Apa yang
dikatakan oleh teman saya siang itu, sungguh membuat jantung saya terasa
berdebar lebih keras. Bagaimana tidak. Teman saya itu berkata, bahwa anak
tetangganya yang berusia dua tahun, diperlakukan tidak senonoh (dilecehkan)
oleh anak tetangganya baru yang berusia empat tahun. Astaghfirullahal’adzim…..
beberapa saat lamanya saya hanya bisa istighfar dan terdiam. Bingung. Tidak
tahu harus berkata dan berbuat apa.
Beberapa
hari terakhir, kita disesakkan dengan berita-berita tentang meningkatnya
perilaku seksual pada remaja di Indonesia. Seperti yang dimuat dalam situs www.hidayatullah.com. Hasil survey yang dimuat oleh situs tersebut menyebutkan bahwa, 67%
remaja berusia 10th-15th setiap harinya menghabiskan
waktu tiga jam untuk menonton film-film (maaf) porno.
Dari survey yang dikeluarkan oleh Komnas
Perlindungan Anak pada tahun 2007, didapatkan data
sebagai berikut ;
93,7% pernah
melakukan kegiatan seks
62,7% remaja SMP tdk
perawan
21,2% remaja SMU
pernah aborsi
97% pernah menonton
film porno
Data terbaru saya
dapatkan dari majalah Ummi edisi November 2011. Disebutkan bahwa, pemerintah
mengakui tingkat kehamilan di luar nikah sangat tinggi, mencapai 17% setiap
tahunnya, yang akhirnya meningkat pada grafik aborsi. Survey yang dilakukan
oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyimpulkan, separuh
remaja lajang di Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi kehilangan keperawanan
dan melakukan hubungan seks pranikah, dengan rentang usia 13th-18th.
“Berdasarkan data dari 100 remaja, 51 diantaranya sudah tidak perawan,” ungkap
Kepala BKKBN Sugiri Syarief. Menurutnya hal yang sama terjadi pula di Surabaya
(54%), Medan (52%), Yogyakarta (37%), dan Bandung (47%).
Sikap
melindungi oleh sebagian besar orangtua, memang sudah seharusnya dilakukan. Namun,
yang perlu menjadi catatan kita adalah, bahwa, dalam Islam, kita harus perduli
dengan sesama. Terlebih anak-anak. Karena mereka adalah generasi penerus. Kita
memang harus melindungi anak-anak kita sendiri. Tapi jangan lupa, jika kita
hanya men-shalehkan anak kita, tapi tidak men-shalehkan anak tetangga atau anak
saudara ataupun anak teman-teman kita (misalnya), maka, suatu saat anak kita
pun akan ikut terbawa atau terpengaruh oleh mereka.
Rasulullah
saw sangat peduli pada anak-anak saudaranya. Seperti yang dilakukan oleh
Rasulullah saw pada anak-anak pamannya. Salah satunya adalah ‘Abdullah Ibnu
‘Abbas yang diajak jalan bersama Rasulullah saw di atas unta beliau. Dalam perjalanan
tersebut, Rasulullah mengisi dengan beberapa pelajaran yang sesuai dengan
jenjang usianya dan kemampuan daya pikirnya. Rasulullah saw mengajak Ibnu Abbas
untuk berdialog ringkas dan mudah, namun sarat dengan makna yang agung.
Rasulullah saw pun pernah menegur seorang bapak yang tidak pernah memeluk dan
mencium anaknya.
Begitulah. Kita tidak bisa menutup mata pada kejadian di sekitar kita.
Kita tidak bisa lagi berpangku tangan berharap ada lembaga tertentu yang peduli
pada anak-anak “berperilaku aneh”. Ataupun hanya melindungi anak-anak kita
sendiri. Ini bukanlah waktu yang tepat untuk menjadi penonton, komentator
atapun pengamat. Sekecil apapun itu, untuk kebaikan generasi penerus,
lakukanlah. Mari kita berlomba-lomba dalam kebaikan guna menyelamatkan generasi
penerus bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar