Jumat, 06 Januari 2012

LIKA LIKU MENUNTUT ILMU KEMBALI ^___^, bagian akhir


Siang itu tes masuk pun dilaksanakan. Bismillah…. Mengingat jalan yang saya tempuh dari rumah ke kampus masih nyasar-nyasar, maka dengan tekad bulat, saya memutuskan harus lulus dengan baik. Saya harus diterima di kampus ini. Begitu tekad saya dalam hati.

Terus terang pertama kali memutuskan kuliah agama, saya merasa sangat minder. Itu karena saya tidak memiliki pendidikan formal agama. Jadi pertama kali masuk ke kampus untuk ujian masuk, perasaan saya campur aduk, antara ingin sekali diterima dan juga malu sekali.

Saya melihat sekeliling kelas. Wajah-wajah di kelas ini masih sangat muda. Membuat hati saya semakin ciut. Saya pun mencoba membuang semua kegundahan dengan membuka pembicaraan. Pertama kali saya berkenalan dengan seorang akhwat bercadar. Ternyata ia tamatan sebuah pesantren di Solo. Duuhh,,, hati saya makin ciut. Saya kembali melihat sekeliling kelas, mencari orang yang minimal sama lah dengan saya, yang belum pernah menempuh pendidikan pesantren dan belum terlalu fasih berbahasa Arab. Mata saya tertuju pada seorang ibu. Saya pun mendekatinya dan mulai mengobrol. Namanya mba Vivi. Alhamdulillah, latar belakangnya membuat rasa optimis saya bangkit kembali. Walaupun mba Vivi seorang murobbi, tapi ia memberi saya semangat untuk terus menuntut ilmu, kapanpun, dimanapun J, Alhamdulillah.

Ujian masuk pun dimulai. Kelas tidak begitu penuh. Hanya ada sekitar sepuluh orang saja. Kami duduk berjauhan. Kertas-kertas soal dibagikan. Saya memandang mba Vivi, ia tersenyum. Dari tatap matanya saya yakin, ia ingin berkata, kamu bisa. Saya pun balas tersenyum. Ujian dilaksanakan kurang lebih satu jam. Alhamdulillah, walaupun saya tidak yakin dengan beberapa jawaban, tapi ada sebersit harapan bahwa insyaAllah saya akan diterima di kampus ini.

Satu jam lebih ujian dilaksanakan. Tidak ada pengawas yang berlebihan. Pengawas yang ada pun jauh dari tampang angker. Malahan cenderung cuek, pengawas asik membaca kitab berbahasa Arab. Satu persatu peserta berdiri dan mengumpulkan kertas jawabannya. Saya kembali melihat sekeliling, wajah-wajah yang yakin dengan hasil ujiannya. Saya memeriksa kembali soal-soal yang ada di kertas. Setelah yakin (setengah yakin J ), saya pun mengumpulkan kertas jawaban.

Pulang dari ujian masuk, pikiran saya agak tenang, berbeda dengan saat pergi. Saya sudah pasrah. Kalau memang diterima Alhamdulillah, kalau tidak ya yang penting saya sudah berusaha.

Beberapa hari kemudian, hasil ujian masuk diumumkan. Sebenarnya hasil ujian dapat dilihat di website kampus. Tapi saya memutuskan untuk melihat langsung. Kesannya gimana ya, lebih puas melihat langsung J. Saya kembali mengajak mba Desi. Rencana saya, kalau memang saya tidak diterima, masih ada mba Desi yang bisa saya jadikan teman curhat J.

Alhamdulillah, setelah beberapa kali nyasar, kali ini perjalanan menuju kampus lancar. Saya tidak membuang waktu lama, segera saya berjalan menuju papan pengumuman. Mata saya terus mencari. Alhamdulillah Allahuakbar….. saya diterima J. Waahh ga nyangka sama sekali. Senangnya bukan main. Saya segera menghubungi suami, ibu, kakak dan teman-teman. Norak sebentar ga pa pa lah J.

Senyum lebar mengiringi perjalanan saya kembali ke rumah. Sungguh saya ga sangka, setelah lebih 10 tahun menamatkan pendidikan di sebuah universitas negeri di Malang, saat ini saya kembali sebagai mahasiswi baru. Bedanya, 10 tahun yang lalu saya masih gadis, sekarang, saya adalah ibu dari seorang anak, sungguh luar biasa J.

Masih dalam keadaan hati yang berbunga-bunga, saya bertemu dengan teman-teman saya. Tentu yang saya harapkan adalah dukungan dan motivasi dari mereka. Tapi ternyata, jauh dari yang saya bayangkan. 

Beginilah beberapa komentar dari teman-teman saya ;

”wah susah lo kuliah disana, suamiku aja Cuma sampai semester dua.”

Teman saya yang lain bahkan berkata seperti ini ,”ngapain kuliah lagi. Kalo kata suami saya mah, baca aja buku-buku yang ada di rumah, materinya sama aja kok.”

Atau seperti ini ,”kuliah lagi? Ga salah bu? Trus nanti anak sama siapa?”

Yah, berharaplah hanya pada Allah swt. Saya pulang dengan perasaan sangat kecewa. Dukungan yang saya harapkan justru sebaliknya. Saya segera SMS suami. Saya ceritakan semuanya. Begitupun saat tiba di rumah. Saya menceritakan semuanya pada ibu saya. Tak lupa juga saya menghubungi kakak saya di Bandung. Alhamdulillah, semua mendukung keputusan saya. Walaupun agak sedih, tapi saya bersyukur, orang-orang terdekat saya, semua mendukung dan mereka tau kalau saya bisa membagi waktu.

Mengingat kembali semua kejadian itu, membuat saya tersenyum dan sangat bersyukur. Jika dulu mungkin saya agak sedih  karena tidak mendapat dukungan dari teman-teman, saat ini, saya bersyukur teman-teman saya dulu berbuat seperti itu. Karena, berkat mereka lah saya terpacu untuk membuktikan bahwa saya mampu, saya bisa, dan insyaAllah saya akan lulus dengan baik. Aamiin J.

Dan, Alhamdulillah. Saat ini saya sudah semester lima, dan insyaAllah tinggal tiga semester lagi. Selain itu, yang sangat sangat saya syukuri adalah, setiap tiga kali seminggu saya bertemu dengan sosok-sosok luar biasa. Sosok-sosok yang selalu bersemangat, optimis dan penuh ilmu. Subhanallah…Alhamdulillah…

Niat saya untuk melanjutkan S2 pun didukung penuh oleh suami dan anak saya. Saya dan suami sepakat untuk terus melanjutkan pendidikan selama umur dan biaya masih ada. Kami ingin membuktikan pada anak kami, bahwa menuntut ilmu tidak mengenal waktu dan usia.


Wallahualambisawab.

Tamat J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar