Kamis, 01 November 2012

IMAM BUKHARI


Sebagai seorang muslim, tentulah kita tau siapa Imam Bukhari. Seorang ahli hadits yang terkenal. Haditsnya banyak dijadikan rujukan oleh kaum muslim sejak dulu kala.

Namun, saya bukan ingin menceritakan Imam Bukhari ahli hadits. Tapi, Imam Bukhari, tahanan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Pria Tangerang.

Penampilan Imam (begitu ia biasa dipanggil), seperti remaja kebanyakan. Badannya tinggi besar, bersih dan agak pemalu. Imam termasuk salah satu dari lima orang yang saya data hari itu.

Siang itu di masjid, lima orang anak Lapas duduk mengelilingi saya. Satu persatu mereka menyebutkan nama. Hingga sampailah pada Imam.

“Kalau kamu namanya siapa?” tanya saya

“Imam Bukhari bun,” jawabnya

Saya terdiam. Saya menghentikan menulis. Saya menatapnya bingung. “Siapa nama kamu?” tanya saya lagi.

“Imam Bukhari bun.”

“Serius nama kamu Imam Bukhari?” lagi-lagi saya bertanya karena masih penasaran. Teman-teman Imam yang lain mulai tersenyum.

“Beneran bunda, nama saya Imam Bukhari.” Jawabnya lagi

Saya masih menatap Imam. Saya pun kembali bertanya, apakah ia tau siapa itu Imam Bukhari? Dan Imam pun menceritakan panjang lebar tentang Imam Bukhari. Imam berkisah, bagaimana Imam Bukhari mengumpulkan hadits yang tercecer, bagaimana Imam Bukhari dihormati ulama saat itu dan sebagainya. Subhanallah...

“Kamu sudah tau sedikit banyak tentang Imam Bukhari, keshalehan beliau, lalu , kenapa kamu sampai disini?” tanya saya

Imam menunduk. Karena pergaulan jawabnya. Lingkungan yang memaksa Imam sampai disini.

Saya pun memberikan formulir pendataan pada Imam untuk dilengkapi. Dengan serius, Imam mengisinya. Setelah diisi, saya pun mengamati satu persatu jawabannya.

Usia Imam baru 17 tahun. Ia ditahan di Lapas sejak tahun 2011. Dan jika tak ada halangan, baru akan menikmati dunia luar di tahun 2015. Subhanallah... Waktu yang cukup lama. Kasus Imam pun bukan kasus biasa, yaitu tawuran hingga pembunuhan.

Aahh Imam, orangtuamu memberi nama ulama besar padamu, dengan harapan agar engkau pun seperti ulama besar itu. Tapi nasi sudah menjadi bubur, bukan saatnya tenggelam dalam penyesalan. Hidup terus berjalan. Harus ada perubahan.

Dan perubahan itulah yang menjadi tekad kuat Imam. Seperti tekadnya untuk menjadi hafidz. Subhanallah...

“Bunda, saya ingin belajar baca Alquran dan ingin menghafal. Bunda bisa ajarin saya?”

Tenggorokan saya tercekat. Ya Allah, sering kali manusia harus menghadapi ujian agar ia sadar betapa Engkau ternyata sangat dekat.

Saya mengangguk, menyanggupi permintaannya.

“InsyaAllah ya, nanti bunda bawa yang ahli. Bukan bunda yang ngajarin. Tapi insyaAllah ada.”

“Iya bun, saya nyesel. Saya pingin taubat. Mudah-mudahan kalau saya bisa baca Alquran dan menghafal, Allah mau mengampuni saya.”

Dengan polos dan tanpa beban Imam berkata seperti itu. Ya Allah Maha Pengasih... dengarlah doa tulus Imam. Terima taubatnya, tetapkan ia dijalan-Mu, jangan biarkan ia terjatuh lagi, ampuni dosa-dosanya.... Mudahkan ia menuju jalan-Mu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar