Jumat, 11 Mei 2012

(LAGI) EMPATI YANG HILANG


Sudah tiga hari ini berita jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 (SSJ 100), memenuhi semua media dalam dan luar negeri. SSJ 100 termasuk pesawat canggih keluaran terbaru. salah satu konsultannya adalah perusahaan Boeing. Selain itu, SSJ 100 pun sudah mendapat sertifikat terbang internasional dari Eropa. Begitulah yang saya baca dan dengar dari media.

Namun, jika Allah berkehendak, maka tidak ada yang bisa menghalangi. Pesawat baru itupun menghantam lereng Gunung Salak. Badan pesawat hancur berkeping-keping. Foto-foto yang diambil dari udara menunjukkan, kecil kemungkinan ada awak pesawat yang selamat.

Begitupun gambar yang diambil dari kamera salah satu stasiun televisi swasta. Dari kejauhan terlihat jelas, sayap pesawat dengan logo “Sky Aviation”. Badan pesawat lainnya bergelimpangan disekitar lereng. Pohon-pohon di sekitarnya pun hitam, menandakan telah terjadi kebakaran hebat di area itu.

Hampir semua televisi berlomba untuk memuat berita ini. Para wartawan memberitakan dari semua sisi. Mewawancarai pihak keluarga korban, mengunjungi rumah korban, sampai menampilkan foto-foto terakhir para awak pesawat SSJ 100.

Dalam foto-foto itu tergambar keceriaan para penumpang dan pramugari. Sebuah foto memperlihatkan para pramugari berfoto ria di depan pesawat SSJ 100. Semua tampak bahagia. Ya, tentu saja. Mereka termasuk orang pertama yang akan menaiki pesawat penumpang canggih buatan Rusia.

Foto lainnya memperlihatkan pramugari berfoto dengan pilot dan co pilot di tangga pesawat. Ada juga foto-foto para pramugari di dalam pesawat. Semuanya ceria.

Tujuan ditampilkannya foto-foto itu oleh pihak televisi adalah untuk memberikan informasi siapa saja yang ada di dalam pesawat naas itu. Namun ternyata ada saja pihak-pihak tak bertanggung jawab yang memanfaatkannya untuk kepentingan lain.

Di media jejaring facebook, banyak tulisan dengan berbagai judul yang menampilkan foto-foto para pramugari. Satu hal yang sama dari tulisan itu adalah, seandainya saja mereka ingat mati, tentu mereka tidak akan berpose atau berpakaian seperti itu.

Astaghfirullah... saya menarik nafas panjang.

Mengambil hikmah dari setiap musibah adalah hal yang harus dilakukan oleh setiap muslim. Namun hendaklah hal itu dilakukan dengan cara-cara yang baik, cara yang bijak. Bukan dengan menghakimi atau merasa paling benar.

Bayangkan perasaan keluarga para korban yang membacanya?? Mungkin saja diantara para korban ada sosok ibu yang menjadi tulang punggung keluarga dan anak-anaknya. Jika anak-anaknya membaca kalimat-kalimat yang menghakimi ibunya, tidakkah itu menyakitkan??

Atau bisa saja diantara para korban adalah salah seorang anak yang menjadi mata pencaharian tunggal bagi ibu dan adik-adiknya. Bayangkan lagi, bagaimana perasaan seorang ibu yang kehilangan anak kebanggaannya, lalu membaca kalimat-kalimat menyudutkan untuk putrinya.

Kemana rasa empati kita?? Sudah hilangkah?? Sudah matikah rasa empati kita??

Terlepas dari bagaimana mereka menghabiskan waktu sebelum maut menjemput. Namun hendaklah kita ingat pada sebuah cerita yang menggambarkan seseorang yang sudah membunuh seratus orang kemudian ia hendak bertaubat, namun ternyata sebelum bertaubat, malaikat maut telah menjemputnya. Dan  ternyata Allah mengampuni dosa-dosanya.

Setiap manusia tidak lepas dari perbuatan dosa. Namun, hanya Allah lah yang berhak menghakimi kita. Allah seadil-adilnya hakim. Keputusan terletak di tangan Allah. Bukan pada manusia. Sangat tidak bijak menghakimi para pramugari hanya dari foto-foto yang tampak. Kita semua, tidak tau amalan apa saja yang telah mereka perbuat.

Allah yang menentukan tempat yang paling sesuai untuk hamba-Nya. Di nerakakah atau surgakah? Itu semua adalah hak prerogatif Allah.

Teman, jika masih ada sedikit rasa di hatimu, hentikanlah menghakimi. Hentikanlah memuat foto-foto para awak pesawat. Apapun bentuknya. Cobalah membalikkan posisi. Seandainya kita yang kehilangan anggota keluarga dengan cara seperti itu, relakah kita jika orang lain menghakimi keluarga kita???

understanding what the other person going through 
and being there....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar