Anak yang lahir dari keluarga broken home, bagaikan burung
yang kehilangan salah satu sayapnya. Burung dengan sayap lengkap, dapat terbang
melanglang buana. Mencari makan hingga pelosok dan mampu melawan badai angin
yang menerpa.
Tapi, bagaimana dengan burung yang hanya mempunyai satu
sayap? Dapatkah ia terbang dengan sempurna??...
Dengan kehadiran ibu dan ayah yang baik, jiwa anak menjadi
lengkap. Kasih sayangnya sempurna. Dan itu sangat berpengaruh pada perjalanan
hidupnya.
9 dari 10 anak Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Pria Tangerang, berasal dari keluarga broken home. Bukan
hanya perceraian orangtua yang membuat jiwa mereka labil, namun juga kekerasan
rumah tangga yang setiap hari mereka saksikan, punya andil besar dalam
perkembangan jiwa mereka.
Ayah yang sangat ringan tangan, menjadi salah satu sebab
jiwa anak Lapas menjadi labil.
Emosi orangtua yang meledak-ledak dan bertengkar dihadapan
anak, sangat berpengaruh pada sikap dan pola pikir anak. Dua hal yang dirasakan
anak, yaitu terbiasa dengan kekerasan atau menjadi dendam terhadap kekerasan.
Kedua hal tersebut secara gamblang diceritakan oleh beberapa
anak Lapas.
Sebut saja namanya A. Sejak kecil, A selalu menyaksikan
ibunya dipukul oleh ayahnya. Selain memukul ibunya, A pun tak luput dari
pukulan ayahnya. Begitupun adik-adik A. Hampir setiap hari, mereka terbiasa
dengan bentakan, cacian dan pukulan sang ayah.
Hal itu memupuk dendam dalam diri A. Ingin rasanya A
membalas perlakuan ayahnya, namun, ia belum sanggup.
Hingga suatu saat, ketika A pulang bekerja sampingan,
orangtuanya bertengkar hebat. Ayah A pun mulai melayangkan pukulan pada ibu A.
A dan adik-adiknya berusaha melindungi ibu mereka. Namun ayah A seperti
kesetanan, tak mau berhenti memukul ibu A.
A pun segera menyuruh ibu dan adik-adiknya menghindar keluar
rumah. Setelah itu, A menarik ayahnya ke kamar. Di kamar, mereka berdua bertengkar
hebat. Hingga ayah A terbunuh di tangan A. Sesaat A merasa puas dapat
melampiaskan kemarahannya selama ini. namun tak lama kemudian, penyesalan hebat
dirasakan A. Ia sangat menyesal telah membunuh ayahnya sendiri. Dan penyesalan
itu terus menghantuinya hingga saat ini.
Lain dengan kisah B. Sejak bayi ia diasuh oleh kakek dan
neneknya. Ibunya baru muncul ketika B menginjak usia TK. Itupun karena ibunya
memutuskan untuk berpisah dengan ayahnya. Perpisahan ini dilakukan karena
pekerjaan ayah B tidak halal, yaitu seorang perampok.
Jiwa B terasa hilang ketika ibunya memutuskan untuk kembali
dan membawanya pergi. Beruntung kakek dan nenek B tidak menuruti keinginan ibu
B.
Bagi B, sosok kakek dan neneklah yang sangat berjasa dalam
hidupnya. Ibu ada disisinya, tapi, ia tak merasakan kasih sayang yang utuh. Ibu
ada hanya sekedar sosok. Sekedar fisik. Perasaan B pada ibunya pun hambar.
Pada ayahnya, B tidak berharap banyak, mengingat pekerjaan
ayah B yang menjadi incaran polisi. Pemberontakan yang B lakukan, tidak sampai
membunuh kedua orangtuanya, namun, tingkah laku B yang sangat nakal hingga
mengakibatkan ia di penjara.
Yang ada dipikiran B saat ini adalah penyesalan yang
mendalam. Namun bukan pada ibu yang telah melahirkannya, pun bukan pada
ayahnya. B menyesal telah mengecewakan kakek dan neneknya. Jika bebas nanti,
yang B inginkan juga bukan membahagiakan kedua orangtuanya, namun,
membahagiakan kakek neneknya.
Setiap pasangan menikah, dan mempunyai anak, dituntut
menjadi orangtua yang baik bagi anak-anaknya. Menjadi orangtua yang baik, tidak
ada sekolahnya. Menjadi orangtua yang baik, juga tidak tergantung pada tinggi
rendahnya tingkat pendidikan.
Namun, menjadi orangtua yang baik, dapat kita pelajari. Begitu
banyak kisah di dalam Al-quran yang menceritakan bagaimana para nabi terdahulu
dalam membina keluarga dan mendidik anak. Lihatlah surat Luqman. Banyak pesan
yang terkandung didalamnya. Selain Al-quran, kita juga dapat mempelajari lewat
sirah Rasulullah saw.
Begitu indah Rasulullah saw mendidik anak-anaknya, bahkan
anak pamannya. Tidak pernah ada bentakan apalagi hantaman yang Rasulullah saw
lakukan pada anak-anak. Rasulullah saw adalah teladan terbaik untuk para ayah. Betapa
Rasulullah saw sering memeluk dan mencium anak-anaknya.
Menjadi orangtua yang baik, adalah kewajiban setiap muslim,
karena akan dipertanggung jawabkan kelak di hadapan Allah swt. Jika kita
menjadi orangtua yang baik, dan dapat mendidik anak-anak dengan baik, maka itu
merupakan salah satu tabungan orangtua muslim di akhirat. Karena, salah satu
doa yang dikabulkan Allah swt adalah doa anak-anak shaleh bukan?...
Maka, didiklah anak-anak kita sebaik mungkin, biarkan mereka
terbang dengan sempurna, dengan kedua sayapnya yang utuh. Hingga mereka dapat
menaklukkan dunia dan mendapat bekal untuk akhirat nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar