Selasa, 03 April 2012

EMPATI YANG HILANG


Mikrolet M29
Mayasari 45
Metromini 77

Ketiga angkutan itulah yang akan mengiringi langkah saya dari rumah menuju kampus, hari ini. Berangkat pukul 11.00 WIB menuju kampus dikawasan Bangka Jakarta Selatan, semoga jalanan lancar dan cuaca tidak terlalu panas.

Saya menanti kendaraan pertama yang akan membawa saya ke daerah Cawang atas, yaitu M-29. Agak lama menunggu, Alhamdulillah, M-29 datang juga. Sebelum naik, sekilas, angkutan tampak penuh oleh anak-anak lelaki usia SMP. Dari penampilannya, terlihat mereka seperti habis berenang. Saya pun naik dan mencari tempat duduk dekat jendela yang terbuka. Melihat saya naik, tak satupun dari anak-anak lelaki itu bergeser untuk memberikan tempat duduk. Mereka asyik bercanda dan mengobrol. Akhirnya, setengah memaksa, saya menggeser salah satu anak lelaki yang duduk dibarisan kiri. Alhamdulillah.

Saya memperhatikan anak-anak itu. Kapasitas mikrolet, biasanya cukup untuk sepuluh orang, dengan komposisi enam empat. Bisa ditambah dua orang lagi, dengan bangku tambahan di dekat pintu. Saya lihat, sebenarnya, tempat duduk itu masih sangat luas. Tapi mengapa anak-anak itu enggan bergeser, memberikan tempat duduk untuk saya? Tanya saya dalam hati. Hmm… anak-anak ini, seandainya yang naik ibunya atau neneknya, apakah mereka juga bersikap tidak peduli?

Tidak lama kemudian, naiklah seorang ibu dengan anak perempuan berusia sekitar empat tahun. Dan, lagi-lagi, rombongan anak lelaki itu, tidak mau bergeser. Mereka tetap tidak peduli. Mungkin karena kasihan, bapak sopir pun meminta anak-anak lelaki untuk memberi tempat duduk. Mereka pun bergeser sedikit, tetap dengan sikap yang cuek bebek. Heeehh…

Mobil pun melanjutkan perjalanan menyusuri Kalimalang, menuju Cawang. Di Curug, mobil berhenti. Seorang ibu paru baya naik, dan masih seperti tadi, anak-anak lelaki itu tetap cuek. Sekali lagi, bapak sopir pun mengingatkan mereka, dan lagi-lagi mereka bergeser, namun masih tetap dengan sikap acuh. Saya bertemu pandang dengan ibu paru baya, tak sengaja, kami pun tersenyum samar. Senyum prihatin dengan sikap tidak peduli dari anak-anak sekarang.

Tiba di Cawang, saya pun turun dan melanjutkan perjalanan dengan Mayasari 45. Siang itu, bis agak kosong, jadi lebih leluasa memilih tempat duduk. Saya duduk agak ke belakang, agar nyaman membaca buku dan tidak terganggu dengan para pedagang yang sering meletakkan dagangannya di pangkuan penumpang.

Setelah menunggu agak lama, bis pun mulai penuh. Kursi-kursi terisi. Tepat di depan gedung Badan Narkotika Nasional (BNN), bis berhenti. Seorang ibu dengan dua orang anak perempuan berusia dua dan tiga tahun pun naik. Ibu itu agak kelimpungan memegang kedua anaknya yang masih kecil. Belum lagi semua tempat duduk sudah terisi penuh. Saat bis berjalan, seorang anaknya pun jatuh. Seorang bapak langsung membantu menolong. Tak jauh dari tempat ibu itu berdiri, enam orang remaja perempuan asyik mengobrol dan bercanda. Mereka saling melempar kata-kata. Sama sekali tak peduli dengan posisi ibu dengan dua orang anaknya yang mulai “terombang-ambing” bis. Saat bis berjalan, salah seorang anaknya pun reflek mundur, saat bis berhenti, anak-anaknya pun maju. Sementara, ibunya sibuk mempertahankan posisi berdirinya agar tetap stabil. subhanallah…. Remaja-remaja itu… tidakkah mereka kasihan dengan pemandangan itu?

Suasana bis yang agak penuh dan posisi saya yang agak dibelakang, tidak memungkinkan untuk memberikan tempat duduk untuk ibu dan anak-anaknya. Dari kejauhan saya melihat ibu itu mulai kewalahan mengawasi kedua anaknya dan mempertahankan posisinya berdirinya agar tetap stabil. Alhamdulillah, seorang bapak tua, memberikan tempat duduk untuk ibu itu.

Saya menghela nafas. Lega.

Turun dari bis Mayasari, saya kemudian menanti Metromini 77. Angkutan ini, memang terkenal ugal-ugalan, namun ,tetap dibutuhkan dan digunakan oleh sebagian besar penduduk ibukota. Selain karena tarifnya yang murah, juga karena jalurnya yang masih bisa menembus hingga ke perumahan penduduk.

Cukup lama saya menanti, Alhamdulillah, metromini 77 sudah terlihat. Segera saya naik. Jam saya kuliah, adalah jam pulangnya anak-anak sekolahan. Ga heran, jika metromini ini selalu dipenuhi anak-anak berseragam. Lagi-lagi, saya mengalami hal yang bikin hati sedih. Seorang ibu hamil, harus tetap berdiri bersama saya, sementara segerombolan anak-anak berseragam abu-abu, duduk dengan santai, bercanda sambil memainkan gadget mereka. Mereka sama sekali tidak peduli dengan orang-orang tua yang berdiri di sekeliling mereka.

Tiba di jalan Bangka dua, saya pun turun. Sekilas, saya melepas senyum pada ibu yang tengah hamil tua. Sekedar ingin mengatakan “sabar dan hati-hati ya bu”. Ibu itu pun membalas senyum saya.

Ya Allah, saya berharap, semoga generasi muda yang saya temui sepanjang perjalanan dari rumah menuju kampus, bukan menggambarkan sikap kebanyakan dari mereka. Mudah-mudahan generasi muda yang saya temui itu, hanya sebagian kecil. Semoga diluar sana, masih banyak generasi muda yang peduli dengan lingkungan sekitarnya dan kejadian di sekelilingnya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar