Sabtu, 07 Januari 2012

IBU-IBU LUAR BIASA, bagian tiga


Tentang sahabat

Bu Hindun. Begitulah saya biasa memanggilnya. Kedatangannya ke kelas yang selalu saja telat, membuat saya penasaran. Dalam hati saya berkata, ini ibu kenapa ya, setiap jam pertama pasti datangnya telat, emang rumahnya dimana, kerjanya apa, apa yang membuatnya selalu saja telat. Kuliah pertama memang dimulai pukup 13.00, biasanya bu Hindun baru masuk ke kelas pukul 13.30 bahkan pernah pukul 14.15. karena penasaran, saya pun mulai mendekatinya.

Dan, mengalirlah cerita dari mulut bu Hindun :)

Bu Hindun mulai bergabung dengan angkatan saya sejak semester empat. Seharusnya saat ini bu Hindun telah duduk di semester tujuh, namun karena beberapa kali cuti, maka akhirnya mundur dan mengulang kembali. Ini adalah kesempatan terakhir dari suami bu Hindun untuk kembali ke bangku kuliah. Karena beberapa kali cuti, suami bu Hindun pun memberi ultimatum, kali ini harus sampai lulus, tidak boleh cuti lagi, sayang dengan waktu dan biaya yang dikeluarkan.

Kegiatan bu Hindun setiap harinya cukup padat. Selain mengisi majlis taklim, bu Hindun pun disibukkan dengan kegiatan organisasi Persatuan Muslimah atau yang biasa disebut SALIMAH. Kedudukan bu Hindun sebagai salah satu pengurusnya, membuat  telepon selular bu Hindun sering berbunyi. Selain aktif di organisasi dan majlis taklim, bu Hindun mempunyai sebuah kios kelontong di pasar Cikampek.

Oya, jangan dikira tempat tinggal bu Hindun di sekitar kampus. Tempat tinggal bu Hindun di Cikampek. Setiap kuliah, bu Hindun berangkat dari rumah pukul 08.00 wib, atau paling telat pukul 09.00wib. setiap kuliah, jarak yang ditempuh bu Hindun -+200km pulang pergi. Subhanallah……

Karena membawahi beberapa majlis taklim, membuat bu Hindun juga mempunyai kesempatan berdagang pakaian muslim. Dan, kesempatan ini tentu saja dimanfaatkan bu Hindun dengan sangat baik. Saya sudah terbiasa dengan pemandangan bu Hindun yang membawa hampir sekarung pakaian muslimah. Dan, dengan tersenyum bu Hindun berkata pada saya,”biasa bu, dari tanah abang.” Tentu saja sekarung pakaian itu tidak dibawa masuk ke kelas, namun dititipkan pada umi kantin di samping kampus.

Entah karena energy yang sangat banyak ataupun kesempatan dan waktu yang dirasa masih luang, selain kegiatan-kegiatan diatas, bu Hindun pun  bekerja sebagai tenaga pemasaran sebuah biro perjalanan umroh dan haji. Hal ini pulalah yang membuat bu Hindun tahun ini bisa kembali berangkat umroh. Subhanallah walhamdulillah….

Belum cukup sampai disitu. Bu Hindun pun berjualan buku yang dikeluarkan oleh Tazkia, yang ditulis oleh Prof Dr Syafi’I Antonio. Dan seperti biasa, buku-buku yang dijual bu Hindun, walaupun mahal menurut saya, tetap saja buku-buku itu laris manis tanjung timpul :).

Apalagi yang dijual bu Hindun??? Masih ada, yaitu (maaf) pakaian dalam wanita yang harganya sangat murah. Mulai dari 10rb sampai 25rb. Tentu saja, dengan harga semurah itu, dagangan bu Hindun pun laris dibeli oleh teman-teman saya untuk dijual kembali.

Belum berhenti sampai disitu. Ketika mendengar saya berjualan makanan cepat saji, bu Hindun pun langsung memesan dan minta diantar ke Cikampek. Semua barang yang bu Hindun jual itu, sudah ada penadahnya masing-masing. Untuk pakaian misalnya, sudah ada orang yang “ngiderin”, makanan jadi sudah ada kiosnya, begitu seterusnya. Luar biasa bukan? Seorang ibu yang penuh dengan seabreg kegiatan namun masih bisa mengurus keluarga dengan baik.

Karena rumah saya dan bu Hindun searah, maka, seringkali kami pulang bersama. Selama perjalanan, kami sering terlibat pembicaraan seru. Tapi, dari sekian lama pembicaraan, hampir tak pernah saya dengar bu Hindun mengeluh. Melihat suatu persoalan selalu dengan optimis. Menurut bu Hindun, setiap masalah pasti selalu ada jalan keluarnya. Tidak ada masalah yang mandeg, begitu istilah bu Hindun.

Selama perjalanan pun, saya sering tertawa dengan kata-kata yang dilontarkan oleh  bu Hindun. Logat Sunda bu Hindun yang begitu kental, membuat bu Hindun sering terpeleset saat mengucap huruf “F” menjadi “P”. misalnya saja, minuman fanta, jadi panta, kata favorit, jadi paporit hehehe :)

Selain berdagang, majlis taklim, agen pemasaran buku dan biro haji dan umroh, bu Hindun dan teman-temannya juga mengelola sebuah yayasan sekolah. Hal ini juga yang membuat bu Hindun sering bertemu dengan Gubernur Jawa Barat saat ini, juga tak jarang bertemu dengan istri Gubernur Jawa Barat yaitu ibu Netty.

Bu Hindun, dengan segala kesibukkannya, tetaplah mahasiswi yang baik dan sangat cerdas. Nilai-nilai bu Hindun tidak pernah dibawah A. Selain karena bu Hindun pernah mengenyam pendidikan di pesantren, bu Hindun juga rajin menyimak penjelasan dosen.

Begitulah bu Hindun. Jarak Cikampek – Jakarta tak pernah dihiraukan. Tekadnya hanya satu, menuntut ilmu dengan baik. Cape dan lelah tak pernah dirasakan. Saya pernah bertanya ,”Bu, emang ga cape yah pulang pergi gitu? Mana ke tanah abang dulu lagi baru ke kampus.” “Ah, saya mah dibawa senang aja. Lagian ini ijin terakhir dari abinya, kalo nanti saya ga boleh kuliah lagi, wah sayang banget.”

Bu Hindun. Dengan seabreg kegiatan, dengan beragam orang yang dikenalnya, mulai dari sopir taksi, ustad Yusuf Mansur hingga Gubernur Jawa Barat, tak membuatnya jumawa. Tetap sederhana, tetap tersenyum dengan siapa saja. Dan yang pasti, tekad bulatnya untuk terus menuntut ilmu, itulah yang membuat saya sangat sangat kagum dengan beliau.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar