Kamis, 29 Maret 2012

BUNDA FOREVER


Hampir semua anak kelas lima dan enam SDIT Ar Ridho, menangis. Mereka ga rela kalau bundanya tersayang harus pindah tugas ke Pekanbaru. Pagi sampai siang, suasana sekolah mengharu biru. Pulang sekolah Adam dan teman-temannya banyak diam. Ga seperti biasa. Adam apalagi. Matanya masih merah. Adam dan teman-temannya saling menghibur. Saling menguatkan. Saya tersenyum memandang tingkah mereka. Yah, bunda memang telah menempati ruang di hati murid-murid.

Setelah mandi, Adam pun bergegas meminjam laptop saya, dan langsung masuk ke facebook. Masih dalam diamnya, Adam tampak begitu serius. Beda sekali dengan hari-hari sebelumnya. Sepulang sekolah biasanya Adam bercerita tentang teman-temannya, ulangan, pelajaran atau guru-guru. Tapi tidak hari ini. Hari dimana bunda mengumumkan untuk pindah tugas ke Pekanbaru. Bukan sebulan atau tiga bulan. Tapi seterusnya.

Mungkin karena Adam anak lelaki, jadi ia tidak terlalu menunjukkan emosinya dengan menangis meraung-raung atau sesegukan. Adam hanya diam, namun sesekali menyeka air matanya yang mengalir. Saya duduk di samping Adam, sambil terus mengusap punggungnya, tanpa berkata-kata. Saya tau, saat ini kata-kata saya tidak bermanfaat untuk Adam.

Adam masih sibuk dengan facebooknya. Tiba-tiba ,”Yes.” Adam tersenyum sedikit sambil memandang layar laptop. Saya pun ikut melihat. Oh, ternyata Adam membuat grup “bunda forever”. Dan tanpa menunggu lama, anggota grup itu bertambah. Saya terus menatap layar laptop. Begitupun Adam. Komentar-komentar mulai masuk. Semuanya senada. Tidak menginginkan bunda pindah ke Pekanbaru. Banyak juga yang menanyakan, mengapa sekarang, mengapa ga nanti-nanti saja. Bahkan ada yang menggunakan gambar menangis, juga memohon agar bunda tetap mengajar di SDIT Ar Ridho.

Subhanallah… luar biasa reaksi anak-anak. Reaksi mereka sama sekali tidak dibuat-buat. Tidak ada yang menyarankan, apalagi menyuruh. Itu murni dari hati anak-anak yang benar-benar merasa kehilangan bundanya. Subhanallah…

Itu adalah cerita beberapa bulan yang lalu. Grup bunda forever sendiri, masih eksis dan masih sering diisi oleh murid-murid, walau tidak sesering dulu. Wajarlah, namanya saja anak-anak. Namun yang pasti, bunda masih special di mata mereka. ini terbukti dari seringnya mereka membandingkan bunda dengan guru-guru lainnya. Ah anak-anak, seandainya mereka tau, semua guru, pasti berusaha untuk menyayangi muridnya dan memberikan yang terbaik untuk muridnya, walau dengan cara yang berbeda.

Dan hari ini, saya kembali tersentuh oleh surat seorang murid yang dibawa Adam dari sekolah. Curhat seorang anak perempuan. Ungkapan hati yang membuat saya sedih dan prihatin.

Sebutlah namanya Amira. Dalam surat yang ditujukan pada bunda, Amira menceritakan segala keluh kesahnya.

“Dear bunda, @home. Bun, kenapa sih mama sayangnya cuma sama kakak? Apa karena dia perfect? Atau karena dia pinter dan aku b**o? bunda, aku pingin banget punya mama kayak bunda!!! Pake kerudung, shalat bareng-bareng. Bunda kenapa sih mama pilih kasih banget? Bunda, kan bunda pernah bilang bahwa, ‘orangtua marah karena sayang’ tapi bun, apa sayang orangtua itu sampai ngatain ? misalnya anaknya ga ngerti pelajaran terus ibunya ngatain anaknya b**o?”

“Dear bunda @school, bun, kenapa sih aku ga secantik A? ga sepinter B? dan sebaik C? kenapa bun?? Ya udah bun, aku mau bobo. Dada bunda, I love u bunda..”

“Dear bunda @home, innalilahi wa innailaihi rojiun, hari ini temennya mamaku sudah di alam kubur bun, kita doakan ya bun, semoga temennya mamaku masuk surge dan semua kebaikannya diterima disisi Allah swt. Amin… oh ya bun, Alhamdulillah hari ini dirumah ga ada masalah. Semoga hari demi hari semakin membaik. Amin.. ya udah bun, aku mau belajar dulu ya bun. I love u bunda. Bye.”

Cerita yang detil dan berurut, tampak sekali kerinduan pada sosok bunda. Dari kalimatnya juga terlihat kedekatan Amira dan bunda telah berlangsung cukup lama. Selama ini bunda telah menjadi tempat curhatnya, curhat tentang segala hal. Aahh… kasihan Amira…

Bunda, ternyata ruang di hati murid-murid sampai saat ini, tetaplah terisi oleh ketulusanmu. Mungkin saja masih banyak Amira lain di luar sana. Yang dengan setia menuliskan curahan hatinya pada selembar kertas dan berharap suatu saat bunda akan membacanya. Bunda, tetaplah seperti ini. Bunda yang tulus memperhatikan muridnya, menyayangi muridnya, ga pernah marah (kata Adam) dan ikhlas.

Bunda, murid-murid menanti kedatangan bunda saat pembagian raport nanti. Datang ya bun…. J


1 komentar:

  1. Tak terwakili dengan rangkaian kata u mengungkapkan rasa, tapi inilah kita dengan warna warni kehidupan ya nak... terimakasih telah menjadi warna yang seruuu dalam kanvas kehidupan bunda, Luv U all coz Allah

    BalasHapus