Sabtu, 03 November 2012

A BROKEN WING....


Anak yang lahir dari keluarga broken home, bagaikan burung yang kehilangan salah satu sayapnya. Burung dengan sayap lengkap, dapat terbang melanglang buana. Mencari makan hingga pelosok dan mampu melawan badai angin yang menerpa.

Tapi, bagaimana dengan burung yang hanya mempunyai satu sayap? Dapatkah ia terbang dengan sempurna??...

Dengan kehadiran ibu dan ayah yang baik, jiwa anak menjadi lengkap. Kasih sayangnya sempurna. Dan itu sangat berpengaruh pada perjalanan hidupnya.

9 dari 10 anak Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Pria Tangerang, berasal dari keluarga broken home. Bukan hanya perceraian orangtua yang membuat jiwa mereka labil, namun juga kekerasan rumah tangga yang setiap hari mereka saksikan, punya andil besar dalam perkembangan jiwa mereka.

Ayah yang sangat ringan tangan, menjadi salah satu sebab jiwa anak Lapas menjadi labil.

Emosi orangtua yang meledak-ledak dan bertengkar dihadapan anak, sangat berpengaruh pada sikap dan pola pikir anak. Dua hal yang dirasakan anak, yaitu terbiasa dengan kekerasan atau menjadi dendam terhadap kekerasan.

Kedua hal tersebut secara gamblang diceritakan oleh beberapa anak Lapas.

Sebut saja namanya A. Sejak kecil, A selalu menyaksikan ibunya dipukul oleh ayahnya. Selain memukul ibunya, A pun tak luput dari pukulan ayahnya. Begitupun adik-adik A. Hampir setiap hari, mereka terbiasa dengan bentakan, cacian dan pukulan sang ayah.

Hal itu memupuk dendam dalam diri A. Ingin rasanya A membalas perlakuan ayahnya, namun, ia belum sanggup.

Hingga suatu saat, ketika A pulang bekerja sampingan, orangtuanya bertengkar hebat. Ayah A pun mulai melayangkan pukulan pada ibu A. A dan adik-adiknya berusaha melindungi ibu mereka. Namun ayah A seperti kesetanan, tak mau berhenti memukul ibu A.

A pun segera menyuruh ibu dan adik-adiknya menghindar keluar rumah. Setelah itu, A menarik ayahnya ke kamar. Di kamar, mereka berdua bertengkar hebat. Hingga ayah A terbunuh di tangan A. Sesaat A merasa puas dapat melampiaskan kemarahannya selama ini. namun tak lama kemudian, penyesalan hebat dirasakan A. Ia sangat menyesal telah membunuh ayahnya sendiri. Dan penyesalan itu terus menghantuinya hingga saat ini.

Lain dengan kisah B. Sejak bayi ia diasuh oleh kakek dan neneknya. Ibunya baru muncul ketika B menginjak usia TK. Itupun karena ibunya memutuskan untuk berpisah dengan ayahnya. Perpisahan ini dilakukan karena pekerjaan ayah B tidak halal, yaitu seorang perampok.

Jiwa B terasa hilang ketika ibunya memutuskan untuk kembali dan membawanya pergi. Beruntung kakek dan nenek B tidak menuruti keinginan ibu B.

Bagi B, sosok kakek dan neneklah yang sangat berjasa dalam hidupnya. Ibu ada disisinya, tapi, ia tak merasakan kasih sayang yang utuh. Ibu ada hanya sekedar sosok. Sekedar fisik. Perasaan B pada ibunya pun hambar.

Pada ayahnya, B tidak berharap banyak, mengingat pekerjaan ayah B yang menjadi incaran polisi. Pemberontakan yang B lakukan, tidak sampai membunuh kedua orangtuanya, namun, tingkah laku B yang sangat nakal hingga mengakibatkan ia di penjara.

Yang ada dipikiran B saat ini adalah penyesalan yang mendalam. Namun bukan pada ibu yang telah melahirkannya, pun bukan pada ayahnya. B menyesal telah mengecewakan kakek dan neneknya. Jika bebas nanti, yang B inginkan juga bukan membahagiakan kedua orangtuanya, namun, membahagiakan kakek neneknya.

Setiap pasangan menikah, dan mempunyai anak, dituntut menjadi orangtua yang baik bagi anak-anaknya. Menjadi orangtua yang baik, tidak ada sekolahnya. Menjadi orangtua yang baik, juga tidak tergantung pada tinggi rendahnya tingkat pendidikan.

Namun, menjadi orangtua yang baik, dapat kita pelajari. Begitu banyak kisah di dalam Al-quran yang menceritakan bagaimana para nabi terdahulu dalam membina keluarga dan mendidik anak. Lihatlah surat Luqman. Banyak pesan yang terkandung didalamnya. Selain Al-quran, kita juga dapat mempelajari lewat sirah Rasulullah saw.

Begitu indah Rasulullah saw mendidik anak-anaknya, bahkan anak pamannya. Tidak pernah ada bentakan apalagi hantaman yang Rasulullah saw lakukan pada anak-anak. Rasulullah saw adalah teladan terbaik untuk para ayah. Betapa Rasulullah saw sering memeluk dan mencium anak-anaknya.

Menjadi orangtua yang baik, adalah kewajiban setiap muslim, karena akan dipertanggung jawabkan kelak di hadapan Allah swt. Jika kita menjadi orangtua yang baik, dan dapat mendidik anak-anak dengan baik, maka itu merupakan salah satu tabungan orangtua muslim di akhirat. Karena, salah satu doa yang dikabulkan Allah swt adalah doa anak-anak shaleh bukan?...

Maka, didiklah anak-anak kita sebaik mungkin, biarkan mereka terbang dengan sempurna, dengan kedua sayapnya yang utuh. Hingga mereka dapat menaklukkan dunia dan mendapat bekal untuk akhirat nanti. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar