Sudah tiga hari ini berita jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet
100 (SSJ 100), memenuhi semua media dalam dan luar negeri. SSJ 100 termasuk
pesawat canggih keluaran terbaru. salah satu konsultannya adalah perusahaan
Boeing. Selain itu, SSJ 100 pun sudah mendapat sertifikat terbang internasional
dari Eropa. Begitulah yang saya baca dan dengar dari media.
Namun, jika Allah berkehendak, maka tidak ada yang bisa
menghalangi. Pesawat baru itupun menghantam lereng Gunung Salak. Badan pesawat
hancur berkeping-keping. Foto-foto yang diambil dari udara menunjukkan, kecil
kemungkinan ada awak pesawat yang selamat.
Begitupun gambar yang diambil dari kamera salah satu stasiun
televisi swasta. Dari kejauhan terlihat jelas, sayap pesawat dengan logo “Sky
Aviation”. Badan pesawat lainnya bergelimpangan disekitar lereng. Pohon-pohon
di sekitarnya pun hitam, menandakan telah terjadi kebakaran hebat di area itu.
Hampir semua televisi berlomba untuk memuat berita ini. Para
wartawan memberitakan dari semua sisi. Mewawancarai pihak keluarga korban,
mengunjungi rumah korban, sampai menampilkan foto-foto terakhir para awak
pesawat SSJ 100.
Dalam foto-foto itu tergambar keceriaan para penumpang dan pramugari.
Sebuah foto memperlihatkan para pramugari berfoto ria di depan pesawat SSJ 100.
Semua tampak bahagia. Ya, tentu saja. Mereka termasuk orang pertama yang akan
menaiki pesawat penumpang canggih buatan Rusia.
Foto lainnya memperlihatkan pramugari berfoto dengan pilot
dan co pilot di tangga pesawat. Ada juga foto-foto para pramugari di dalam
pesawat. Semuanya ceria.
Tujuan ditampilkannya foto-foto itu oleh pihak televisi
adalah untuk memberikan informasi siapa saja yang ada di dalam pesawat naas
itu. Namun ternyata ada saja pihak-pihak tak bertanggung jawab yang
memanfaatkannya untuk kepentingan lain.
Di media jejaring facebook, banyak tulisan dengan berbagai
judul yang menampilkan foto-foto para pramugari. Satu hal yang sama dari
tulisan itu adalah, seandainya saja mereka ingat mati, tentu mereka tidak akan
berpose atau berpakaian seperti itu.
Astaghfirullah... saya menarik nafas panjang.
Mengambil hikmah dari setiap musibah adalah hal yang harus
dilakukan oleh setiap muslim. Namun hendaklah hal itu dilakukan dengan
cara-cara yang baik, cara yang bijak. Bukan dengan menghakimi atau merasa
paling benar.
Bayangkan perasaan keluarga para korban yang membacanya?? Mungkin
saja diantara para korban ada sosok ibu yang menjadi tulang punggung keluarga
dan anak-anaknya. Jika anak-anaknya membaca kalimat-kalimat yang menghakimi
ibunya, tidakkah itu menyakitkan??
Atau bisa saja diantara para korban adalah salah seorang
anak yang menjadi mata pencaharian tunggal bagi ibu dan adik-adiknya. Bayangkan
lagi, bagaimana perasaan seorang ibu yang kehilangan anak kebanggaannya, lalu
membaca kalimat-kalimat menyudutkan untuk putrinya.
Kemana rasa empati kita?? Sudah hilangkah?? Sudah matikah
rasa empati kita??
Terlepas dari bagaimana mereka menghabiskan waktu sebelum
maut menjemput. Namun hendaklah kita ingat pada sebuah cerita yang menggambarkan
seseorang yang sudah membunuh seratus orang kemudian ia hendak bertaubat, namun
ternyata sebelum bertaubat, malaikat maut telah menjemputnya. Dan ternyata Allah mengampuni dosa-dosanya.
Setiap manusia tidak lepas dari perbuatan dosa. Namun, hanya
Allah lah yang berhak menghakimi kita. Allah seadil-adilnya hakim. Keputusan terletak
di tangan Allah. Bukan pada manusia. Sangat tidak bijak menghakimi para
pramugari hanya dari foto-foto yang tampak. Kita semua, tidak tau amalan apa
saja yang telah mereka perbuat.
Allah yang menentukan tempat yang paling sesuai untuk
hamba-Nya. Di nerakakah atau surgakah? Itu semua adalah hak prerogatif Allah.
Teman, jika masih ada sedikit rasa di hatimu, hentikanlah
menghakimi. Hentikanlah memuat foto-foto para awak pesawat. Apapun bentuknya. Cobalah
membalikkan posisi. Seandainya kita yang kehilangan anggota keluarga dengan
cara seperti itu, relakah kita jika orang lain menghakimi keluarga kita???
understanding what the other person going through
and being there....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar