Orang tua adalah sekolah kehidupan pertama bagi anak
Jujur, saya
tidak pernah terlalu tertarik untuk membaca berita criminal dalam-dalam. Sekedar
tau judulnya, bagi saya sudah cukup. Namun, satu peristiwa criminal yang
diberitakn sejak minggu lalu hingga hari ini, membuat hati saya sangat miris.
Minggu lalu,
sesosok mayat perempuan di temukan (maaf) tanpa busana di Kampung Mangga, Depok.
Saat itu, tidak ditemukan identitas apapun di dekat mayat tersebut. Berbagai spekulasi
segera “berseliweran”, menebak-nebak penyebab kematian perempuan tersebut.
Dan hari ini, identitas mayat itu pun terungkap. Sangat miris. Ternyata perempuan itu masih berusia remaja, yaitu 16 tahun. Dan yang lebih membuat saya geleng-geleng kepala adalah, cerita yang mengalir dari mulut ayahnya.
Perempuan
remaja itu (sebut saja) bernama AK. Ia berasal dari keluarga broken home. Ayah dan
ibunya pisah rumah sejak tahun 2006, namun mereka belum resmi bercerai. Menurut
cerita sang ayah, sebelum orangtuanya berpisah, AK adalah anak yang baik,
berprestasi dan tidak maca-macam. Namun, semua itu berubah drastis setelah
kedua orangtuanya memutuskan untuk berpisah. AK menjadi anak yang susah diatur.
Sering bolos sekolah. Hingga sekolahnya pun harus pindah. Selain sering bolos, AK
pun jarang pulang ke rumah. Semenjak kedua orangtuanya pisah, AK memang tinggal
bersama ibu dan neneknya. Ayah AK masih ingat, jika ia bertemu dengan AK, ia
selalu cerita tentang banyak hal, AK bercerita ia punya banyak teman, bahkan
punya pacar, namun AK tidak pernah memperlihatkan foto cowoknya itu. Ayah AK
juga terkenang, dulu, sebelum ia memutuskan berpisah dengan ibu AK, AK adalah
anak yang cerdas.
Subhanallah……
sungguh miris membaca kisah diatas.
Tanpa bermaksud
menyalahkan siapapun. Ibu dan ayah yang terhormat, anak tidak pernah minta dilahirkan. Ketika dua orang
memutuskan untuk menikah dan mempunyai anak, maka, mulai saat itu, mereka harus
bertanggung jawab penuh atas anak-anak mereka. tidak ada lagi ego pribadi. Orientasi
pun berubah, yang tadinya orientasi diri dan pasangan, sejak anak lahir, semua
orientasi ke anak.
Apapun yang
orang tua lakukan, akan tercermin pada anak. Karena bagaimanapun juga, anak
adalah cerminan orangtuanya. Bagaimana anak, ya bagaimana orangtuanya. Anak itu
seperti kertas putih, polos dan masih kosong. Orangtua lah yang mengisinya,
menulisnya dan menggambarnya. Apa yang hendak ditulis orangtua? Apa yang hendak
di gambar orangtua? Ketakwaan pada Allah swt? Kekayaan duniawi? Konsumtif? Atau
apa???
Kata yang
diucapkan anak pertama kali adalah apa yang sering ia dengar. Jadi, jangan
kaget, jika ada orangtua yang (maaf) dirumah sering menyebut nama-nama
binatang, maka yang akan diucapkan pertama kali oleh si anak pun nama-nama
binatang. Jika anak seperti itu, apakah orangtua marah??
Astaghfirullahahadzim…..
Sebagai orangtua
muslim, kita tentu telah menyadari, bahwa jika kelak kita telah menghadap Allah
swt, yang dapat menyelamatkan kita salah satunya adalah doa anak-anak yang
shaleh. Jika kita tidak mempunyai anak yang shaleh, siapakah yang akan
mendoakan kita kelak???
Orangtua
adalah sekolah kehidupan pertama bagi anak. Anak akan belajar apapun dari
orangtua. Anak pertama kali bisa berjalan, karena orangtua, anak pertama kali
bisa berkata karena orangtau, yang pertama kali mengajar mengunyah, menari,
tertawa, tepuk tangan, tersenyum, semuanya adalah orangtua.
Betapa
indahnya jika orangtua menanamkan tauhid sejak dini pada anak. Anak hanya akan
takut pada Allah swt. Ketika adzan berkumandang, walaupun tidak ada
orangtuanya, anak bersegera shalat. Ketika masuk waktu maghrib, anak akan
reflek menghentikan semua kegiatan dan segera shalat, setelah langsung membaca
Al-Quran.
Anak-anak
yang sejak awal ditanamakan tauhid, ia tidak akan takut kecuali pada Allah swt.
Emosinya stabil. walaupun orangtuanya tidak ada dirumah, dan tidak melihat apa
yang ia lakukan, namun ia percaya ada Allah swt Yang Maha Melihat. Walaupun ia
kehilangan ayah dan ibunya, ia percaya masih Allah swt akan menjaganya.
Subhanallah…
ibu, ayah, yang terhormat, mari, kita tanamkan tauhid sejak dini pada anak. Jangan
sampai terlambat, jangan sampai menyesal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar