Selasa, 01 Mei 2012

MEREKA ADALAH ANAK-ANAK KITA...


Apa yang dikatakan oleh teman saya siang itu, sungguh membuat jantung saya terasa berdebar lebih keras. Bagaimana tidak. Teman saya itu berkata, bahwa anak tetangganya yang berusia dua tahun, diperlakukan tidak senonoh (dilecehkan) oleh anak tetangganya baru yang berusia empat tahun. Astaghfirullahal’adzim….. beberapa saat lamanya saya hanya bisa istighfar dan terdiam. Bingung. Tidak tahu harus berkata dan berbuat apa.

Beberapa hari terakhir, kita disesakkan dengan berita-berita tentang meningkatnya perilaku seksual pada remaja di Indonesia. Seperti  yang dimuat dalam situs www.hidayatullah.com. Hasil survey yang dimuat oleh situs tersebut menyebutkan bahwa, 67% remaja berusia 10th-15th setiap harinya menghabiskan waktu tiga jam untuk menonton film-film (maaf) porno.

Dari survey yang dikeluarkan oleh Komnas Perlindungan Anak pada tahun 2007, didapatkan data sebagai berikut ;


93,7% pernah melakukan kegiatan seks
62,7% remaja SMP tdk perawan
21,2% remaja SMU pernah aborsi
97% pernah menonton film porno


Data terbaru saya dapatkan dari majalah Ummi edisi November 2011. Disebutkan bahwa, pemerintah mengakui tingkat kehamilan di luar nikah sangat tinggi, mencapai 17% setiap tahunnya, yang akhirnya meningkat pada grafik aborsi. Survey yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyimpulkan, separuh remaja lajang di Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi kehilangan keperawanan dan melakukan hubungan seks pranikah, dengan rentang usia 13th-18th. “Berdasarkan data dari 100 remaja, 51 diantaranya sudah tidak perawan,” ungkap Kepala BKKBN Sugiri Syarief. Menurutnya hal yang sama terjadi pula di Surabaya (54%), Medan (52%), Yogyakarta (37%), dan Bandung (47%).

Sikap melindungi oleh sebagian besar orangtua, memang sudah seharusnya dilakukan. Namun, yang perlu menjadi catatan kita adalah, bahwa, dalam Islam, kita harus perduli dengan sesama. Terlebih anak-anak. Karena mereka adalah generasi penerus. Kita memang harus melindungi anak-anak kita sendiri. Tapi jangan lupa, jika kita hanya men-shalehkan anak kita, tapi tidak men-shalehkan anak tetangga atau anak saudara ataupun anak teman-teman kita (misalnya), maka, suatu saat anak kita pun akan ikut terbawa atau terpengaruh oleh mereka.

Rasulullah saw sangat peduli pada anak-anak saudaranya. Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saw pada anak-anak pamannya. Salah satunya adalah ‘Abdullah Ibnu ‘Abbas yang diajak jalan bersama Rasulullah saw di atas unta beliau. Dalam perjalanan tersebut, Rasulullah mengisi dengan beberapa pelajaran yang sesuai dengan jenjang usianya dan kemampuan daya pikirnya. Rasulullah saw mengajak Ibnu Abbas untuk berdialog ringkas dan mudah, namun sarat dengan makna yang agung. Rasulullah saw pun pernah menegur seorang bapak yang tidak pernah memeluk dan mencium anaknya.


Begitulah. Kita tidak bisa menutup mata pada kejadian di sekitar kita. Kita tidak bisa lagi berpangku tangan berharap ada lembaga tertentu yang peduli pada anak-anak “berperilaku aneh”. Ataupun hanya melindungi anak-anak kita sendiri. Ini bukanlah waktu yang tepat untuk menjadi penonton, komentator atapun pengamat. Sekecil apapun itu, untuk kebaikan generasi penerus, lakukanlah. Mari kita berlomba-lomba dalam kebaikan guna menyelamatkan generasi penerus bangsa.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar