Selasa, 18 September 2012

ROADSHOW GERAKAN PEDULI REMAJA BERSAMA BUNDA PIPIET SENJA



Pondok Pesantren Attaqwa. Didirikan oleh pahlawan Bekasi, KH Noer Alie. Ponpes ini terletak di daerah Ujung Harapan Bekasi. Nadia, salah satu tim GPR yang merupakan alumni dari Ponpes ini, mengajak GPR untuk silaturahim dengan santriwati disana.

Bekerjasama dengan bunda Pipiet Senja, tanggal 14 September, tim GPR mendatangi Ponpes tersebut. Selain Nadia, bunda Pipiet pun ternyata pernah berkunjung ke Ponpes ini. saat itu launching buku anak kedua dari bunda Pipiet. Tepatnya tahun 2003. Subhanallah ... waktu yang cukup lama untuk kembali bersilaturahim

Perjalanan menuju Ponpes, tidaklah mudah. Karena, selain Nadia, tidak ada satupun dari tim GPR yang pernah berkunjung kesana. Bunda Pipiet pun ternyata sudah lupa jalan menuju Ponpes.

Tim GPR berangkat dari tempat masing-masing, karena memang sebelumnya ada acara yang berbeda. Saya dan bunda Pipiet berangkat dari kantor penerbit Zikrul Hakim di daerah Rawamangun, kak Edas berangkat dari Tambun, kak Lisya berangkat dari Kalibata Jakarta Selatan, sedangkan Nadia yang rumahnya tak jauh dari Ponpes, telah tiba di Ponpes lebih dulu.

Karena berangkat dari tempat yang berbeda, kamipun cukup intens dalam ber sms ria. Saya dan bunda Pipiet memutuskan naik taksi, karena membawa cukup banyak buku dari Zikrul Hakim. Alhamdulillah, sopir taksi mengetahui daerah Bekasi, jadi kami hanya memberi tau patokan jalannya saja.

Dari Rawamangun, kami melewati terminal Pulogadung. Subhanallah, terminal yang biasanya ramai dan cenderung macet, hari itu lancar, hanya sepuluh menit saja kami butuhkan untuk melewati terminal Pulogadung.

Taksi pun dengan tenang melaju menuju kawasan Aqua Bekasi. Dari sinilah jalan mulai tersendat. Selain jalan yang menyempit, volume kendaraan yang cukup padat, angkutan umum yang berhenti sembarangan, serta jalanan yang berlubang, merupakan hambatan utama kami.

Bunda Pipiet sampai berkata seperti ini ,”saya kira hanya Citayam yang parah jalanannya, ternyata disini lebih parah.” Bunda Pipiet berkata seperti itu sambil tangannya erat memegang pinggiran pintu taksi. Saya pun tersenyum, setuju dengan perkataan bunda Pipiet.

Jam sudah menunjukkan pukul dua belas, supir taksi kebingungan. Ternyata, petunjuk jalan yang saya dapat dari Nadia, membingungkan pak supir. Setelah bolak balik tiga kali, kami pun memutuskan untuk menyewa jasa ojek.

Alhamdulillah, tukang ojek mengetahui Ponpes yang kami tuju. Dengan cermat, sopir taksi mengikuti jalan tukang ojek.

Ternyata, Ponpes ini lumayan jauh dari jalan utama. Dan untuk mencapainya, tidak ada angkutan umum. Yang ada hanya ojek dan becak.

Saat memasuki kawasan pesantren, serempak kami bertiga (bunda Pipiet, saya dan sopir taksi) berdecak kagum dan reflek menyebut asma Allah. Subhanallah.... di depan kami sebuah masjid besar dengan gagahnya berdiri.

Kubahnya berwarna hijau, tiang-tiang penyangga begitu besar mengelilingi masjid. Begitu besarnya sampai saya tak percaya. Subhanallah... ada masjid sebesar ini di “pedalaman” Bekasi. Bahkan masjid Al-Barkah yang ada di pusat kota Bekasi pun, kalah besar dibanding masjid ini. halaman masjid pun sangat luas, dapat menampung ratusan kendaraan, baik motor ataupun mobil.

Di depan masjid, terdapat lapangan yang juga tak kalah luasnya. Beberapa pohon besar tegak berdiri. Akar-akar pohon yang menjalar, menandakan pohon-pohon tersebut sudah cukup tua. Mungkin hal inilah yang membuat suasana masjid begitu sejuk.

Dari kejauhan terlihat jamaah yang shalat, memenuhi masjid, hingga ke tangga luar. Subhanallah... pemandangan yang sangat jarang saya jumpai.

Belum habis kekaguman saya pada masjid utama Ponpes ini, mata saya kembali terbelalak oleh luasnya wilayah Ponpes. Setelah melewati masjid, kami melewati asrama putra. Beberapa bangunan dalam tahap pengembangan, namun juga ada beberapa bangunan lama yang tetap kokoh. Dari banyaknya bangunan asrama putra, kemungkinan jumlah santri hampir 1000 orang. Subhanallah...

Tak jauh dari Ponpes pria, -+ 200m, kami pun tiba di Ponpes putri. Alhamdulillah, sampai juga, ucap saya dan bunda Pipiet. Sopir taksi yang sejak tadi pun terkagum-kagum dengan Ponpes ini berkata,”seumur-umur saya nyupir bu, baru kali ini ke daerah sini.” Hehehe... saya dan bunda Pipiet pun tertawa. Apalagi saya, ucap saya dalam hati.

Kami pun turun dari taksi. Saya perhatikan sekeliling. Subhanallah. Berbagai bangunan melengkapi keberadaan pesantren ini. mulai dari klinik, pendidikan anak usia dini, dan beberapa bangunan lain yang jumlahnya cukup banyak.

Saat saya mengamati lingkungan sekitar, mata saya tertegun pada sebuah pemandangan, yang bagi saya, itu adalah pemandangan “mahal” dan sangat jarang terjadi.

Beberapa santriwati melintas di depan kami dengan menggunakan sepeda. Dengan berseragam Ponpes, mereka ngobrol sambil terus mengayuh sepeda. Sesekali jilbab lebar mereka ditiup angin. Subhanallah... Mungkin, jika pemandangan ini saya alami di sebuah kota kecil, itu wajar. Tapi pemandangan itu saya alami di Bekasi. Sebuah kota yang letaknya sangat dekat dengan ibukota Jakarta. Subhanallah... bagi saya, itu adalah hal yang sangat jarang terjadi.

Saya berkali-kali berdecak kagum, dan berkali-kali bibir dan hati ini tak henti memuji Allah.

Setelah tim GPR lengkap, kami pun memasuki Ponpes putri. Subhanallah... Lagi-lagi, saya dibuat terkagum-kagum. Bunda Pipiet pun seperti itu. Dulu, saat pertama kali berkunjung, jumlah santriwati hanya 300an, bangunan Ponpes pun belum banyak. Tapi sekarang, jumlah santriwati hampir 1000 orang dan bangunan Ponpes semakin megah.

Walaupun cuaca Bekasi saat itu sangat panas, namun karena pepohonan di sekitar Ponpes yang besar dan rindang, kami tidak merasa kepanasan. Belum lagi melihat senyum hangat para santriwati. Subhanallah... adeeemmm banget rasanya.

Entah karena semangat para santriwati, atau rasa kangen bunda Pipiet pada santirawati, atau suasana yang sangat mendukung, acara siang itu terasa hangat. Seperti ibu bertemu dengan anaknya. Penjelasan dari saya dan bunda Pipiet selalu diselingi oleh celotehan lucu dari mereka. Subhanallah, santriwati begitu bersemangatt....

Jadwal acara yang tadinya hanya dua jam saja, molor sampai lebih dari tiga jam. Usai acara, santriwati tak henti-hentinya meminta foto bersama. Sampai bunda Pipiet berkata ,”hayuu sudah..sudah.. mau pulang jam berapa nih kita...” dan kami pun tertawa bersama.

Alhamdulillah, roadshow pertama GPR dan bunda Pipiet berjalan lancar. Semoga di sekolah-sekolah atau Ponpes lain pun lancar dan barokah.

Semoga dengan kedatangan GPR dan bunda Pipiet, akan muncul mujahid pena dari Ponpes Attaqwa. 

Semoga..... 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar