Jumat, 30 Desember 2011

16 TAHUN YANG LALU, SEBUAH CERITA TENTANG PERAYAAN TAHUN BARU

Malang, 31 Desember 1995. 

Tiga orang kakak beradik sebut saja Deri, Viona dan Selly, berbelanja keperluan untuk merayakan tahun baru. mereka bertiga sepakat untuk menghabiskan waktu di rumah, menonton televisi sambil meniup terompet dan kembang api.

"Udah semuanya nih?" tanya Viona pada adik-adiknya. Deri dan Selly melihat kembali barang-barang yang sudah mereka belanjakan. "Udah deh kayaknya," jawab Deri.

Mereka pun keluar dari supermarket menuju mobil. Deri memasukkan semua barang di bagasi mobil. Selly menghidupkan mobil. Setelah semua beres, mobil pun melaju. "Eh ya, kita belum beli kembang api loh. beli dimana nih?" tanya Selly pada kedua kakaknya. "Di pinggir jalan banyak kan? Nanti kalo ada yang jual, minggir aja." jawab Deri. 

Mobil melaju menyusuri pusat kota Malang. Dari kejauhan, tampak beberapa orang menjual kembang api. Selly pun menepikan mobilnya. Viona dan Deri turun dari mobil, mereka pun membeli beberapa kembang api dan tak lama, masuk kembali ke mobil. "Udah kak? ada kembang api air mancur kan?" tanya Selly. "Tenang aja, ada semua kok," jawab Viona sambil tersenyum.

Mereka pun melanjutkan perjalanan pulang.

Tiba dirumah, mereka mengeluarkan semua barang dari mobil dan membawanya menuju dapur. Viona memasukkan beberapa makanan ke dalam kulkas. Deri membereskan minuman dan Selly menyiapkan kembang api.

Malam pun tiba. Viona, Deri dan Selly segera duduk di ruang tengah bersama dengan orangtua mereka. Menonton acara-acara televisi yang penuh dengan acara musik, film dan komedi. Makanan yang tadi sore di beli pun, lahap mereka makan. Begitu juga minuman. 

Pukul 10.00 wib, kedua orang tua mereka beranjak ke kamar. "Papa mama tidur dulu ya, jangan lupa, kalo sudah makan diberesin, nanti banyak semut. Kalau mau tidur, periksa lagi pintu-pintu dan jendela," kata mama pada anak-anaknya. Viona, Deri dan Selly pun mengangguk.

Jam menunjukkan pukul 11.00 wib. Dengan pelan Viona membuka pintu kamar orang tuanya. Tak lama, Viona pun melirik kedua adiknya dan tersenyum. "Aman, papa mama udah tidur. Yuk kita jalan."

"Beneran ga pa pa nih kak?" tanya Selly ragu. "Udah ga pa pa. Lagian ini kan bukan Jakarta. Ga terlalu rame lah. Paling gitu-gitu aja." jawab Deri meyakinkan Selly.

"Udah Sel, telepon Iin gih, jadi ikut ga. Kalo jadi nanti sekalian kita jemput aja. Biar rame." kata Viona pada Selly. Selly mengangguk dan segera menelepon sahabatnya Iin. Tak lama mereka pun bergegas menuju mobil. Deri membuka gerbang rumah pelan-pelan. Selly pun mengeluarkan mobil dari garasi tanpa suara. 

Setelah mobil diluar, Deri segera menggembok pagar dari luar. "Kunci pagarnya kita bawa aja yah," kata Deri sambil memasukkan kunci ke dalam kantong jaketnya. Viona dan Selly mengangguk setuju.

Mobil pun meluncur menuju rumah sahabat Selly. Mereka menjemput Iin dan adiknya Tora. Dari rumah Iin, mobil pun meluncur menuju pusat kota Malang, yaitu alu-alun kota. Lalu lintas malam itu cukup padat. Beberapa tempat makan sudah tutup. Motor-motor ramai dikendarai oleh remaja berpasang-pasangan. Di dalam mobil, Viona, Deri, Selly, Iin dan Tora tak henti bercanda dan meniupkan terompat.

"Eh ga seru nih, kalo cuma disini-sini aja. Dari tadi kita udah muterin alun-alun berapa kali?" tanya Iin. 

"Iya, bener juga. Sekarang jam berapa sih?" tanya Viona 

"Jam 1.30 wib. Kita ke Batu aja yuk. Kan yang taun baruan udah pada turun tuh. Nah kita naik deh. Jadi ga rame-rame banget." jawab Deri.

"Ayo deh, ke Batu aja, sampai disana kita makan jagung deh. Gimana?" tanya Selly meminta persetujuan.

"Okkeee..... jalaaannnnn," jawab semuanya kompak. Mereka pun tertawa bersama.

Betul juga. Karena jam sudah menunjukkan pukul 1.30 wib, maka kendaraan yang menuju puncak Batu pun tak terlalu padat. Berbeda dengan kendaraan yang turun dari arah Batu. Ramai oleh mobil dan tentu saja motor. 

Entah bagaimana, tiba-tiba dari arah Batu, sebuah sepeda motor melaju kencang menuju mobil yang dikendarai Selly. Seisi mobil pun menjerit. 

"Selly awas.... minggir....."

"Selly awas Sel......"

Dan.... braaakkkk.... motor tersebut dengan kencang menabrak mobil. Selly pun oleng. Selly membanting stir ke kanan, menabrak kencang garasi rumah orang. "AAAAAAA......." seisi mobil berteriak kencang. Dengan nafas terengah-engah, masih syok dengan keadaan, Deri melihat seisi mobil. Ia melirik adiknya, Selly. Tangannya masih memegangi badan Selly agar tak terantuk stir. 

Warga sekitar pun heboh. Mereka segera mengerumuni mobil, dan menyuruh turun semua penumpang. Selly masih syok. Ia terus menangis. Viona melihat adik-adiknya dan bersyukur, tak ada yang mengalami luka berarti. Iin dan Tora adiknya berpegangan tangan tegang. 

Tiba-tiba dikejauhan, terdengar jerit histeris yang berasal dari pengendara motor. "Cewek saya mana....cewek saya mana......" Selly pun menggenggam tangan kakaknya. Jantungnya berdetak sangat cepat. Ia kira motor itu hanya dikendarai satu orang, ternyata berdua. Dan ia pun tahu, jika motor bertabrakan, yang paling parah adalah penumpang, bukan pengendara.

Benar saja. beberapa warga yang menyusuri jalan pun menemukan seorang perempuan tergeletak tak berdaya di tengah sawah. "Iki are e...." teriak beberapa warga. Selly pun menoleh ke arah yang dituju. Badannya langsung lemas melihat kondisi perempuan itu. Badannya penuh darah. Kaki nya pun patah. Dunia pun menghitam.....dan Selly pingsang.

1 Januari 1996

Kantor Polisi Batu, Malang.

Deri, Iin dan Tora tertunduk. Mereka menantadangani surat-surat pernyataan. Sementara, Selly berada di rumah sakit karena pingsan, dan Viona menemaninya. 

Dari keterangan polisi, ternyata, pengendara sepeda motor itu tidak mempunyai SIM dan STNK. 

Di rumah sakit, orang tua perempuan penumpang sepeda motor pun bercerita bahwa, anaknya tidak meminta izin untuk merayakan tahun baru. Hanya meminta izin untuk belajar bersama di rumah temannya. Dokter menyatakan, kaki perempuan itu harus dipasangi pen, begitu juga panggul nya. Beberapa bulan ke depan, tidak bisa berjalan normal dan harus menggunakan tongkat atau kursi roda.

Keadaan Selly pun tak jauh berbeda. Walaupun tidak mengalami luka fisik yang berarti, namun secara psikis, Selly menderita. Rasa bersalah pada kedua orang tuanya dan pada perempuan penumpang motor yang bertabrakan dengannya, membuat dirinya trauma, sering mengigau, selalu merasa ketakutan, dikejar rasa berasalah dll.

******************************************************************************

temans, adik-adik, anak-anakku, kenapa bunda posting kisah nyata ini? karena banyak sekali hikmah yang bisa diambil. 

yang pertama adalah ridho orang tua. dari bacaan diatas, jelas sekali, pengendara mobil dan motor tidak meminta ijin orangtua mereka, bahkan membohongi mereka. astaghfirullahhaladzim.... dan Allah pun menghukum mereka semua.

yang kedua adalah, menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. mereka membuang-buang waktu, membuang-buang uang juga tenaga dan pikiran, hanya untuk nikmat sesaat.

yang terakhir adalah, tidak adanya rasa syukur pada mereka. mereka sudah diberikan uang oleh orang tuanya untuk berbelanja makanan dan minuman, sudah diijinkan untuk menonton televisi hingga larut malam, namun, mereka belum merasa puas juga. mereka tetap menginginkan yang lebih dari apa yang sudah didapatkan. 

semoga kita semua dapat betul-betul mengambil hikmahnya dan tidak akan berlaku seperti apa yang ada pada kisah nyata ini.

temans, adik-adik & anak-anakku, yuk, kita manfaatkan waktu yang singkat ini sebaik mungkin. kerjakanlah hal-hal yang bermanfaat bagi diri, keluarga dan orang-orang di sekitar kita.

wallahualambisawab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar