Mikrolet M29
Mayasari 45
Metromini 77
Ketiga angkutan itulah yang akan mengiringi
langkah saya dari rumah menuju kampus, hari ini. Berangkat pukul 11.00 WIB
menuju kampus dikawasan Bangka Jakarta Selatan, semoga jalanan lancar dan cuaca
tidak terlalu panas.
Saya menanti kendaraan pertama yang akan
membawa saya ke daerah Cawang atas, yaitu M-29. Agak lama menunggu, Alhamdulillah,
M-29 datang juga. Sebelum naik, sekilas, angkutan tampak penuh oleh anak-anak lelaki
usia SMP. Dari penampilannya, terlihat mereka seperti habis berenang. Saya pun
naik dan mencari tempat duduk dekat jendela yang terbuka. Melihat saya naik,
tak satupun dari anak-anak lelaki itu bergeser untuk memberikan tempat duduk. Mereka
asyik bercanda dan mengobrol. Akhirnya, setengah memaksa, saya menggeser salah
satu anak lelaki yang duduk dibarisan kiri. Alhamdulillah.
Saya memperhatikan anak-anak itu. Kapasitas
mikrolet, biasanya cukup untuk sepuluh orang, dengan komposisi enam empat. Bisa
ditambah dua orang lagi, dengan bangku tambahan di dekat pintu. Saya lihat,
sebenarnya, tempat duduk itu masih sangat luas. Tapi mengapa anak-anak itu
enggan bergeser, memberikan tempat duduk untuk saya? Tanya saya dalam hati. Hmm…
anak-anak ini, seandainya yang naik ibunya atau neneknya, apakah mereka juga
bersikap tidak peduli?
Tidak lama kemudian, naiklah seorang ibu
dengan anak perempuan berusia sekitar empat tahun. Dan, lagi-lagi, rombongan
anak lelaki itu, tidak mau bergeser. Mereka tetap tidak peduli. Mungkin karena
kasihan, bapak sopir pun meminta anak-anak lelaki untuk memberi tempat duduk. Mereka
pun bergeser sedikit, tetap dengan sikap yang cuek bebek. Heeehh…
Mobil
pun melanjutkan perjalanan menyusuri Kalimalang, menuju Cawang. Di Curug, mobil
berhenti. Seorang ibu paru baya naik, dan masih seperti tadi, anak-anak lelaki
itu tetap cuek. Sekali lagi, bapak sopir pun mengingatkan mereka, dan lagi-lagi
mereka bergeser, namun masih tetap dengan sikap acuh. Saya bertemu pandang
dengan ibu paru baya, tak sengaja, kami pun tersenyum samar. Senyum prihatin
dengan sikap tidak peduli dari anak-anak sekarang.
Tiba di Cawang, saya pun turun dan
melanjutkan perjalanan dengan Mayasari 45. Siang itu, bis agak kosong, jadi
lebih leluasa memilih tempat duduk. Saya duduk agak ke belakang, agar nyaman
membaca buku dan tidak terganggu dengan para pedagang yang sering meletakkan
dagangannya di pangkuan penumpang.
Setelah menunggu agak lama, bis pun mulai
penuh. Kursi-kursi terisi. Tepat di depan gedung Badan Narkotika Nasional
(BNN), bis berhenti. Seorang ibu dengan dua orang anak perempuan berusia dua
dan tiga tahun pun naik. Ibu itu agak kelimpungan memegang kedua anaknya yang
masih kecil. Belum lagi semua tempat duduk sudah terisi penuh. Saat bis berjalan,
seorang anaknya pun jatuh. Seorang bapak langsung membantu menolong. Tak jauh
dari tempat ibu itu berdiri, enam orang remaja perempuan asyik mengobrol dan
bercanda. Mereka saling melempar kata-kata. Sama sekali tak peduli dengan
posisi ibu dengan dua orang anaknya yang mulai “terombang-ambing” bis. Saat bis
berjalan, salah seorang anaknya pun reflek mundur, saat bis berhenti,
anak-anaknya pun maju. Sementara, ibunya sibuk mempertahankan posisi berdirinya
agar tetap stabil. subhanallah…. Remaja-remaja itu… tidakkah mereka kasihan
dengan pemandangan itu?
Suasana bis yang agak penuh dan posisi saya
yang agak dibelakang, tidak memungkinkan untuk memberikan tempat duduk untuk
ibu dan anak-anaknya. Dari kejauhan saya melihat ibu itu mulai kewalahan
mengawasi kedua anaknya dan mempertahankan posisinya berdirinya agar tetap
stabil. Alhamdulillah, seorang bapak tua, memberikan tempat duduk untuk ibu
itu.
Saya menghela nafas. Lega.
Turun dari bis Mayasari, saya kemudian
menanti Metromini 77. Angkutan ini, memang terkenal ugal-ugalan, namun ,tetap
dibutuhkan dan digunakan oleh sebagian besar penduduk ibukota. Selain karena
tarifnya yang murah, juga karena jalurnya yang masih bisa menembus hingga ke
perumahan penduduk.
Cukup lama saya menanti, Alhamdulillah,
metromini 77 sudah terlihat. Segera saya naik. Jam saya kuliah, adalah jam
pulangnya anak-anak sekolahan. Ga heran, jika metromini ini selalu dipenuhi
anak-anak berseragam. Lagi-lagi, saya mengalami hal yang bikin hati sedih. Seorang
ibu hamil, harus tetap berdiri bersama saya, sementara segerombolan anak-anak
berseragam abu-abu, duduk dengan santai, bercanda sambil memainkan gadget
mereka. Mereka sama sekali tidak peduli dengan orang-orang tua yang berdiri di
sekeliling mereka.
Tiba di jalan Bangka dua, saya pun turun. Sekilas,
saya melepas senyum pada ibu yang tengah hamil tua. Sekedar ingin mengatakan “sabar
dan hati-hati ya bu”. Ibu itu pun membalas senyum saya.
Ya Allah, saya berharap, semoga generasi
muda yang saya temui sepanjang perjalanan dari rumah menuju kampus, bukan
menggambarkan sikap kebanyakan dari mereka. Mudah-mudahan generasi muda yang
saya temui itu, hanya sebagian kecil. Semoga diluar sana, masih banyak generasi
muda yang peduli dengan lingkungan sekitarnya dan kejadian di sekelilingnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar