiri adalah, berdakwah untuk membangun karakter remaja yang Islami. Sedangkan visi dari gerakan ini adalah membentuk karakter remaja Islam berdasarkan potensinya masing-masing, melalui kegiatan-kegiatan yang terorganisir.  

Alhamdulillah, pendengar radio Dakta yang mendengar latar belakang, visi dan misi  gerakan ini pun langsung merespon. Beberapa mengirim sms dan bertanya langsung pada tim STSL. Yang menarik adalah ada seorang bapak yang ingin anak-anaknya bergabung dengan gerakan ini. Hal ini disambut dengan tangan terbuka oleh tim STSL. Alhamdulillah… semoga dapat bergabung secepatnya ya… J

Selanjutnya, tim STSL menceritakan tentang program-program terdekat. Untuk bulan April, insyaAllah akan diadakan dua agenda. Yang pertama adalah workshop menulis artikel. Workshop ini adalah lanjutan dari lomba menulis artikel remaja tentang perayaan valentine, yang diadakan bulan Februari kemarin. Beberapa orang yang mengirimkan naskahnya dipilih untuk mengikuti workshop ini yang insyaAllah akan diadakan tanggal 15 April di Bekasi. Dalam workshop ini, para peserta akan diajarkan tehnik menulis yang baik, juga akan diberitahukan kesalahan-kesalahan mereka dalam menulis artikel.

Agenda kedua bulan April adalah, kunjungan ke Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria dan Wanita, di Tangerang. Kunjungan ini bukan sekedar kunjungan biasa. Dalam kunjungan ini, tim STSL akan memutar film motivasi adik-adik punk muslim. Seperti yang kita tau, punk identik dengan narkoba, pergaulan bebas, alcohol, dan kenakalan-kenakalan lainnya. Bagaimana adik-adik punk itu dapat berubah menjadi baik,  shaleh dan dapat mandiri. Itulah yang akan diangkat tim STSL dalam film ini. Dalam pengerjaan film, tim STSL bekerja sama dengan rekan-rekan dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Selain pemutaran film, adik-adik dari punk muslim juga akan memberikan motivasi. Setelah itu, akan diadakan sumbangan buku-buku Islam. InsyaAllah acara ini akan dilaksanakan tanggal 28 April.

Respon pun kembali masuk. Kali ini bertanya tentang bagaimana caranya untuk berkontribusi dan dimanakah kantor pusat gerakan ini. Subhanallah… Alhamdulillah… memang inilah yang tim STSL harapkan, semakin banyak remaja yang peduli dengan rekan-rekannya.

Berhubung usia gerakan STSL yang masih sangat baru, maka sampai saat ini, STSL belum memiliki kantor pusat. Sementara, tim STSL mengadakan koordinasi di dua lokasi, yaitu di daerah Pondok Kelapa Kalimalang, dan di Kelapa Dua Depok. Untuk bergabung dengan gerakan ini pun sangat mudah. Tinggal menghubungi tim STSL, insyaAllah adik-adik akan diikutsertakan pada kegiatan-kegiatan STSL.

Selain bertanya tentang gerakan STSL, beberapa pendengar pun bertanya seputar masalah remaja. Salah satu pendengar, seorang remaja wanita yang tadinya bersekolah di SMP Islam, kemudian melanjutkan ke SMA Negeri. Kebiasaannya melaksanakan shalat sunnah saat di SMP, hilang begitu saja ketika ia duduk di SMA Negeri. Ini disebabkan lingkungan sekolah yang tidak membiasakan untuk melakukan shalat sunnah. Bagaimana agar kebiasaan baik itu tidak hilang, dan bagaimana mempertahankan diri di tengah lingkungan yang kurang Islami.

Subhanallah… pertanyaan yang kritis dan bikin miris…

Saat berbincang dengan adik-adik punk muslim, mereka mengatakan, bahwa pengaruh lingkungan terhadap karakter remaja adalah 75%. Jika lingkungannya baik, maka remaja pun akan baik, namun, jika lingkungannya jelek, maka remaja pun akan berperilaku jelek. Karena itu, saran dari tim STSL adalah, mencari teman yang baik, yang dapat mengajak kita untuk selalu dekat dengan Allah swt. Setelah itu, bergabunglah dengan komunitas remaja yang baik, misalnya ROHIS di sekolah. InsyaAllah, jika kita berada dalam lingkungan yang baik, maka iman kita pun akan terjaga.

Begitulah yang dapat dirangkum dari kegiatan gerakan STSL hari ini. Harapan tim STSL adalah, semoga gerakan ini dapat membentengi akidah remaja dari hal-hal yang menjauhkan mereka dari Allah swt. Semoga kegiatan-kegiatan yang diadakan, dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik dan memberikan manfaat untuk remaja muslim. Tim STSL juga berharap doa dan dukungan dari seluruh teman, sahabat dan saudara seiman agar gerakan ini istiqomah di jalan Allah swt.



Kamis, 29 Maret 2012

BUNDA FOREVER


Hampir semua anak kelas lima dan enam SDIT Ar Ridho, menangis. Mereka ga rela kalau bundanya tersayang harus pindah tugas ke Pekanbaru. Pagi sampai siang, suasana sekolah mengharu biru. Pulang sekolah Adam dan teman-temannya banyak diam. Ga seperti biasa. Adam apalagi. Matanya masih merah. Adam dan teman-temannya saling menghibur. Saling menguatkan. Saya tersenyum memandang tingkah mereka. Yah, bunda memang telah menempati ruang di hati murid-murid.

Setelah mandi, Adam pun bergegas meminjam laptop saya, dan langsung masuk ke facebook. Masih dalam diamnya, Adam tampak begitu serius. Beda sekali dengan hari-hari sebelumnya. Sepulang sekolah biasanya Adam bercerita tentang teman-temannya, ulangan, pelajaran atau guru-guru. Tapi tidak hari ini. Hari dimana bunda mengumumkan untuk pindah tugas ke Pekanbaru. Bukan sebulan atau tiga bulan. Tapi seterusnya.

Mungkin karena Adam anak lelaki, jadi ia tidak terlalu menunjukkan emosinya dengan menangis meraung-raung atau sesegukan. Adam hanya diam, namun sesekali menyeka air matanya yang mengalir. Saya duduk di samping Adam, sambil terus mengusap punggungnya, tanpa berkata-kata. Saya tau, saat ini kata-kata saya tidak bermanfaat untuk Adam.

Adam masih sibuk dengan facebooknya. Tiba-tiba ,”Yes.” Adam tersenyum sedikit sambil memandang layar laptop. Saya pun ikut melihat. Oh, ternyata Adam membuat grup “bunda forever”. Dan tanpa menunggu lama, anggota grup itu bertambah. Saya terus menatap layar laptop. Begitupun Adam. Komentar-komentar mulai masuk. Semuanya senada. Tidak menginginkan bunda pindah ke Pekanbaru. Banyak juga yang menanyakan, mengapa sekarang, mengapa ga nanti-nanti saja. Bahkan ada yang menggunakan gambar menangis, juga memohon agar bunda tetap mengajar di SDIT Ar Ridho.

Subhanallah… luar biasa reaksi anak-anak. Reaksi mereka sama sekali tidak dibuat-buat. Tidak ada yang menyarankan, apalagi menyuruh. Itu murni dari hati anak-anak yang benar-benar merasa kehilangan bundanya. Subhanallah…

Itu adalah cerita beberapa bulan yang lalu. Grup bunda forever sendiri, masih eksis dan masih sering diisi oleh murid-murid, walau tidak sesering dulu. Wajarlah, namanya saja anak-anak. Namun yang pasti, bunda masih special di mata mereka. ini terbukti dari seringnya mereka membandingkan bunda dengan guru-guru lainnya. Ah anak-anak, seandainya mereka tau, semua guru, pasti berusaha untuk menyayangi muridnya dan memberikan yang terbaik untuk muridnya, walau dengan cara yang berbeda.

Dan hari ini, saya kembali tersentuh oleh surat seorang murid yang dibawa Adam dari sekolah. Curhat seorang anak perempuan. Ungkapan hati yang membuat saya sedih dan prihatin.

Sebutlah namanya Amira. Dalam surat yang ditujukan pada bunda, Amira menceritakan segala keluh kesahnya.

“Dear bunda, @home. Bun, kenapa sih mama sayangnya cuma sama kakak? Apa karena dia perfect? Atau karena dia pinter dan aku b**o? bunda, aku pingin banget punya mama kayak bunda!!! Pake kerudung, shalat bareng-bareng. Bunda kenapa sih mama pilih kasih banget? Bunda, kan bunda pernah bilang bahwa, ‘orangtua marah karena sayang’ tapi bun, apa sayang orangtua itu sampai ngatain ? misalnya anaknya ga ngerti pelajaran terus ibunya ngatain anaknya b**o?”

“Dear bunda @school, bun, kenapa sih aku ga secantik A? ga sepinter B? dan sebaik C? kenapa bun?? Ya udah bun, aku mau bobo. Dada bunda, I love u bunda..”

“Dear bunda @home, innalilahi wa innailaihi rojiun, hari ini temennya mamaku sudah di alam kubur bun, kita doakan ya bun, semoga temennya mamaku masuk surge dan semua kebaikannya diterima disisi Allah swt. Amin… oh ya bun, Alhamdulillah hari ini dirumah ga ada masalah. Semoga hari demi hari semakin membaik. Amin.. ya udah bun, aku mau belajar dulu ya bun. I love u bunda. Bye.”

Cerita yang detil dan berurut, tampak sekali kerinduan pada sosok bunda. Dari kalimatnya juga terlihat kedekatan Amira dan bunda telah berlangsung cukup lama. Selama ini bunda telah menjadi tempat curhatnya, curhat tentang segala hal. Aahh… kasihan Amira…

Bunda, ternyata ruang di hati murid-murid sampai saat ini, tetaplah terisi oleh ketulusanmu. Mungkin saja masih banyak Amira lain di luar sana. Yang dengan setia menuliskan curahan hatinya pada selembar kertas dan berharap suatu saat bunda akan membacanya. Bunda, tetaplah seperti ini. Bunda yang tulus memperhatikan muridnya, menyayangi muridnya, ga pernah marah (kata Adam) dan ikhlas.

Bunda, murid-murid menanti kedatangan bunda saat pembagian raport nanti. Datang ya bun…. J


Rabu, 28 Maret 2012

DARI BESAN HAJI MAMAT, SAMPAI JALAN WANAYASA


Jam 07.00 WIB, Alhamdulillah seluruh rombongan NIAS sudah berkumpul di km 57 Cikampek. Sesuai rencana, hari ini 25 Maret kami akan memberikan sumbangan untuk anak-anak yatim dan dhuafa di daerah Pasteur Bandung. Alhamdulillah tim inti NIAS (maksudnya yang itu lagi itu lagi J), sudah siap. Ga ketinggalan beberapa teman lelaki juga ikut serta. Alhamdulillah, lumayan, untuk bantu-bantu angkat barang :P.

Jam tujuh lewat, kami pun berangkat menuju Bandung. Saya dan bu Iin menumpang mobil bu Ephy. Sepanjang jalan kami diskusi tentang berbagai hal. Sesekali diselingi dengan tingkah Hilmy yang menggemaskan. Selama perjalanan, alhamdulillah,  jumlah uang sumbangan yang masuk terus bertambah. Subhanallah, nilainya lebih dari enam juta rupiah. Luar biasa. TOP jempol deh buat para pengurus NIAS.

Mungkin karena hari Minggu dan masih pagi, jalanan yang diperkirakan macet, Alhamdulillah lancar jalan. Ga ada hambatan yang berarti. Sampai  di tol Pasteur, lebih cepat dari jadwal yang ditentukan. Jam delapan, kami sudah keluar tol Pasteur. Berhubung pak Ali yang sudah tau lokasi panti asuhan, maka, mobil pak Ali yang paling depan memimpin rombongan. Begitu juga waktu mobil kami keluar di tol Pasteur.

Mobil yang dikemudikan pak Ali memutuskan  berhenti diluar tol Pasteur, untuk menunggu mobil lain yang agak ketinggalan. Nah, yang ga disangka, mobil pak Ali berhenti tepat di belakang salah satu mobil yang bertuliskan "rombongan besan pak Haji Mamat Bekasi". Ga berapa lama, beberapa mobil lain pun ikut berhenti di belakang mobil kami. Saya, bu Ephy dan bu Iin saling pandang geli. Wah bahaya nih, jangan-jangan mobil di belakang kami ini rombongan besan pak Haji Mamat juga. Mungkin mereka pikir, mobil kami termasuk dalam rombongan mereka. O..O…O….

Setelah rombongan kami lengkap, kami pun langsung melanjutkan perjalanan. Selain itu juga, kami ga ingin bikin rombongan  besan pak Haji Mamat keder gara-gara kami hehehe…. Karena ga ingin terpisah, maka, rombongan kami pun berjalan pelan. Tiba di satu gang, mobil pak Ali belok. Diikuti oleh mobil teman-teman yang lain. Kami pun berhenti untuk menanyakan alamat panti pada orang-orang di sekitar jalan itu. Waktu kami nengok ke belakang…. O…O… kenapa mobil rombongan jadi beranak begini?? Mobil rombongan NIAS hanya empat mobil, tapi dibelakang kami bertambah empat mobil lagi. Jadi semuanya delapan mobil. Saya dan teman-teman kembali tertawa… duuhh ada-ada aja. Jangan-jangan ini masih rombongan besan pak Haji Mamat. Wadduuhh gimana niiihh…

Bu Sri dan pak Dhanny memutuskan turun dan bertanya pada mereka. Dari kaca spion, jelas sekali wajah bu Sri dan pak Dhanny yang tertawa-tawa geli. Begitupun kami di dalam mobil. Wah, kok bisa sih mereka ngikutin mobil kami. Jelas-jelas mobil kami ga ada tulisan “rombongan besan pak Haji Mamat”. Mungkin salah kami juga yah, ga menuliskan penanda di mobil masing-masing. Yah gimanapun, karena rombongan besan pak Haji Mamat, membuat pagi ini tambah ceria J.

Jam 08.30 kami tiba dipanti asuhan anak yatim piatu Al-Fajr. Para bapak-bapak bergerak cepat menurunkan barang-barang sumbangan. Beberapa plastik besar berisi pakaian layak pakai, satu kardus sabun mandi, satu kardus Al-Quran, satu kardus alat tulis menulis dan masih banyak lagi. Alhamdulillah subhanallah, hanya Allah swt yang bisa membalas keikhlasan teman-teman semua.

Silaturahim dengan pengurus panti dan anak-anak panti, membuat suasana menjadi semakin sejuk. Sejuk di hati dan sejuk cuaca J. Anak-anak yatim disini terdiri dari berbagai usia, mulai dari balita sampai yang sudah akil baligh. Perempuan dan laki-laki yang sudah baligh, dipisah di rumah yang berbeda. Berhubung rombongan kami datang, maka pengurus panti memanggil beberapa anak laki-laki panti yang sudah baligh, untuk ikut menyambut rombongan kami. Heeehh jadi terharu….

Walaupun acaranya pemberian sumbangan, tetep aja, acara jeprat jepret ga ketinggalan. Justru disini serunya. Mulai dari menjepret saat pemberian sumbangan, jepretan anak-anak panti, sampai jepretan iseng teman-teman.

Berhubung anak-anak panti ada acara, maka kami memutuskan untuk melanjutkan ke jadwal selanjutnya. Walaupun lebih cepat satu jam dari jadwal yang direncanakan. Pak Ali dan teman-teman memutuskan untuk berpisah. Ada urusan lain katanya. Dan berjanji pada kami, akan bergabung di tempat makan di daerah Lembang. Selain itu, mobil bu Ade juga memutuskan untuk berangkat lebih dulu, karena bu Ade mau ketemu dengan klien. Ok, jadilah mobil tinggal dua. Yaitu mobil bu Ephy dan mobil bu Dian.

Kami pun melanjutkan perjalanan menuju tempat makan. Yah, walaupun jam belum menunjukkan waktu makan siang, ga pa pa deh makan lebih cepat. Suasana Bandung yang sejuk juga bikin perut lebih cepat lapaarrr…. :P

Ga berapa lama, bu Ade sudah bergabung dengan iring-iringan mobil kami. Jalan menuju Lembang cenderung lancar. Tapi arah sebaliknya justru mulai padat. Antrian mobil seperti biasa, dipenuhi plat mobil dari Jakarta. Haddeeuuhh orang Jakarta bikin macet Bandung niihh J.

Tiba di tempat makan, kami langsung memesan makanan. Bapak-bapak pun langsung melepas lelah. Salut deh untuk bapak-bapak , sudah ikhlas bantu ibu-ibu yang cerewet ini :D . Sekali narsis, tetep narsis. Sambil menunggu makanan datang, lagi-lagi kamera handphone berseliweran mengambil gambar. Sampai bingung harus nengok kemana hehehe…. Ga lupa kami juga bersyukur acara hari ini lancar, nyaris tanpa hambatan berarti. Kalaupun ada kekurangan, masih dalam tahap yang wajar. Yah, namanya juga manusia, wajar kalau masih ada kekurangannya J

Melihat arah balik ke Jakarta yang padat, maka bapak-bapak mengajak kami pulang melalui jalur Subang-Purwakarta. Ide bagus. Dari pada harus bermacet-macet ria dan sampai di Jakarta malam, mending jalan agak jauh sedikit tapi ga macet. Karena sudah masuk waktu dhuhur, maka bu Ade mengajak kami mampir di rumahnya di daerah Subang, untuk shalat. Waahhh ga ada yang nolak tuuhh hehe…  

Pemandangan menuju rumah bu Ade subhanallah… Indah banget. Indonesiaku gitu loh. Ditambah lagi cuaca yang dingin habis hujan. Duuhh perut mulai kriuk kriuk lagi niiihh… bahaya :P

Sekali lagi, acara narsis pun dimulai. Ga bisa liat jembatan atau pemandangan yang indah, belum juga masuk rumah, kamera handphone mulai bergerilya lagi. Puas berfoto ria, kami pun masuk ke rumah bu Ade. Alhamdulillah, kopi hangat sudah menanti. Tinggal pilih, kopi hitam atau kopi susu. Duuhh tuan rumah yang baik yah. Makasih yang say J.

Perjalanan pulang dilanjutkan. Menurut bu Ade yang orang Subang, lebih baik lewat jalan Wanayasa, kalo lewat Subang, “lawannya” mobil-mobil besar, dan jalanannya lebih ramai. Oke, bapak-bapak pun setuju. Wanayasa… we’re coming J

Baru kali ini saya melewati wilayah Wanayasa. Jalanannya berliku, menanjak, menurun, kemudian berbelok tajam. Wow… cukup bikin jantung deg deg an. Dan kelokan itu pun berlangsung cukup lama. Sampai-sampai beberapa teman mabok. Jujur aja, kepala saya pun agak pusing. Yang menghibur adalah pemandangan yang subhanallah elok. Juga tingkah laku Hilmy yang menggemaskan. Agar ga terlalu pusing, saya pun mengobrol dengan bu Ephy, bu Iin dan pak Iqbal. Juga mengajak bercanda Hilmy.

Karena beberapa teman yang mabok dan kelelahan, maka kami usul agar makan yang hangat dan segar. Pilihanpun jatuh pada semangkok bakso. Mata kami segera menyisir jalanan. Berharap ada tukang bakso yang menggoda iman :D

Apa daya, harapan tinggal harapan. Wanayasa sudah dilewati, danau yang indah pun juga sudah di belakang kami. Tapi ga ada bakso yang menggoda. Akhirnya sampai di pintu tol Cikampek. Mobil berhenti di pinggir jalan. Bu Iin dan bu Nia turun dari mobil untuk diskusi dengan rombongan mobil bu Dian. Kira-kira bakso dimana yang siap kami datangi…. Ga lama bu Iin pun kembali ke mobil. Dengan terpaksa kami masuk tol Cikampek. Diputuskan untuk singgah sebentar di tempat istrahat, siapa tau ada bakso yang menggoda.

Sekali lagi, jauh dari harapan. Tempat istrahat penuh dengan parkir mobil, sampai keluar. Kami memutuskan untuk lanjut. Disana rombongan kami pun terbagi. bu Ade dan anaknya memutuskan langsung pulang ke rumah di Cibitung. Rombongan mobil bu Dian yang berisi  bu Sri dan bu Eka memutuskan untuk makan bakso. Saya, bu Iin, bu Nia dan bu Ephy melanjutkan perjalanan. Menurut kami, bakso di tempat istrahat itu ga ada yang menggoda. Nanti sajalah di Bekasi. Selama perjalanan, kami menimbang-nimbang, kira-kira mau makan bakso dimana nih….

Dan, ternyata yang menggoda, ga jauh-jauh, bakso Kota Cak Man di Bekasi Barat. Hehehe…. Jauh-jauh cari bakso dari Wanayasa Purwakarta Cikampek, jatohnya ke Bekasi juga… :P

Alhamdulillah, acara hari ini berlangsung lancar, sumbangan lancar, rihlah milad lancar, makan bakso pun lancar J. Alhamdulillah…. Moga acara seperti ini bukan yang pertama dan terakhir. Moga juga, melalui acara ini semakin menambah kepedulian terhadap sesama, dan mempertebal jalinan kasih antara angota NIAS. 

Sabtu, 03 Maret 2012

BELAJAR KEARIFAN DARI SEORANG ANAK



Pagi itu hujan deras mengguyur kota Jakarta. Seperti biasa, kemacetan selalu mengiringi hujan. Melihat hujan yang semakin deras, saya berinisiatif untuk mengantar Adam dengan mobil. Namun Adam menolak. “Mama, sekolah Adam kan deket, jalan kaki aja mah,” begitu kata Adam. “Iya sayang, deket sih deket, tapi gimana, hujannya deres banget. Nanti malah sepatu dan seragam Adam basah. Nanti masuk angin.” Jelas saya panjang lebar. Adam tetap bersikeras. “Ga mah, Adam ga mau, pokoknya Adam mau jalan kaki. Kan ada jas hujan, nanti Adam pakai payung, tapi pakai jas hujan juga.” Jawab Adam.

Sebenarnya saya gemas dengan keputusan Adam. Memang jarak sekolah dengan rumah sangat dekat. Sekolah Adam letaknya hanya di belakang rumah kami. Namun jalan menuju sekolahan biasanya tergenang air. Membayangkan Adam menembus hujan “berbecek-becek ria”, perasaan saya sebagai ibu tidak tega. Berbagai perasaan berkecamuk. Nanti kalau basah kuyup gimana, AC di ruang kelas dingin, nanti Adam bisa masuk angin, belum lagi memikirkan kotornya air yang tergenang di jalan, kalau nanti gatal-gatal gimana? Ah… saya memandang Adam yang sudah sangat siap dengan jas hujannya.

“Udah ma, ga pa pa. kan nanti Adam juga pakai payung,” kata Adam sambil memandang saya. Saya membalas tatapan Adam, ga tega. “Ya udah ga pa pa. tapi jangan pakai sepatu yah. Sepatu dan kaos kaki masukin ke plastik. Adam pakai sandal aja. Nanti sampai sekolah, baru pakai sepatu dan kaos kakinya.” Adam pun menurut. Beranjak keluar, saya meminta Adam untuk meninggikan celana panjangnya agar tidak terkena hujan.

Setelah pamit dan bersalaman dengan oma, kami pun menembus hujan. Saya memegang payung, begitu pun Adam. Kami memilih-milih jalan yang tidak tergenang air. Namun karena hujan yang begitu deras, nyaris membuat seluruh jalanan tergenang. Saya dan Adam terkadang harus meloncat-loncat agar kaki tidak terlalu basah.

Menjelang gang menuju sekolah Adam, terlihat antrian mobil yang begitu panjang. Kami berjalan pelan. Sesekali kami harus mengalah dengan mobil-mobil yang memaksa menurunkan anak-anaknya tepat di depan gerbang sekolah. Tak lama, kami pun terpaksa berhenti. Tidak bisa jalan sama sekali. Tepat di depan gerbang sekolah, sebuah mobil berhenti, dari dalam mobil tampak seorang anak yang tengah berpamitan dengan ayah dan ibunya. Sayangnya, si anak tampak enggan turun dari mobil, sampai pak satpam memayunginya. Sayangnya lagi, pak satpam pun tengah sibuk memayungi anak yang lain. Antrian mobil di belakangnya mulai tidak sabar. Klaksonpun dibunyikan. Begitu juga motor. Gang yang hanya cukup untuk satu mobil, kini telah penuh oleh pejalan kaki, mobil dan pengendara motor.

Setelah menunggu agak lama,pak satpampun tiba. Dengan sigap, pak satpam segera memayungi dan anak di mobil itupun turun dai mobilnya. Kemudian mobil dibelakangnya maju mendekati gerbang sekolah. Seperti dugaan saya. Anak yang berada di mobil berikutnya pun menanti payung pak satpam. Kembali langkah kami terhenti. Saya memandang Adam. Alhamdulillah Adam sama sekali tidak menggerutu. Adam tampak sabar menanti gilirannya untuk masuk ke gerbang sekolah. Alhamdulillah, walaupun kejadian serupa terus berlangsung, yaitu semua mobil ingin menurunkan anaknya tepat di gerbang sekolah, kami tetap bisa memasuki sekolah.

Saya meletakkan payung di pinggiran pelataran sekolah dan membantu Adam untuk mengganti sandalnya dengan sepatu. Beberapa anak dan orangtua melewati kami, mereka memandang heran. Saya tidak menggubris. Saya tetap membantu Adam. Saya memperhatikan Adam, Alhamdulillah, sepatu, kaos kaki, seragam dan badan Adam tidak basah alias kering. Hanya tasnya saja yang agak basah. Setelah menyalami saya, Adam pun menaiki tangga menuju kelasnya.

Keluar dari gerbang sekolah, saya melihat antrian mobil semakin banyak. Begitu juga motor. Sebagian tampak tak peduli lagi dengan orang di sekitarnya. Saya beberapa kali terpecik air di jalanan, karena mobil yang berjalan kencang. Saya hanya bisa istighfar.

Sepanjang jalan dari sekolah menuju rumah, pikiran saya melayang. Seandainya saja tadi pagi saya tetap memaksa Adam untuk naik mobil, apakah saya akan melakukan hal yang sama? Mengendarai mobil dengan terburu-buru karena tak ingin anaknya terlambat sekolah. Atau mengendarai mobil dengan kencang sehingga tidak peduli dengan para pejalan kaki? Atau, bersikap egois, dengan menurunkan anaknya tepat di depan gerbang sekolah, tanpa memperdulikan kendaraan yang sudah mengantri di belakangnya, bahkan tidak peduli dengan pejalan kaki yang memang sudah kehujanan.

Subhanallah…. Saya teringat wajah Adam yang tulus, ingin tetap menembus hujan dengan berjalan kaki. Saya teringat wajah Adam yang sabar menanti gilirannya untuk masuk ke gerbang sekolah, walaupun tasnya harus basah dan kakinyapun harus basah terkena percikan air dari kendaraan yang lewat dan air yang menggenangi jalanan.

Subhanallah…. Seandainya saya tetap memaksa Adam untuk diantar dengan mobil, saya juga tidak akan tiba dirumah secepat ini. Karena antrian mobil yang mengantar anak semakin banyak dan membuat jalanan menjadi macet.

Allah…. Mungkin niat Adam tidaklah istimewa, hanya ingin menghabiskan pagi seperti biasa, yaitu berjalan kaki bersama saya menuju sekolahnya. Tapi pagi ini, saya mendapat hikmah luar biasa atas pilihannya.

Allah…. Terimakasih Adam, pagi ini mama telah mendapat pelajaran yang luar biasa… terimakasih anakku…. 


Jumat, 02 Maret 2012

INSPIRASI SATU HARI


Bismillah....

1 Maret 2012

Melanjutkan agenda smat teen smart love, agenda hari ini adalah keliling ke beberapa penerbit. Diawali dengan silaturahim dengan penerbit I’tishom di daerah Rawamangun Jakarta Timur. Sesuai dengan janji hari sebelumnya. Hari ini, rencananya tim STSL akan bertemu dengan ibu Latifah, salah satu penanggung jawab di penerbitan I’tishom. Alhamdulillah, tanpa membuat janji terlebih dulu, tim STSL di terima ibu Latifah dengan ramah.

Diawali dengan jabat tangan yang erat dan hangat, tim STSL pun mengajukan proposal yang memang sudah disiapkan. Perbincangan terhenti sejenak karena ibu Latifah berbincang sambil mengawasi kedua anaknya. Subhanallah…. Ditengah kesibukan beliau dalam mengurus penerbitan, beliau pun sangat memperhatikan kedua anaknya. Sering perbincangan terputus karena ibu Latifah harus memperhatikan dua buah hatinya yang asyik bermain dan terkadang berlarian ke sana kemari. Jadwal ibu Latifah di I’tishom sendiri sebenarnya tidaklah lama. Mulai pukul sembilan, hingga ba’da dhuhur. Hal itu karena selain mengurus penerbitan, ibu Latifah pun harus mengurus rumah dan anak-anaknya. Subhanallah… manajemen waktu yang luar biasa.

Setelah menunaikan shalat dhuhur dan makan siang, tim STSL melanjutkan perjalanan menuju penerbit berikutnya. Penerbit selanjutnya adalah Zikrul Hakim, yang letaknya masih di Rawamangun. Alhamdulillah, setelah bertanya sana sini, tim STSL tiba di kantor penerbit. Karena letaknya yang tidak terlalu mencolok, juga tanpa plang nama, kami agak ragu untuk masuk ke dalamnya. Yang terlihat dari luar hanya tumpukan buku. Dengan niat lilahita’ala, kami coba memberanikan diri untuk  langsung masuk. Namun langkah kami terhenti di depan pintu. Ada tulisan mencolok yang membuat kami ragu untuk masuk. “tidak melayani sumbangan dalam bentuk apapun”. Deg, jantung kami terhenti. Sempat kami bertanya dalam hati, apakah sumbangan buku juga termasuk didalamnya? Agak lama kami ragu dan berdiskusi, ternyata salah satu karyawan memperhatikan kami, dan langsung mengajak kami masuk ke ruang tamu.

Kami pun langsung masuk, dan segera duduk berdekatan. Kami saling pandang. Berharap agar proposal ini tidak ditolak. Tidak lama, datang seorang karyawan bernama mba Ima. Kamipun berbincang dan menjelaskan tentang gerakan kami. Alhamdulillah sambutan mba Ima sangat positif. insyaAllah minggu depan kami akan kembali lagi dan mengambil beberapa buku yang dijanjikan. Subhanallah, seandainya saja kami terus berprasangka pada tulisan di pintu dan memutuskan untuk tidak melanjutkan, kemungkinan kami tidak akan mendapat sumbangan buku dari Zikrul Hakim. Alhamdulillah, Allah meluruskan hati kami dari prasangka.

Perjalanan pun dilanjutkan menuju penerbit selanjutnya. Yaitu Robbani Press, yang terletak di daerah Condet. Alhamdulillah perjalanan sangat lancar. Kami tidak menemukan kemacetan yang berarti. Menuju Robbani Press, kami harap-harap cemas. Apakah sumbangan buku ini berhasil atau tidak. Subhanallah, tim STSL saling menguatkan, saling mengingatkan. Selama perjalanan, dalam hati kami tak henti berdoa. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Beberapa kali kami harus bertanya pada orang di jalan, karena memang nomor rumah dan ruko disekitar daerah itu tidak berurutan. Mereka yang ditanya pun, rata-rata tidak pernah mendengar tentang Robbani Press. Sangat disayangkan, karena kami tim STSL termasuk mengidolakan penerbit Robbani Press ini. Satu yang memudahkan kami dalam mencari alamat penerbit-penerbit buku Islam adalah, spanduk besar “Islamic Book Fair” yang memang sebentar lagi akan dilaksanakan. Alhamdulillah, spanduk besar itu tergantung di ruko Robbani Press.

Kami pun segera masuk ke kantor penerbit. Seorang karyawan lelaki menerima kami dengan sangat ramah. Setelah berbincang sejenak, menjelaskan tentang tujuan gerakan peduli remaja smart teen smart love, kami pun dipersilakan menunggu. Kami duduk diantara tumpukan buku yang menggunung. Karena tim STSL mempunyai hobi yang sama, yaitu membaca, maka mata kami pun bersinar melihat tumpukan buku-buku itu. Istilah remaja, “mupeng”… J. Sementara menunggu, kantor penerbit didatangi oleh seorang sales penjualan. Ia menawarkan pada kami dan karyawan penerbit, berbagai  alat  tulis dan alat-alat lainnya. Salah seorang tim STSL berujar ,”subhanallah, udah jalan berapa jauh dan berapa lama yah? Kasian banget, cari makan sampe seperti itu.” Ya, Alhamdulillah, sangat bersyukur pada Allah, rencana tim STSL hari ini begitu dimudahkan, perjalanan dilancarkan, dan kami pun dimudahkan dengan kendaraan pribadi. Subhanallah,,, betapa nikmat Allah begitu terasa saat dihadapkan pada kehidupan yang lebih susah. Astaghfirullah… semoga kami tidak termasuk hamba-hamba yang tidak bersyukur.

Setelah menunggu cukup lama, Alhamdulillah, pihak Robbani Press memberikan buku-buku saat itu juga. Subhanallah… bahagia sekali rasanya. Kami pun melihat judul-judul buku. Itulah mengapa pihak  penerbit menghabiskan waktu cukup lama saat mencari buku tadi. Ternyata, penerbit ingin menyesuaikan buku yang diberikan dengan umur remaja. Alhamdulillah penerbit Robbani Press memberikan buku-buku yang “remaja banget”.

Tujuan terakhir hari ini adalah bertemu dengan bunda Neno Warisman. Sebenarnya ini adalah rencana dadakan dan belum tentu terwujud. Karena memang kami tidak membuat janji sebelumnya dengan bunda Neno. Sepanjang jalan, kami harap-harap cemas dapat bertemu dengan bunda Neno. Alhamdulillah, perjalanan menuju ruko bunda Neno begitu dilancarkan Allah. Daerah Warung Buncit yang biasanya macet, sore itu lancar. Kalaupun terhambat, itu karena beberapa angkutan umum yang berhenti sembarangan.

Pukul lima lebih lima belas menit, kami tiba di ruko bunda Neno. Setelah menelpon salah satu sahabat bunda Neno yang tak lain adalah kakak ipar salah satu tim STSL, kami pun langsung dipersilakan masuk. Alhamdulillah, bunda Neno menyambut kami dengan sangat ramah. Karena saat itu bunda Neno sedang rapat, kami pun langsung menunggu di lantai atas. Kami memanfaatkan waktu menunggu dengan koordinasi untuk agenda berikutnya. Tak lama, hidangan minuman diantar pada kami. Alhamdulillah, sebotol air mineral disuguhkan, tepat dengan keadaan tim yang memang sudah kehausan. Kamipun melanjutkan pembicaraan. Tidak lama, seorang office boy kembali mengantarkan minuman, subhanallah, segelas jus alpokat untuk kami. Alhamdulillah…. Ternyata penghormatan kepada tamu yang dilakukan bunda Neno, tidak berhenti sampai disitu, office boy kembali mengantarkan makanan kecil untuk kami. Subhanallah…. Ya Allah, rejeki-Mu tiada batas.

Saat pertama bertemu dengan bunda Neno, kami tidak punya waktu bicara yang lama. Namun, bunda Neno telah melakukan apa yang Rasulullah saw anjurkan, yaitu menghormati tamu. Subhanallah….
Setelah shalat maghrib, bunda Neno baru mempunyai kesempatan untuk mengobrol dengan kami. Alhamdulillah, tidak ada sikap meremehkan sama sekali. Bunda Neno sangat ramah dan sangat senang dengan gerakan ini. Satu hal yang sangat kami kagumi adalah, sikap ramah bunda Neno, berlaku pada semua orang. Bukan hanya pada tamu. Pada office boy sekalipun, bunda Neno selalu mengucapkan terimakasih, tolong dan maaf. Tiga kata ajaib yang sering kali kita lupa. Padahal, ketiga kata itu menunjukkan betapa kita sesama manusia saling menghargai. Tidak peduli banyaknya harta, tidak peduli tingginya jabatan, tidak peduli ketenaran seseorang. Terimakasih, tolong dan maaf, adalah tiga kata ajaib, yang bisa membuat seseorang merasa dihargai. Subhanallah…..

Keramahan bunda Neno terus berlanjut. Mendekati Isya, bunda Neno memesan makan malam untuk kami. Subhanallah, kalau kami tidak ingat waktu, ingin sekali rasanya melanjutkan perbincangan inspiratif dengan bunda Neno. Sayang sekali, kami harus segera pulang. Dengan sangat tidak enak hati, kami pun harus pamit. Bunda Neno terlihat kecewa. Karena bunda Neno berharap dapat berbincang lebih lama lagi. Ah bunda, kami pun begitu…..

Setelah berfoto sejenak, kami memutuskan untuk pulang. Sepanjang perjalanan, tak henti kami bersyukur dengan nikmat Allah. Subhanallah, begitu banyak hikmah hari ini, begitu banyak rejeki hari ini, begitu banyak kemudahan hari ini. Subhanallah…. Nikmat yang Allah berikan tidak sebanding dengan ibadah kami yang masih sangat kurang….. Allah….kami sangat malu.

Ya Allah, semoga Allah mengampuni kekurangan kami. Semoga Allah meridhoi langkah kami dalam menyelamatkan remaja muslim dari pendangkalan akidah, semoga Allah memudahkan langkah kami. Aamiin…..