Jumat, 07 September 2012

AROUND THE WORLD WITH A BOOK


Apa yang terlintas dipikiran kita ketika melihat sebuah buku yang berpuluh-puluh tahun lalu kita baca, dan kini terbit kembali. Dengan isi cerita yang sama, tokoh yang sama, latar belakang yang sama, namun dengan kemasan yang lebih cantik dan terkini.

Itulah yang hari ini saya temui di sebuah toko buku.


Setelah satu jam memilih buku-buku yang akan saya baca minggu ini, saya pun melangkah ke kasir untuk membayar. Dan, saat membayar itu adalah saat yang sangat menakjubkan bagi saya.

Di belakang kasir, terpampang buku-buku yang dulu pernah saya baca saat di sekolah dasar. Buku-buku karangan HC Andersen dan EnydBylton. Bagaikan menemukan harta karun, mata saya tak berhenti menatap buku-buku cantik itu.

Ya, dulu sekali, saat SD, orangtua saya yang sangat gemar membaca, membelikan buku-buku itu. Berbagai seri karangan Alfred Hitckock dan Enyd Bylton, saya lahap. Begitu juga dengan buku karangan HC Andersen.

Bagi saya, tinggal di luar pulau Jawa saat kecil, adalah hal yang sering membuat penasaran. Seperti apakah kota besar itu? Jakarta. Apa yang ada disana? Luar Indonesia, bisakah suatu saat saya berkeliling ke negara-negara itu?

Dan, pertanyaan demi pertanyaan seakan terjawab. Saat membaca buku-buku Enyd Bylton dan HC Andersen, pikiran seakan menembus ruang dan waktu.

Satu saat saya dapat menjadi seorang “Gadis Penjual Korek Api” yang tinggal dipinggiran sebuah negara di Eropa. Negara yang mempunyai empat musim, yang jalanannya bersih dan rapi. Kehidupan masyarakat Eropa yang tertata. Lampu-lampu taman yang menerangi jalan dll. Apa yang digambarkan oleh HC Andersen, terekam dalam pikiran saya dan seakan saya berada di kota-kota yang diceritakannya.

Lain waktu, saya seakan menjadi Gwendoline. Salah satu tokoh dalam cerita “Mallory Towers” karangan Enyd Bylton. Yang setiap malam sebelum tidur, Gwendoline selalu menyisir rambutnya sebanyak seratus kali J

Dalam cerita itu, digambarkan secara detil kehidupan asrama putri sejak kelas satu hingga kelas delapan.
Dengan jelas Enyd Bylton menggambarkan posisi kastil asrama yang letaknya di atas bukit. Dari salah satu menara, murid-murid dapat melihat laut lepas atau pedesaan. Indah, sungguh indah. Dan itu tergambar jelas di pikiran saya.

Dulu, media elektronik belum secanggih sekarang. Video hanya dimiliki oleh orang-orang kaya. Yang tentu saja, bukan termasuk keluarga saya. Karena itulah, orangtua membelikan banyak buku, agar anak-anaknya mempunyai wawasan yang luas. Ah masa itu, jangankan video, televisi pun kami belum punya.

Sadar atau tidak sadar, seringkali suatu cerita dapat membuat diri kita masuk dan menyelami para tokoh. Berkeliling bersama tokoh, dari satu tempat, ke tempat lainnya. Berganti negara, berganti kota, berganti suasana, berganti pemandangan...

Itulah mengapa saya selalu butuh membaca. Apalagi membaca sejarah negara-negara yang belum pernah saya kunjungi. Begitupun dengan biografi para tokoh terkenal. Membaca itu semua, membuat kita mempunyai mimpi untuk bisa berkunjung ke negara-negara itu, atau terinspirasi dengan tokoh yang kita baca.

Membaca, akan membuat kita “keliling dunia”. Percayalah.... J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar