Bulan puasa tahun ini, anak-anak LPKA (Lembaga Pembinaan
Khusus Anak) Pria Tangerang mendapat sumbangan satu set buku kisah Rasulullah saw berjudul Muhammad saw teladanku. Sejak disumbangkan, buku-buku itu sengaja kami simpan di ruang DKM LPKA,
agar jika kami butuhkan sewaktu-waktu, dapat langsung digunakan. Karena keterbatasan
waktu, maka buku-buku tersebut baru kami bacakan siang ini.
Saya meminta tolong pada salah satu anak LPKA untuk
mengambilkan buku-buku itu. Hasan (nama samaran) pun bergegas menuju ruang DKM.
Tak lama ia kembali ke saya.
"Bunda, bukunya diambil semua atau hanya beberapa jilid
aja ?"
"Diambil semua sama tasnya. Kita baca
ramai-ramai."
Hasan kembali ke ruang DKM. Tak lama ia pun keluar membawa
satu tas bergambar buku tentang Rasulullah saw.
Saya mengeluarkan buku-buku yang berjumlah 16 jilid. Saya
pun membagikan pada rekan saya, Wylvera (biasa saya sapa mba Wiwik).
Masing-masing kami mendapat jatah 9 buku. Anak-anak kami bagi menjadi dua
kelompok.
Saya pun membentuk lingkaran kecil dengan jumlah 20 anak.
Saya membagi lagi menjadi lima kelompok. Masing-masing kelompok membaca satu
buku.
"Bunda, gimana bacanya ?"
"Ya... kamu baca bareng-bareng sepuluh halaman. Nanti selesai baca, kalian ceritain sama bunda dan teman-teman kalian."
Mereka mengangguk mendengar penjelasan saya. Saat saya
membagikan buku, mata mereka berbinar. Beberapa dari mereka berharap agar buku-buku
itu diijinkan dibawa dan dibaca di dalam kamar.
"Bun... ini buat saya kan. Hehehe...."
"Heee... janganlah. Baca rame-rame disini."
Lembar demi lembar mereka buka. Awalnya mereka mengagumi
kertas buku yang bagus dan gambar-gambar yang indah. Sambil memperhatikan
reaksi mereka, iseng-iseng saya nyalakan stopwatch di handphone. Saya ingin
tahu ketahanan mereka dalam membaca.
Saya memperhatikan stopwatch. Satu menit pertama mereka
masih asyik membuka lembar-lembar halaman. Memasuki menit ketiga, beberapa anak
mulai gelisah. Mulai tidak fokus. Menit keempat, beberapa anak menyerah.
"Bun, udahan ah bun. Ga ngerti saya."
"Kok ga ngerti ? Kamu ga bisa baca ?"
"Yaaahhh bunda. Bisalah bun. Males aja. Banyak
benerrrrr..."
Saya tersenyum dan memaksa mereka untuk bertahan.
"Ayooo... baru juga empat menit. Ayoo baca lagi."
Beberapa anak mencoba strategi berbeda.
"Bun, gambarnya bagus ya bun."
"Iya bagus. Ayo. Lanjutin bacanya."
"Yaaahhh bunda."
Menit ke enam. Beberapa anak sudah tak memegang buku.
Beberapa anak tidur telentang sambil bercanda dengan temannya. Beberapa anak
lagi garuk-garuk kepala dan celingak celinguk.
![]() |
beberapa anak merasa lelah membaca (dok. pribadi) |
Menit ketujuh. Hampir semua anak menyerah.
"Buuunnnn... udah bun. Nyerah dah. Nih liat nih saya
udah lambaikan tangan."
"Hmmm... salah. Kenapa lambaikan tangan ? Disini ga ada
kamera. Kalau nyerah, lambaikan bendera putih. Ayoo lanjutin. Tinggal tiga
menit lagi."
"Ammppuuunnn dah bunda...."
Menit kesepuluh. Saya memandang anak-anak yang sudah
melepaskan buku dari tangannya. Namun ada beberapa anak yang masih mencoba bertahan.
Saya melihat ekspresi mereka. Cara mereka memandang buku, terlihat seperti orang
yang sedang asyik dengan dunianya sendiri.
![]() |
seorang anak LPKA (aka LAPAS) sedang asyik membaca buku (dok pribadi) |
"Oke. Sepuluh menit. Siapa yang mau cerita
duluan."
"Saya bunda."
Empat anak di kelompok pertama mengembalikan bukunya pada
saya.
"Kalian baca berapa halaman ?"
"Banyak bunda. Lebih dari sepuluh."
"Alhamdulillah. Nah... sekarang coba ceritain ringkasan
dari yang sudah kalian baca."
"Apa yak..."
"Itu bunda... judulnya masa kecil nabi Muhammad."
"Iya. Terus ?
"Terus apa ya..."
"Trus ada kambing bun. Trus nabi Muhammad saw bukan
dirawat sama ibu kandungnya."
?????.... "Trus... apa hubungannya sama kambing ?"
"Yaaahhh... gitu deh bun. Pokoknya gitu dah..."
"Kamu itu bacanya apa ? Masa baca tapi ga ngerti apa
yang dibaca."
Melihat reaksi saya yang selalu mengejar dengan pertanyaan,
anak-anak lain pun kembali mengambil buku yang sudah dikumpulkan dan mereka
berusaha menghafalnya.
"Siapa lagi yang mau cerita ?"
"Saya bun."
"Oke. Kamu tadi ambil judul apa ?"
"Itu bun "Ensiklopedi nabi Muhammad saw."
"Bagus. Isinya tentang apa ?"
"Tentang nabi Muhammad saw dari kecil sampai besar.
Tentang keluarganya. Tentang istrinya, perang, trus terakhir tentang
meninggalnya."
"Hmmm... kamu baca daftar isinya ya ?"
"Jiiiaaaahhh bunda. Kok tau sih."
Mereka pun tertawa. Dan... saya pun miris. Saya berinisiatif
untuk menyudahi mereka membaca buku. Buku-buku pun dikumpulkan.
![]() |
"Kalian semua... kenapa kalian bisa bertahan berjam-jam
main game sementara baca buku 10 menit aja kalian udah ga betah ?" Tanya
saya pelan pada mereka. Mereka pun diam. Beberapa menunduk.
"Kalian tau ga salah satu sebab kalian disini adalah
karena kalian malas baca. Kalian malas baca Alquran, maka kalian merasa enteng
berzina. Kalian malas baca Alquran, maka kalian merasa enteng mencuri. Kalian
malas baca Alquran, maka kalian ga merasa berdosa mabuk-mabukkan."
Saya berhenti sejenak, menarik nafas dalam-dalam dan
memperhatikan wajah mereka satu persatu.
"Kemarin bunda sudah baca tulisan kalian. Dan isinya
hampir sama. Kalian semua ingin sukses. Sukses itu ga ada yang sim salabim
abrakadabra. Kalian sedang tidur tiba-tiba terbangun jadi orang sukses. Itu
cuma ada di film-film. Dunia nyata ga ada yang seperti itu. Sekarang bunda
tanya serius. Siapa yang benar-benar mau jadi orang sukses angkat tangan."
Semua anak mengangkat tangannya.
"Turunkan tangannya. Bunda tanya sekali lagi. Siapa
yang benar-benar ingin jadi orang sukses."
Kembali mereka mengangkat tangan. Saya mengulang sekali lagi
pertanyaan saya dan mereka pun mengangkat tangan dengan semangat.
"Siapa yang benar-benar ingin sukses, harus banyak
baca. Kalian mau banyak baca ?"
Beberapa anak saling melirik. Satu anak mengangguk dan
menjawab "iya" . Yang lainnya ragu-ragu. Kemudian beberapa anak mulai
mengangguk.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Cara yang yang sangat efektif untuk menghancurkan
sebuah budaya adalah dengan menghancurkan sumber bacaan mereka" NN
Benarlah kutipan di atas. Saat ini jarang ditemukan generasi
Islam yang senang membaca. Generasi Islam dilenakan dengan game-game seru. Di
warnet-warnet, di televisi, di mall-mall. Kalaupun ada yang senang membaca,
kebanyakan bukan bacaan bermutu.
Coba tengok toko buku. Di rak buku bagian manakah generasi
Islam banyak berkumpul ? Di rak buku komik, buku dongeng barat, buku dongeng
sihir dan lain-lain.
Tulisan berpengaruh besar pada pola pikir seseorang. Generasi
Islam yang membaca tentang kekuatan sihir, maka ia akan berpikir, jika menginginkan
sesuatu dapat diperoleh secara instan. Generasi Islam yang membaca buku
romantisme pergaulan anak muda, tentu akan terdorong untuk pacaran. Generasi
Islam yang membaca majalah-majalah mode fashion terkini, akan merasa bangga
memamerkan kecantikannya pada khalayak.
Allah Ta’ala berfirman,
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ
مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
(4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha
Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qolam (pena). Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al ‘Alaq: 1-5).
Maha benar Allah dengan segala firman-Nya. Dengan membaca, maka manusia
dapat mengetahui perintah dan larangan Allah. Karena manusia tidaklah
diciptakan begitu saja di dunia ini. Itulah urgensinya membaca. Maka bacalah,
bacalah dan bacalah !
* rujukan : Alquran
bagus bun... memberi pencerahan.. like this 👍
BalasHapusAlhamdulillah... :)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus