Senin, 09 Januari 2012

SEKOLAH KEHIDUPAN, BERNAMA ORANGTUA


Orang tua adalah sekolah kehidupan pertama bagi anak

Jujur, saya tidak pernah terlalu tertarik untuk membaca berita criminal dalam-dalam. Sekedar tau judulnya, bagi saya sudah cukup. Namun, satu peristiwa criminal yang diberitakn sejak minggu lalu hingga hari ini, membuat hati saya sangat miris.

Minggu lalu, sesosok mayat perempuan di temukan (maaf) tanpa busana di Kampung Mangga, Depok. Saat itu, tidak ditemukan identitas apapun di dekat mayat tersebut. Berbagai spekulasi segera “berseliweran”, menebak-nebak penyebab kematian perempuan tersebut.

Dan hari ini, identitas mayat itu pun terungkap. Sangat miris. Ternyata perempuan itu masih berusia remaja, yaitu 16 tahun. Dan yang lebih membuat saya geleng-geleng kepala adalah, cerita yang mengalir dari mulut ayahnya.

Perempuan remaja itu (sebut saja) bernama AK. Ia berasal dari keluarga broken home. Ayah dan ibunya pisah rumah sejak tahun 2006, namun mereka belum resmi bercerai. Menurut cerita sang ayah, sebelum orangtuanya berpisah, AK adalah anak yang baik, berprestasi dan tidak maca-macam. Namun, semua itu berubah drastis setelah kedua orangtuanya memutuskan untuk berpisah. AK menjadi anak yang susah diatur. Sering bolos sekolah. Hingga sekolahnya pun harus pindah. Selain sering bolos, AK pun jarang pulang ke rumah. Semenjak kedua orangtuanya pisah, AK memang tinggal bersama ibu dan neneknya. Ayah AK masih ingat, jika ia bertemu dengan AK, ia selalu cerita tentang banyak hal, AK bercerita ia punya banyak teman, bahkan punya pacar, namun AK tidak pernah memperlihatkan foto cowoknya itu. Ayah AK juga terkenang, dulu, sebelum ia memutuskan berpisah dengan ibu AK, AK adalah anak yang cerdas.

Subhanallah…… sungguh miris membaca kisah diatas.

Tanpa bermaksud menyalahkan siapapun. Ibu dan ayah yang terhormat, anak tidak pernah minta dilahirkan. Ketika dua orang memutuskan untuk menikah dan mempunyai anak, maka, mulai saat itu, mereka harus bertanggung jawab penuh atas anak-anak mereka. tidak ada lagi ego pribadi. Orientasi pun berubah, yang tadinya orientasi diri dan pasangan, sejak anak lahir, semua orientasi ke anak.

Apapun yang orang tua lakukan, akan tercermin pada anak. Karena bagaimanapun juga, anak adalah cerminan orangtuanya. Bagaimana anak, ya bagaimana orangtuanya. Anak itu seperti kertas putih, polos dan masih kosong. Orangtua lah yang mengisinya, menulisnya dan menggambarnya. Apa yang hendak ditulis orangtua? Apa yang hendak di gambar orangtua? Ketakwaan pada Allah swt? Kekayaan duniawi? Konsumtif? Atau apa???

Kata yang diucapkan anak pertama kali adalah apa yang sering ia dengar. Jadi, jangan kaget, jika ada orangtua yang (maaf) dirumah sering menyebut nama-nama binatang, maka yang akan diucapkan pertama kali oleh si anak pun nama-nama binatang. Jika anak seperti itu, apakah orangtua marah??

Astaghfirullahahadzim…..

Sebagai orangtua muslim, kita tentu telah menyadari, bahwa jika kelak kita telah menghadap Allah swt, yang dapat menyelamatkan kita salah satunya adalah doa anak-anak yang shaleh. Jika kita tidak mempunyai anak yang shaleh, siapakah yang akan mendoakan kita kelak???

Orangtua adalah sekolah kehidupan pertama bagi anak. Anak akan belajar apapun dari orangtua. Anak pertama kali bisa berjalan, karena orangtua, anak pertama kali bisa berkata karena orangtau, yang pertama kali mengajar mengunyah, menari, tertawa, tepuk tangan, tersenyum, semuanya adalah orangtua.

Betapa indahnya jika orangtua menanamkan tauhid sejak dini pada anak. Anak hanya akan takut pada Allah swt. Ketika adzan berkumandang, walaupun tidak ada orangtuanya, anak bersegera shalat. Ketika masuk waktu maghrib, anak akan reflek menghentikan semua kegiatan dan segera shalat, setelah langsung membaca Al-Quran.

Anak-anak yang sejak awal ditanamakan tauhid, ia tidak akan takut kecuali pada Allah swt. Emosinya stabil. walaupun orangtuanya tidak ada dirumah, dan tidak melihat apa yang ia lakukan, namun ia percaya ada Allah swt Yang Maha Melihat. Walaupun ia kehilangan ayah dan ibunya, ia percaya masih Allah swt akan menjaganya.

Subhanallah… ibu, ayah, yang terhormat, mari, kita tanamkan tauhid sejak dini pada anak. Jangan sampai terlambat, jangan sampai menyesal.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar