Tentang Mimpi :)
Pagi itu saat
saya membaca sebuah surat kabar nasional, mata saya segera tertuju pada sebuah
tulisan resonansi mba Asma Nadia. Judul tulisannya Toples Mimpi. Judul yang
sangat menarik. Saya langsung membaca tulisan itu dengan seksama. Sama dengan
tulisan-tulisan mba Asma, selalu penuh inspirasi dan motivasi. Singkat cerita,
saya pun memutuskan membuat hal yang sama untuk suami dan Adam.
Pagi itu,
saya memasak dengan pikiran yang menari-nari. Membayangkan saat menulis mimpi
bersama, menggulung kertas dan memasukkannya ke dalam toples. Saya tersenyum.
Setelah memasak,
saya segera mengambil toples yang memang tidak terpakai. Saya menulis “TOPLES
MIMPI” di kaca toples dengan huruf besar. Saya dan Adam menyiapkan kertas A4
dan pulpen. Adam masih penasaran. “Untuk apa sih ma?” Tanya nya. Saya
tersenyum, “Addda ajah”. Toples, kertas dan pulpen telah siap. Di ruang tamu
oma, kami bertiga berkumpul. “Sekarang, masing-masing kita nulis satu mimpi di
kertas kecil. Kalo sudah, langsung masukin ke toples ya. Awas, ga boleh nyontek
lo,” kata saya pada suami dan Adam.
Persis seperti
yang saya bayangkan saat memasak tadi. Acara menulis mimpi ini menjadi lucu. Bukan
apa-apa, karena sebenarnya, kami telah tau mimpi masing-masing. Adam tau apa
yang saya impikan. Saya tau apa yang suami impikan, begitu juga saya tau apa
yang Adam impikan. Ya, karena sebenarnya sejak pergantian tahun Islam, kami
telah bercerita tentang mimpi masing-masing.
Menulis mimpi,
bukanlah hal baru bagi saya. Sejak SMP, saya telah hobi menulis mimpi. Begitu juga
menulis diary. Apa yang saya inginkan, selalu saya bayangkan dan saya tuliskan.
Seringkali saya menjadi tertawaan kakak dan abang saya. Tapi tak mengapa, itu
hal yang sangat wajar. Malah, menjadi pemicu saya untuk mewujudkan mimpi-mimpi
saya.
Saat launching
STSL di Puncak akhir Desember lalu, saya pun bercerita pada anak-anak La Tansa.
Tuliskan mimpi dan tempelkan di tempat yang sering kita lihat. Dan tulislah
mimpi secara spesifik. Saya selalu mencontohkan pada adik-adik, anak-anak,
teman dan saudara. Dulu, saat saya masih duduk di bangku SMP saya secara
spesifik menuliskan criteria orang yang akan menjadi pendamping hidup saya. Dan
Alhamdulillah, beberapa criteria memang dimiliki oleh suami saya J. Begitupun saat SMA. Saya ingin
sekali jadi pramugari. Kesannya kok enak banget yah. Bisa jalan-jalan gratis,
naik pesawat gratis, juga pakaian pramugari yang keren banget. Saat tamat SMA,
saya mengantarkan teman untuk mendaftar disebuah maskapai penerbangan nasional.
Saya yang saat itu juga ingin sekali mendaftar, harus mengurungkan niat dan
menguburkan mimpi saya. Karena ada satu syarat yang memang tidak bisa saya
penuhi.
Mimpi bisa
terbang gratis tetap saya tanamkan dalam benak, tidak pernah saya hilangkan. Hanya
saya memikirkan bagaimana caranya??? Alhamdulillah, tujuh tahun kemudian mimpi
itu terwujud. Memang waktu yang cukup lama. Tapi setidaknya saya bisa terbang
gratis, umroh gratis, dan tentu saja mendapat gaji yang lebih dari cukup J.
Karena itulah
saya selalu menanamkan pada suami dan Adam untuk tidak lelah bermimpi. Tulislah
sebanyak-banyaknya.
Tentang toples
mimpi sendiri, sebenarnya lebih pada target-target apa yang ingin kami capai
dalam setahun ini. Dan rencananya akan dibuka saat akhir tahun nanti. Jika ada
target-target yang belum tercapai, maka akan kami evaluasi dan kertas mimpi itu
pun akan dimasukkan kembali ke dalam toples, sebagai target atau mimpi tahun
berikutnya.
Saat menulis
Adam sempat berkata ,” Ahhh mama mah gampang. Mama udah tau mo nulis apa. Pasti
mama deh yang paling banyak.” Hehehe…. Saya pun menyemangati Adam ,”Ya, Adam
tulis aja mimpi-mimpi Adam yang gampang-gampang aja. Misalnya nih, tiap hari
baca Al-Quran minimal satu halaman tiap hari, shalat tepat waktu, atau pingin
sepeda baru.” Kata saya sambil tersenyum. “Iiiihhh mama kok tau mimpi Adam,”
ucap Adam sambil tersenyum dan garuk-garuk rambutnya yang tidak gatal. Kami pun
tertawa bersama.
“Mama juga
tau lo mimpi papa apa,” goda saya pada suami sambil tersenyum. “Hahaha…. Papa
juga tau mimpi mama apa aja,” jawab suami saya sambil tertawa. “Ya iyalah, kan
papa dan baca mimpi-mimpi yang mama tulis weeee,” dan kami pun kembali tertawa J.
Ya, saya
dan Adam memang sudah menulis beberapa mimpi. Hanya kami belum menemukan tempat
yang strategis untuk menempel mimpi-mimpi itu. Karena tempat strategis sudah
ditempel oleh beberapa tulisan J
Toples mimpi
memang belum terisi penuh. Saya sengaja memilih toples berukuran besar. Agar mimpi-mimpi
yang ditulis lebih banyak dan detail. Bukan sekedar target menjadi baik, tapi
baik yang seperti apa.
Oya,
tentang nota kesepakatan, sebenarnya ini sudah pernah dilakukan Adam. Tapi berhubung
hari Senin sudah masuk kembali ke sekolah, maka nota kesepakatan juga kembali
dibuat. Isinya tentang kesetujuan Adam untuk melakukan hal-hal apa saja setiap
harinya. Misalnya setiap pulang sekolah harus melakukan apa, nonton tv hanya
boleh hari Jumat saja, main game hanya dua jam, setelah shalat maghrib baca
Al-Quran dan belajar dll. Dan itu semua ditulis oleh Adam sendiri. Saya hanya
membantu Adam untuk berpikir, kira-kira setiap harinya Adam harus melakukan
apa.
InsyaAllah,
toples mimpi akan ditutup akhir bulan ini dan dibuka kembali akhir tahun ini. Kira-kira
mimpi apa saja ya yang terwujud tahun ini? Berapakah mimpi yang dapat
terwujud??? Sepuluh, dua puluh, atau semuanya??? Entahlah. Wallahualam. Yang jelas,
dengan mempunyai mimpi atau target, hidup menjadi lebih bersemangat dan lebih
terarah. Karena target itu merupakan tujuan hidup bukan? J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar