Sebagai seorang muslim, tentulah kita tau siapa Imam
Bukhari. Seorang ahli hadits yang terkenal. Haditsnya banyak dijadikan rujukan
oleh kaum muslim sejak dulu kala.
Namun, saya bukan ingin menceritakan Imam Bukhari ahli
hadits. Tapi, Imam Bukhari, tahanan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Pria
Tangerang.
Penampilan Imam (begitu ia biasa dipanggil), seperti remaja
kebanyakan. Badannya tinggi besar, bersih dan agak pemalu. Imam termasuk salah
satu dari lima orang yang saya data hari itu.
Siang itu di masjid, lima orang anak Lapas duduk
mengelilingi saya. Satu persatu mereka menyebutkan nama. Hingga sampailah pada
Imam.
“Kalau kamu namanya siapa?” tanya saya
“Imam Bukhari bun,” jawabnya
Saya terdiam. Saya menghentikan menulis. Saya menatapnya
bingung. “Siapa nama kamu?” tanya saya lagi.
“Imam Bukhari bun.”
“Serius nama kamu Imam Bukhari?” lagi-lagi saya bertanya
karena masih penasaran. Teman-teman Imam yang lain mulai tersenyum.
“Beneran bunda, nama saya Imam Bukhari.” Jawabnya lagi
Saya masih menatap Imam. Saya pun kembali bertanya, apakah
ia tau siapa itu Imam Bukhari? Dan Imam pun menceritakan panjang lebar tentang
Imam Bukhari. Imam berkisah, bagaimana Imam Bukhari mengumpulkan hadits yang
tercecer, bagaimana Imam Bukhari dihormati ulama saat itu dan sebagainya. Subhanallah...
“Kamu sudah tau sedikit banyak tentang Imam Bukhari,
keshalehan beliau, lalu , kenapa kamu sampai disini?” tanya saya
Imam menunduk. Karena pergaulan jawabnya. Lingkungan yang
memaksa Imam sampai disini.
Saya pun memberikan formulir pendataan pada Imam untuk
dilengkapi. Dengan serius, Imam mengisinya. Setelah diisi, saya pun mengamati
satu persatu jawabannya.
Usia Imam baru 17 tahun. Ia ditahan di Lapas sejak tahun
2011. Dan jika tak ada halangan, baru akan menikmati dunia luar di tahun 2015. Subhanallah...
Waktu yang cukup lama. Kasus Imam pun bukan kasus biasa, yaitu tawuran hingga
pembunuhan.
Aahh Imam, orangtuamu memberi nama ulama besar padamu,
dengan harapan agar engkau pun seperti ulama besar itu. Tapi nasi sudah menjadi
bubur, bukan saatnya tenggelam dalam penyesalan. Hidup terus berjalan. Harus ada
perubahan.
Dan perubahan itulah yang menjadi tekad kuat Imam. Seperti tekadnya
untuk menjadi hafidz. Subhanallah...
“Bunda, saya ingin belajar baca Alquran dan ingin menghafal.
Bunda bisa ajarin saya?”
Tenggorokan saya tercekat. Ya Allah, sering kali manusia
harus menghadapi ujian agar ia sadar betapa Engkau ternyata sangat dekat.
Saya mengangguk, menyanggupi permintaannya.
“InsyaAllah ya, nanti bunda bawa yang ahli. Bukan bunda yang
ngajarin. Tapi insyaAllah ada.”
“Iya bun, saya nyesel. Saya pingin taubat. Mudah-mudahan
kalau saya bisa baca Alquran dan menghafal, Allah mau mengampuni saya.”
Dengan polos dan tanpa beban Imam berkata seperti itu. Ya Allah
Maha Pengasih... dengarlah doa tulus Imam. Terima taubatnya, tetapkan ia
dijalan-Mu, jangan biarkan ia terjatuh lagi, ampuni dosa-dosanya.... Mudahkan
ia menuju jalan-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar