Tentang
sahabat
Bu Hindun.
Begitulah saya biasa memanggilnya. Kedatangannya ke kelas yang selalu saja
telat, membuat saya penasaran. Dalam hati saya berkata, ini ibu kenapa ya,
setiap jam pertama pasti datangnya telat, emang rumahnya dimana, kerjanya apa,
apa yang membuatnya selalu saja telat. Kuliah pertama memang dimulai pukup
13.00, biasanya bu Hindun baru masuk ke kelas pukul 13.30 bahkan pernah pukul
14.15. karena penasaran, saya pun mulai mendekatinya.
Dan,
mengalirlah cerita dari mulut bu Hindun :)
Bu Hindun
mulai bergabung dengan angkatan saya sejak semester empat. Seharusnya saat ini
bu Hindun telah duduk di semester tujuh, namun karena beberapa kali cuti, maka
akhirnya mundur dan mengulang kembali. Ini adalah kesempatan terakhir dari
suami bu Hindun untuk kembali ke bangku kuliah. Karena beberapa kali cuti,
suami bu Hindun pun memberi ultimatum, kali ini harus sampai lulus, tidak boleh
cuti lagi, sayang dengan waktu dan biaya yang dikeluarkan.
Kegiatan bu
Hindun setiap harinya cukup padat. Selain mengisi majlis taklim, bu Hindun pun
disibukkan dengan kegiatan organisasi Persatuan Muslimah atau yang biasa
disebut SALIMAH. Kedudukan bu Hindun sebagai salah satu pengurusnya, membuat telepon selular bu Hindun sering berbunyi.
Selain aktif di organisasi dan majlis taklim, bu Hindun mempunyai sebuah kios
kelontong di pasar Cikampek.
Oya, jangan
dikira tempat tinggal bu Hindun di sekitar kampus. Tempat tinggal bu Hindun di
Cikampek. Setiap kuliah, bu Hindun berangkat dari rumah pukul 08.00 wib, atau
paling telat pukul 09.00wib. setiap kuliah, jarak yang ditempuh bu Hindun
-+200km pulang pergi. Subhanallah……
Karena
membawahi beberapa majlis taklim, membuat bu Hindun juga mempunyai kesempatan
berdagang pakaian muslim. Dan, kesempatan ini tentu saja dimanfaatkan bu Hindun
dengan sangat baik. Saya sudah terbiasa dengan pemandangan bu Hindun yang
membawa hampir sekarung pakaian muslimah. Dan, dengan tersenyum bu Hindun
berkata pada saya,”biasa bu, dari tanah abang.” Tentu saja sekarung pakaian itu
tidak dibawa masuk ke kelas, namun dititipkan pada umi kantin di samping
kampus.
Entah
karena energy yang sangat banyak ataupun kesempatan dan waktu yang dirasa masih
luang, selain kegiatan-kegiatan diatas, bu Hindun pun bekerja sebagai tenaga pemasaran sebuah biro
perjalanan umroh dan haji. Hal ini pulalah yang membuat bu Hindun tahun ini
bisa kembali berangkat umroh. Subhanallah walhamdulillah….
Belum cukup
sampai disitu. Bu Hindun pun berjualan buku yang dikeluarkan oleh Tazkia, yang
ditulis oleh Prof Dr Syafi’I Antonio. Dan seperti biasa, buku-buku yang dijual
bu Hindun, walaupun mahal menurut saya, tetap saja buku-buku itu laris manis
tanjung timpul :).
Apalagi
yang dijual bu Hindun??? Masih ada, yaitu (maaf) pakaian dalam wanita yang
harganya sangat murah. Mulai dari 10rb sampai 25rb. Tentu saja, dengan harga
semurah itu, dagangan bu Hindun pun laris dibeli oleh teman-teman saya untuk
dijual kembali.
Belum
berhenti sampai disitu. Ketika mendengar saya berjualan makanan cepat saji, bu
Hindun pun langsung memesan dan minta diantar ke Cikampek. Semua barang yang bu
Hindun jual itu, sudah ada penadahnya masing-masing. Untuk pakaian misalnya,
sudah ada orang yang “ngiderin”, makanan jadi sudah ada kiosnya, begitu
seterusnya. Luar biasa bukan? Seorang ibu yang penuh dengan seabreg kegiatan
namun masih bisa mengurus keluarga dengan baik.
Karena
rumah saya dan bu Hindun searah, maka, seringkali kami pulang bersama. Selama
perjalanan, kami sering terlibat pembicaraan seru. Tapi, dari sekian lama
pembicaraan, hampir tak pernah saya dengar bu Hindun mengeluh. Melihat suatu
persoalan selalu dengan optimis. Menurut bu Hindun, setiap masalah pasti selalu
ada jalan keluarnya. Tidak ada masalah yang mandeg, begitu istilah bu Hindun.
Selama
perjalanan pun, saya sering tertawa dengan kata-kata yang dilontarkan oleh bu Hindun. Logat Sunda bu Hindun yang begitu
kental, membuat bu Hindun sering terpeleset saat mengucap huruf “F” menjadi
“P”. misalnya saja, minuman fanta, jadi panta, kata favorit, jadi paporit
hehehe :)
Selain berdagang,
majlis taklim, agen pemasaran buku dan biro haji dan umroh, bu Hindun dan
teman-temannya juga mengelola sebuah yayasan sekolah. Hal ini juga yang membuat
bu Hindun sering bertemu dengan Gubernur Jawa Barat saat ini, juga tak jarang
bertemu dengan istri Gubernur Jawa Barat yaitu ibu Netty.
Bu Hindun,
dengan segala kesibukkannya, tetaplah mahasiswi yang baik dan sangat cerdas.
Nilai-nilai bu Hindun tidak pernah dibawah A. Selain karena bu Hindun pernah
mengenyam pendidikan di pesantren, bu Hindun juga rajin menyimak penjelasan
dosen.
Begitulah
bu Hindun. Jarak Cikampek – Jakarta tak pernah dihiraukan. Tekadnya hanya satu,
menuntut ilmu dengan baik. Cape dan lelah tak pernah dirasakan. Saya pernah
bertanya ,”Bu, emang ga cape yah pulang pergi gitu? Mana ke tanah abang dulu
lagi baru ke kampus.” “Ah, saya mah dibawa senang aja. Lagian ini ijin terakhir
dari abinya, kalo nanti saya ga boleh kuliah lagi, wah sayang banget.”
Bu Hindun.
Dengan seabreg kegiatan, dengan beragam orang yang dikenalnya, mulai dari sopir
taksi, ustad Yusuf Mansur hingga Gubernur Jawa Barat, tak membuatnya jumawa.
Tetap sederhana, tetap tersenyum dengan siapa saja. Dan yang pasti, tekad
bulatnya untuk terus menuntut ilmu, itulah yang membuat saya sangat sangat
kagum dengan beliau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar