Rabu, 12 September 2012

MY DIARY...


Menulis itu indah. Menulis itu melegakan. Membaca kembali tulisan-tulisan yang terangkai dalam diary, bagai membaca sejarah hidup sendiri.

Malam itu saya membuka kotak penyimpanan puluhan diary. Saya mengumpulkan diary sejak tahun 1991 hingga 2011. Total hanya 11 diary. Lainnya raib, karena saya dan keluarga beberapa kali pindah rumah

Sayang sekali...


Banyak cerita menarik di dalam setiap diary. Tahun 1998, secara detail saya menceritakan kronologis kerusuhan. Saat itu keadaan sangat mencekam, sebagian telepon di Jakarta mengalami gangguan, termasuk telepon rumah saya. Para tetangga panik menyelamatkan surat-surat berharga, para bapak dan anak lelaki yang telah dewasa, bahu membahu menjaga perumahan, agar tidak dimasuki para penjarah.

Diangkasa Jakarta, helikopter dan pesawat hercules berseliweran. Membuat suasana malam makin mencekam. Dari kejauhan, nampak asap mengebul tinggi, menutup langit. Cahaya api menari-nari. 

Astaghfirullah.... membaca itu semua sungguh ngeri. Berharap hal seperti itu tidak akan pernah terjadi lagi di bumi Indonesia.

Saat duduk di bangku SMA, sebenarnya saya memiliki beberapa diary, namun yang tersisa hanya satu :(

Tahun 1991. Saya menceritakan perjalanan liburan bersama teman-teman sekelas. Sejak menunggu bis yang hendak membawa kami ke kota Cirebon, hingga kesan-kesan semua teman selama perjalanan pergi pulang, tertulis dengan rapi.

Alhamdulillah, bahkan foto-foto saat SMA pun masih bagus :)

Dan yang mengejutkan, ternyata tahun 1991, saya pernah menuliskan sepuluh kriteria calon suami. Ada-ada saja. Saat saya, suami dan anak membaca kriteria-kriteria itu, kami pun tertawa bersama. Hanya dua yang meleset dari kriteria yang saya tentukan. Ada-ada saja.

Tahun 2000, saat pertama kali menjadi pramugari Saudi Arabian Airline, saya tuliskan betapa Allah Maha pengabul doa. Harapan saya ketika sekolah dulu, dapat melihat luar Indonesia dengan gratis, alhamdulillah dapat terwujud.

Dalam diary, saya bercerita, bagaimana beratnya hidup di negeri orang, tanpa saudara. Selain itu, pengaturan penghasilan, sampai berapa jumlah yang harus ditabung, tertulis dengan rapi dalam diary.

Tak ketinggalan kejadian tsunami Aceh pun ada dalam diary. Begitu juga berbagai kejadian berdarah di Palestina, lengkap dengan puisi-pusi tentang jihad. Subhanallah...

Rangkaian demi rangkaian kalimat dalam diary, membawa hikmah begitu besar. Kita belajar dari hidup kita sendiri. Jika dahulu kita melakukan kesalahan, maka, kini saatnya memperbaiki. Jika dulu banyak kekurangan, maka saatnya kini melakukan yang benar.

Allah memberi hikmah dari mana yang Ia kehendaki, dari tulisan orang lain, maupun dari tulisan tangan kita sendiri. Semua tergantung pada diri ini, maukah kita menarik hikmahnya....?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar