Senin, 28 Januari 2013

MAAF....


Bismilahirrahmannirahim...

Subuh itu, komplek perumahan saya digegerkan oleh pengumuman meninggalnya salah seorang pengurus masjid. Beliau termasuk pendiri masjid dan sesepuh daerah saya. Spontan saya berucap innalilahi wainnailaihi rajiun... ya Allah... rasanya tak percaya. Karena beberapa hari yang lalu, saya sempat bertemu dan beliau baik-baik saja. Begitupun yang dikatakan oleh abinya. Saat shalat isya di masjid, masih bertemu beliau dan beliau dalam keadaan sehat walafiat.

Qullu nafsin dzaiqatalmaut... begitulah yang Allah katakan. Setiap yang hidup, pasti akan merasakan mati. Tumbuhan, hewan dan manusia. Dimanapun kita berada, bila saatnya tiba, kematian akan datang pada kita.

Saya pun bergegas menuju rumah alhamarhum, yang juga tetangga dekat. Rumah kami sangat dekat. Hanya beda empat rumah saja. Setiap hari pun saya beberapa kali melewati rumah beliau. Pagi hari ketika mengantar anak sekolah, siang ketika mengantar makan siang anak, belum lagi jika hendak ke warung ataupun ke masjid.

Pagi itu, sepertinya alampun berduka. Gerimis dan mendung sejak pagi menghiasi langit Jakarta. Saat tiba dirumah duka, telah ramai oleh tetangga dan kerabat dekat. Tenda baru usai dipasang. Kursi-kursi disiapkan.

Saya bergegas masuk kedalam rumah. Saya segera menghampiri istri almarhum. “Tante....” sapa saya tercekat. Ia segera memeluk saya. Lama kami berpelukan. Wanita yang biasa saya sapa tante, terisak tak sanggup berkata sepatah katapun. Sayapun begitu. Saya memeluknya erat. Menenangkan sambil mengelus punggungnya.

“Uci... maafin om ya. Kalau ada yang salah. Sikap dan kata-kata. Maafin ya...” kata tante sambil terus memeluk. Saya mengangguk. “InsyaAllah tante, om baik. Ga ada yang salah.” Jawab saya.

Tante masih terus menangis dan memeluk saya. “Uci, tante belum sempat minta maaf sama om. Tante banyak salah...” ucap tante. Dan, tangis tante pun kembali meledak.
Allah.... pikiran saya melayang saat ayah meninggal.

September 2005, hanya beberapa hari sebelum ulang tahun saya. Kami merencanakan untuk makan bersama di tempat makan favorit keluarga.

Pagi itu, saya mengantar ayah untuk operasi pemasangan cincin di jantung. Hanya saya, ayah dan ipar yang berangkat menuju rumah sakit. Rencananya, ibu dan kakak-kakak saya akan menyusul siang hari. Karena dokter yang akan operasi adalah sepupu ibu, jadi kami sekeluarga tidak terlalu khawatir.

Hari itu berjalan seperti biasa. Saya masih sempat bercanda dengan ayah. Saya pun masih bolak balik ke rumah untuk mengambil baju ayah. Setelah ibu dan kakak saya datang, ba’da dhuhur, ayah pun masuk ruang operasi. Sayang sekali saya tidak mengantar ayah masuk ruangan, karena harus mengurus surat-surat yang tertinggal. Itulah penyesalan terdalam saya.

Saya tidak sempat mengatakan sepatah katapun. Apalagi mencium tangan ayah untuk meminta maaf. Saya tidak sempat melihat senyum terakhir ayah. Karena setelah masuk ruang operasi dan pemasangan cincin, ayah saya mengalami gagal jantung dan koma hingga meninggal.

Saya bisa merasakan betul apa yang tante rasakan. Tidak sempat meminta maaf. Apalagi saya sebagai anak, yang belum cukup shalih untuk bisa memakaikan ayah baju kerajaan di surga-Nya kelak. Saya anak yang masih banyak dosa. Belum bisa membahagiakan ayah.
Allah.... tante, saya tau apa yang tante rasakan.....

Saya masih menenangkan tante yang terus menangis.                                                                

Saya termenung dengan kejadian hari ini. Seringkali kita merasa bersalah, merasa kehilangan jika seseorang telah meninggalkan kita selamanya. Rasa benci, rasa marah, rasa kesal, tidak suka dll, tiba-tiba saja berubah menjadi perasaan bersalah (baca: penyesalan) yang teramat sangat.

Saat itu kita akan berpikir, seandainya saya tidak membencinya, seandainya saya tidak marah, seandainya saya sabar, seandainya saya lebih baik lagi... Yah, penyesalan memang datang terlambat.

Allah begitu sayang pada umat-Nya. Karena itulah, kita selalu diberi hikmah lewat berbagai kejadian. Salah satunya adalah kepergian orang yang kita cintai. Bagi yang sudah mengalami kehilangan orang-orang terdekatnya, tentulah paham rasa kehilangan.

Lewat kepergian orang yang kita cintai, Allah mendidik kita agar menghargai setiap detik yang kita habiskan bersama kerabat, suami, istri, anak, ibu ataupun teman. Allah mendidik kita untuk selalu bersikap baik, tidak berburuk sangka dan saling memahami satu sama lain. 

wallahualam....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar