Hampir semua anak kelas lima dan enam SDIT Ar Ridho, menangis. Mereka
ga rela kalau bundanya tersayang harus pindah tugas ke Pekanbaru. Pagi sampai
siang, suasana sekolah mengharu biru. Pulang sekolah Adam dan teman-temannya
banyak diam. Ga seperti biasa. Adam apalagi. Matanya masih merah. Adam dan
teman-temannya saling menghibur. Saling menguatkan. Saya tersenyum memandang
tingkah mereka. Yah, bunda memang telah menempati ruang di hati murid-murid.
Setelah mandi, Adam pun bergegas meminjam laptop saya, dan langsung
masuk ke facebook. Masih dalam diamnya, Adam tampak begitu serius. Beda sekali
dengan hari-hari sebelumnya. Sepulang sekolah biasanya Adam bercerita tentang
teman-temannya, ulangan, pelajaran atau guru-guru. Tapi tidak hari ini. Hari
dimana bunda mengumumkan untuk pindah tugas ke Pekanbaru. Bukan sebulan atau
tiga bulan. Tapi seterusnya.
Mungkin karena Adam anak lelaki, jadi ia tidak terlalu menunjukkan
emosinya dengan menangis meraung-raung atau sesegukan. Adam hanya diam, namun
sesekali menyeka air matanya yang mengalir. Saya duduk di samping Adam, sambil
terus mengusap punggungnya, tanpa berkata-kata. Saya tau, saat ini kata-kata
saya tidak bermanfaat untuk Adam.
Adam masih sibuk dengan facebooknya. Tiba-tiba ,”Yes.” Adam
tersenyum sedikit sambil memandang layar laptop. Saya pun ikut melihat. Oh,
ternyata Adam membuat grup “bunda forever”. Dan tanpa menunggu lama, anggota
grup itu bertambah. Saya terus menatap layar laptop. Begitupun Adam. Komentar-komentar
mulai masuk. Semuanya senada. Tidak menginginkan bunda pindah ke Pekanbaru. Banyak
juga yang menanyakan, mengapa sekarang, mengapa ga nanti-nanti saja. Bahkan ada
yang menggunakan gambar menangis, juga memohon agar bunda tetap mengajar di
SDIT Ar Ridho.
Subhanallah… luar biasa reaksi anak-anak. Reaksi mereka sama sekali
tidak dibuat-buat. Tidak ada yang menyarankan, apalagi menyuruh. Itu murni dari
hati anak-anak yang benar-benar merasa kehilangan bundanya. Subhanallah…
Itu adalah cerita beberapa bulan yang lalu. Grup bunda forever
sendiri, masih eksis dan masih sering diisi oleh murid-murid, walau tidak sesering
dulu. Wajarlah, namanya saja anak-anak. Namun yang pasti, bunda masih special di
mata mereka. ini terbukti dari seringnya mereka membandingkan bunda dengan
guru-guru lainnya. Ah anak-anak, seandainya mereka tau, semua guru, pasti
berusaha untuk menyayangi muridnya dan memberikan yang terbaik untuk muridnya,
walau dengan cara yang berbeda.
Dan hari ini, saya kembali tersentuh oleh surat seorang murid yang
dibawa Adam dari sekolah. Curhat seorang anak perempuan. Ungkapan hati yang
membuat saya sedih dan prihatin.
Sebutlah namanya Amira. Dalam surat yang ditujukan pada bunda, Amira
menceritakan segala keluh kesahnya.
“Dear bunda, @home. Bun, kenapa sih mama sayangnya cuma sama kakak? Apa
karena dia perfect? Atau karena dia pinter dan aku b**o? bunda, aku pingin
banget punya mama kayak bunda!!! Pake kerudung, shalat bareng-bareng. Bunda kenapa
sih mama pilih kasih banget? Bunda, kan bunda pernah bilang bahwa, ‘orangtua
marah karena sayang’ tapi bun, apa sayang orangtua itu sampai ngatain ?
misalnya anaknya ga ngerti pelajaran terus ibunya ngatain anaknya b**o?”
“Dear bunda @school, bun, kenapa sih aku ga secantik A? ga sepinter
B? dan sebaik C? kenapa bun?? Ya udah bun, aku mau bobo. Dada bunda, I love u
bunda..”
“Dear bunda @home, innalilahi wa innailaihi rojiun, hari ini
temennya mamaku sudah di alam kubur bun, kita doakan ya bun, semoga temennya
mamaku masuk surge dan semua kebaikannya diterima disisi Allah swt. Amin… oh ya
bun, Alhamdulillah hari ini dirumah ga ada masalah. Semoga hari demi hari
semakin membaik. Amin.. ya udah bun, aku mau belajar dulu ya bun. I love u
bunda. Bye.”
Cerita yang detil dan berurut, tampak sekali kerinduan pada sosok
bunda. Dari kalimatnya juga terlihat kedekatan Amira dan bunda telah
berlangsung cukup lama. Selama ini bunda telah menjadi tempat curhatnya, curhat
tentang segala hal. Aahh… kasihan Amira…
Bunda, ternyata ruang di hati murid-murid sampai saat ini, tetaplah
terisi oleh ketulusanmu. Mungkin saja masih banyak Amira lain di luar sana. Yang
dengan setia menuliskan curahan hatinya pada selembar kertas dan berharap suatu
saat bunda akan membacanya. Bunda, tetaplah seperti ini. Bunda yang tulus
memperhatikan muridnya, menyayangi muridnya, ga pernah marah (kata Adam) dan
ikhlas.
Bunda, murid-murid menanti kedatangan bunda saat pembagian raport
nanti. Datang ya bun…. J
Tak terwakili dengan rangkaian kata u mengungkapkan rasa, tapi inilah kita dengan warna warni kehidupan ya nak... terimakasih telah menjadi warna yang seruuu dalam kanvas kehidupan bunda, Luv U all coz Allah
BalasHapus